highschool #tb 2

7.6K 1K 101
                                    

Adrian itu suka sekali dengan hal yang berbau olahraga. Terutama basket.

Semenjak kelas 10, Adrian sudah diangkat menjadi kapten basket SMA Bina Mulya dan berhasil memenangkan banyak turnamen. Tidak heran kalau di sekolah, banyak sekali perempuan yang memujanya.

Kalian bisa bayangkan seberapa tampannya seorang Adrian Naufal jika sudah berada di lapangan. Dengan seragam basket tanpa lengan, dan otot-otot lengannya yang terbentuk sempurna.

Ah, membayangkannya saja sudah bisa membuat merinding.

"Yan, minggu ini ada sparing di GOR deket rumah Mahesa." teriak Yovi dari ujung ruangan. Team mereka baru saja latihan dan kini seluruh anggota sedang membersihkan diri di ruang ganti. "Atur aja Yov, gua balik duluan."

Sebelum Adrian benar-benar keluar dari ruangan lembab itu, suara nyaring Bambang terdengar. "Eh bisaan kabur, sini lo! Tadi belum bayar utang otak-otak!"

"Besok Bam, serius gua gak ada uang receh sekarang."

"Lah nggak bisa! Nanti gua bayar parkirnya gimana Yan?"

Tidak ada yang bisa Adrian lakukan selain menghembuskan nafas kasar. "Yaudah, gua ke kantin dulu buat mecahin uang. Tunggu," Dengan cepat, lelaki bertubuh besar itu melangkah menuju kantin dengan seragam yang basah oleh keringat. Hal itu lantas membuat para siswi yang dilewatinya bahagia bukan main.

Setelah selesai dengan urusannya, Adrian kembali berjalan lagi menuju ruang ganti. Namun dia berhenti melangkah saat maniknya menangkap sesosok lelaki mungil yang sedang membawa dua kardus besar ditangan.

"Saya bantuin,"

Ale kaget saat merasakan ada seseorang yang berbisik tepat ditelinganya, jadi kardus yang dibawanya hampir jatuh. "Siapa sih? Ngagetin!"

Yang lebih tua tertawa, kemudian mengambil kardus paling atas yang dibawa Ale. "Makanya bawa kardus tuh satu aja, muka kamu sampe gak keliatan."

"Huft, kakak lagi."

"Emang kenapa saya?"

Bibir Ale mengerucut, reflek dari rasa sebalnya. "Ketemu terus, Ale bosen!"
Adrian terkekeh mendengarnya, wajah Ale sekarang benar-benar lucu.

"Ya kita kan satu sekolah, Le. Sering ketemu itu wajar."

"Kak Adrian bukannya mau latihan? Itu masih pake baju basket." ucap Ale, wajahnya masih menatap ke depan. Enggan melihat sedikit ke lelaki disampingnya. Mungkin masih malu karena kejadian sticky notes waktu itu.

"Udah selesai, emang Ale gak liat?" Si mungil menggeleng, kemudian menoleh ke Adrian yang sedang menatapnya. "Lapangan basket kan depan ruang osis? Masa gak liat?"

"Nggak liat kak, daritadi Ale disuruh ngangkutin keperluan lomba dari gudang. Kalo liat juga Ale pasti duduk di pinggir,"

"Ngapain duduk?"

"Ya ngeliatin????" Mendadak Ale tersedak ludahnya sendiri. Untungnya, mereka sudah sampai di depan ruang OSIS. "Makasih ya kak, jangan lupa ganti baju."

Adrian menaruh kardusnya di lantai kemudian tersenyum saat melihat Ale yang sudah ngos-ngosan. "Jangan lupa baca doa,"

"Kok baca doa?"

"Baca doa mau minum, kamu kayanya haus." Ale tertawa, sedangkan Adrian bingung harus apa saat melihat mata adik kelasnya berubah menjadi bulan sabit itu.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang