#19

5.4K 664 113
                                    

[ sugar rush - part 19 ]

Entah sudah keberapa kalinya Ale menghela nafas berat hari ini. Banyak hal yang membuatnya kesal bukan main sampai di titik dia tidak ingin melakukan apa-apa selain duduk sambil meneguk minuman dingin yang baru dia beli. Dan salah satu hal itu menyangkut tentang Adrian Naufal, lelakinya yang dua jam belakangan benar-benar terlihat menyebalkan.

"Le,"

"Hm?"

"Kerja! Diem aja lo disitu kaya orang nggak jelas." omel Safhi, dia kemudian ikut duduk di bangku tepat sebelah sahabatnya yang sedang melamun itu. "Kenapa sih lo? Daritadi gue liat lo nggak fokus sampe diomelin kadiv."

Ale terkekeh, merasa lucu dengan dirinya sendiri yang sekarang malah terlihat menyedihkan. Untuk apa dia malah menjauhkan diri dari panitia lain? Seharusnya dia tidak perlu melakukan hal seperti ini karena artinya dia lah yang kalah.

"Kesel banget gue."

"Kenapa? Gara-gara cowok lo lagi?"

"Nggak. Tapi kenapa sih dia ikut rapat juga? Emang harus banget ya?" Yang lebih muda terlihat mengomel sambil meremat kaleng minumannya yang sudah habis. Tatapannya tidak luntur dari sosok lelaki dengan pakaian serba hitam di tengah lapangan itu.
"Cowok lo kan komdis, Le. Ya masa dia nggak ikut rapat? Kenapa sih lagian sensi banget lo tumben?" tanya Safhi pada akhirnya. Dia tidak mengerti dengan mood sahabatnya kali ini. Sejak dua puluh menit setelah rapat dimulai, Ale sudah terlihat kesal sendiri dan hilang fokus. Itu sebabnya dia menjauh untuk menjernihkan pikiran dengan meminum minuman manis yang selalu dilarang Ibunya karena bisa meningkatkan resiko penyakit gula. Tapi kali ini Ale tidak peduli, karena dia membutuhkan distraksi dan minuman manis adalah pilihan yang tepat baginya.

Ale kembali menghela nafasnya, kemudian beranjak untuk membuang kaleng minumannya itu dan kembali berkumpul ke panitia-panitia lain yang masih sibuk berdiskusi. Dia tidak mengindahkan tatapan bingung Adrian sama sekali.

Sebenarnya alasannya klise, Ale hanya tidak suka melihat Adrian dekat-dekat dengan salah satu teman sejurusannya yang bernama Natasha itu. Bukan hal baru lagi kalau Adrian dan Natasha terlihat dekat. Well, mungkin mereka bisa dibilang kombinasi yang bagus karena keduanya sering kali menjadi partner di lomba antar program studi. Tapi seharusnya itu bukan menjadi alasan semua mahasiswa di kampus memasang-masangkan mereka kan? Ale tidak suka dengan fakta yang satu itu, disaat semua orang mendukung penuh keduanya, dan dia tidak bisa apa-apa selain menyimpan kekesalannya seorang diri.

"Tuh kan! Lo ngelamun lagi. Lo tuh kalo ada apa-apa bilang." Ale kembali menggelengkan kepalanya, berusaha meyakinkan Safhi kalau dia memang tidak apa-apa. "Enggak, gue nggak kenapa-napa sumpah." Dalam hati Ale tidak henti merutuki dirinya sendiri, kenapa dia selalu mudah kesal dan merasa tidak percaya diri padahal seharusnya hal-hal itu tidak perlu dia khawatirkan sama sekali. Mungkin Adrian juga sama kesalnya kalau dia tau isi pikiran Ale sekarang.

Disisi lain, Adrian malah tidak menyadari sikap aneh Ale sama sekali. Dia terlihat asik tertawa bersama teman-temannya sambil sesekali melirik ke tempat lelakinya itu duduk. Ale itu kalau sudah pakai almamater kelihatan manis dua kali lipat, jadi Adrian tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memperhatikan Ale selama mungkin.

"Yan," Adrian menoleh, kemudian perempuan disampingnya dengan cepat menyerahkan satu berkas berisi daftar mahasiswa yang akan ikut kegiatan akhir semester. "Lo cek sekali lagi dulu ya baru lo kasih ke Kaprodi." ucap perempuan itu, namanya Natasha. Adrian hanya balas mengangguk sebelum mengalihkan pandangannya lagi ke tempat anggota BEM FISIP berkumpul.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang