Ale kini sedang duduk dibawah pohon sambil mengunyah roti isinya yang tersisa bekas sarapan tadi pagi. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, sebentar lagi rapat himpunan akan dimulai.
Terhitung sudah hampir empat hari Ale tidak bertemu dengan Adrian, lelaki berbadan besar itu pergi mendaki gunung sejak hari minggu kemarin bersama teman-teman UKM pecinta alamnya. Ale sebenarnya merasa kesepian, tapi bagaimanapun hobi Adrian harus tetap dia terima.
Empat hari tidak bertemu, dan empat hari pula Ale sama sekali tidak diberi kabar. Adrian itu memang menyebalkan, Ale selalu mengakui itu. Tidak akan mau berusaha memegang ponsel barang sedikitpun kalo sudah bersama temannya apalagi kalau sudah naik gunung.
Semenjak pacaran, Adrian sudah jarang melakukan aktivitas mendaki gunung kesukaannya. Sesekali saja kalau ada hari penting atau saat ulang tahun UKMnya itu. Hari minggu kemarin ulang tahun pecinta alam kampus.
"Le, Jysa kemana?" tanya Safhi yang entah muncul dari mana sambil menyerahkan satu gelas matcha ke Ale. Yang lebih muda memperhatikan sekitar, kemudian menunjuk seorang gadis yang berdiri dekat pintu masuk fakultas. "Tuh, tadi dia dicariin kating anak hukum."
"Asik, udah ada kecengan aja dia," Safhi ikut duduk disebelah sahabatnya, lalu menyuap roti yang masih dipegang Ale di tangan. "Adrian udah ngabarin?"
"Belum, mati kali kak Adrian disana." ucapnya dengan bibir mengerucut. Kalian harus tau, level kekesalan Ale sudah sangat tinggi sekarang. "Hush! Sembarangan aja lo, nanti kalo beneran aja lo nangis-nangis."
"Ya jangan sampe lah Saf, lo mah kaya gitu!"
"Padahal yang ngomong kan bukan gue Le,"
Mendengar ocehan Safhi hanya akan membuat Ale makin kesal, jadi lelaki mungil itu beranjakㅡberniat pergi ke Graha Mahasiswa.
"Le, mau kemana? Kok gue ditinggal sih!"
"Situ aja lo, jangan ikut-ikut. Gue butuh ketenangan." ucapnya tanpa mau repot berbalik menatap sang sahabat. Ale memang juara kalau mau jadi orang yang masa bodo.
Kaki pendek Ale terus melangkah sampai akhirnya dia sampai ke sekretariat Himpunan Mahasiswa Ilkom. Matanya mengintip sebentar lewat kaca kecil dipintu, masih sedikit yang datang. Baru saja Ale ingin masuk, ponsel ditasnya tiba-tiba berbunyi nyaring.
Feeling Ale pasti ini Adrian.
"Halo? Kak?"
"Ini Mama, Mas Ale. Sekarang lagi apa?"
"Mama... maaf Ale kira kakak tingkat Ale. Ini Ale lagi mau rapat himpunan. Mama lagi apa?" balas Ale pelan, berusaha untuk menjauh dari ruang rapat dan memilih untuk bicara di balkon.
"Mama abis ketemu klien, habis ada yang fitting baju tadi di butik. Lagi padet, banyak yang nikah. Papa juga sibuk di kantor."
Ale tersenyum, "Jangan capek-capek ya ma, Ale nggak mau dapet kabar mama drop lagi. Jaga kesehatan ya? Julian udah pulang sekolah belum?"
"Iya, Mama baik-baik kok disini. Mas belajar aja yang rajin ya. Julian udah pulang, kemarin dia lomba marathon menang loh, Mas." balas wanita 50 tahunan itu, suaranya terdengar begitu semangat.
"Oh ya? Dia kok nggak bilang-bilang."
"Kirain Mas udah tau. Yaudah, Mama mau masak dulu ya, kamu jangan lupa makan yang teratur. Oh ya, salam buat Safhi sama yang lain. Suruh main ke rumah lagi kalo liburan."
"Iya Ma, Ale tutup ya." Telepon pun terputus, Ale baru mau berbalik tapi lagi-lagi ponselnya berbunyiㅡmenandakan ada panggilan masuk. Kali ini Ale melihat ke layar terlebih dahulu, itu telepon dari Adrian.
"Halo,"
"Siapa ya?" sahut Ale ketus. Lelaki mungil itu menyatukan alisnya seperti orang marah. Mungkin Ale lupa kalau Adrian tidak bisa melihat itu semua.
"Marah?"
"Nggak."
"Kangen?"
"Pake nanya segala kakak mah."
"Hahahahaha, kalo nggak kangen yaudah kakak aja yang kangen. Biar kakak yang borong, Ale nggak usah."
"Iya borong semua aja. Ale nggak kangen." ucap Ale, suaranya terdengar lembut di telinga Adrian. Makin kangen jadinya.
"Le,"
"Apa?"
"Tunggu ya, nanti malem kakak sampe. Ale boleh marah kok, maaf udah hilang gitu aja selama empat hari. Ale kalo mau pukul gapapa Le. Bawa aja panci di kosan, kakak siap kalo mau di pukul pake itu."
"Nyebelin banget, Ale maunya pukul pake tongkat baseball punya Kak Haikal aja."
"Iya Le, bawa aja terserah."
Yang lebih muda sempat menahan tawanya sebelum lanjut bicara lagi. "Pulang ya kak, cepetan. Ale udah nggak punya tenaga."
"Iya nanti peluk kakak sepuasnya ya Le, sampe nggak bisa nafas juga gapapa. Sampe batre Ale penuh."
Pipi Ale mendadak berubah menjadi seperti tomat, Ale kesal dengan Adrian dan segala sifat manisnya yang seperti ini. Adrian itu tau nggak sih sifatnya kadang suka buat jantungan?
"Ale rapat dulu ya, kayanya udah mau mulai. Nanti kalo udah sampe stasiun kabarin ya kak. Ale kangen kakak."
"Semangat ya Le. Jangan banyak ngomong ya pas rapat, nanti yang suka Ale jadi banyak. Kakak nggak suka banyak saingan."
"Kalo gitu Ale ngomong terus aja. Bye kak Adrian. Hati-hati."
"Bye Ale, kakak mau tidur jadi ucapinnya selamat tidur."
"Selamat tidur, kak Adrian sayang."
pendek banget yaaaa T_______T
maaf ya huhuhuaku minggu depan uas, mungkin aku bakal gak update selama seminggu lebih. kalo ada waktu aku pasti update kok🥰
happy weekend kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ; kookmin
Fanfictionjungkook & jimin as a college student versi lokal top!jk bot!jm boyxboy | semi-baku, KOOKMIN LOKAL au❗️a bit mature © 2019,bellybees