[sugar rush - part 20]
Adrian hanya bisa terdiam saat coach basketnya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Itu adalah sebuah jawaban, artinya dia tidak bisa mengikuti turnamen karena teman satu teamnya yang lain lah yang lebih dipercaya untuk mewakilkan nama kampus. Sebenarnya itu bukan masalah besar untuk Adrian, dia sadar seratus persen kalau ini terjadi mungkin karena latihannya yang kurang atau kemampuannya yang menurun dan membuat ragu sang coach. Adrian tidak kesal, dia hanya kecewa pada dirinya sendiri.
"Gak apa-apa, coach." ucap lelaki itu sebelum pergi meninggalkan gelanggang olahraga tempat dimana teamnya biasa latihan.
Langit sore itu mendung, awan-awan hitam berkumpul dan siap untuk menurunkan hujan kapan saja jika mereka siap. Adrian menghela nafas, kemudian mengusap wajahnya dengan gusar. Dia terus melakukannya sampai suara ponselnya menginterupsi. Nama Ananda Ravalean tertera di layar, senyum tipis langsung muncul di wajah Adrian.
"Halo?"
"Kakak dimana?"
"GOR. Ale udah selesai kelas? Mau kakak jemput?" tanya Adrian, dia dengan susah payah membawa tas sepatunya dan berusaha untuk mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya. "Ale udah selesai kelas, tapi lagi kerja kelompok di selasar."
"Oke, kakak kesana ya. Tunggu."
"Mau hujan. Jangan lupa pake payung ya, kak."
Adrian terkekeh. "Iya, ini kakak berangkat ya."
"Hati-hati."
Adrian sampai di parkiran kampus tepat saat matahari tenggelam. Mobilnya dia parkir tepat di sebelah mobil Yovi yang empunya sedang berdiskusi dengan salah satu teman sekelasnya. Adrian tidak ingat dengan teman Yovi yang satu itu, mungkin karena dia sudah jarang sekali mampir ke FISIP karena jadwal latihannya yang padat. Itu sebabnya dia lupa.
"Eh, Yan. Ngapain lo kesini?" Yovi menoleh saat pandangannya menangkap sosok Adrian yang baru keluar dari mobil. "Jemput Ale."
"Belom pulang dia?" tanya Yovi heran. "Masih kerja kelompok di selasar." jawab Adrian yang kemudian dibalas anggukan oleh yang lebih tua.
"Gua duluan ya, Yov. Udah mau hujan nih takut Ale kelamaan nunggu."
Yovi terkekeh melihat sahabatnya itu. "Yeeee yaudah sana, bucin lo emang." Dengan begitu, Adrian pamit pada Yovi dan temannya lalu pergi dari parkiran setelah memencet alarm mobilnya.
Sesampainya di selasar, Adrian menggelengkan kepala saat pandangan matanya jatuh pada Ale. Lelaki mungil dengan sweater kuning itu sibuk merapihkan kertas-kertas tugasnya yang berserakan karena tertiup angin.
"Ale!"
"Astaga... Ngagetin aja sih kak!" omel Ale saat suara Adrian berhasil membuatnya terlonjak kaget. Dia sedang serius menyusul urutan kertas itu dari nomor induk mahasiswa paling kecil, dan Adrian malah membuat hitungan yang ada di kepalanya buyar.
Adrian tertawa kecil saat melihat wajah kesal Ale. Tidak ada siapa-siapa di selasar, jadi Adrian tanpa pikir panjang langsung mencubit pipi tembam lelakinya itu. "Kangen."
"Bohong." timpal yang lebih muda. Bibirnya mengerucut sempurnaㅡdia sedang dalam mode ngambek. "Beneran, Le."
Setelah selesai dengan kertas tugasnya, Ale memutuskan untuk duduk menghadap Adrian kemudian tersenyum saat melihat wajah tampan pacarnya itu. "Kangen juga, sini peluk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ; kookmin
Fanfictionjungkook & jimin as a college student versi lokal top!jk bot!jm boyxboy | semi-baku, KOOKMIN LOKAL au❗️a bit mature © 2019,bellybees