[ sugar rush - additional chapter; hari bahagia. ]
Sore itu, ada yang mengganggu pikiran Ale sampai dia tidak bisa memikirkan apapun selain merangkai rentetan kata yang niatnya ingin dia utarakan pada wanita empat puluh tahunan di depannya itu. Ini sudah masuk bulan keempat semenjak dia pulang ke Magelang karena kampusnya menerapkan kuliah dari rumah di situasi yang sedang tidak begitu baik ini. Setiap harinya, Ale hampir gila karena terlalu ingin menyuarakan isi hatinya pada sang Ibu.
Di waktu yang bersamaan setelah Ale selesai dengan kegiatan melamunnya, Bu Rara buka suara. "Mas... jujur sama mama, masakan mama mulai nggak enak ya, mas?" Ale bingung, tentu saja dia langsung menggeleng dengan cepat dan mengatakan kalau ucapan ibunya itu salah besar. "Hah? Makanan mama enak kok, paling enak sedunia malah. Kok bisa bilang begitu sih ke Ale?"
"Mama perhatiin mas semenjak satu bulan ke belakang makannya dikit banget. Ya mama pikir mas lagi diet... tapi kadang mama denger mas masak mie tengah malem." jawab Ibu Rara dengan tawa pelan. Ale menggaruk tengkuknya, merasa tidak enak dengan perempuan yang paling dia hormati itu. "Jujur sama mama deh mas... beneran nggak enak ya masakan mama?"
Ale memilih untuk memasukkan suapan nasi terakhirnya dulu sebelum membalas pertanyaan sang ibu. "Enak ma, liat tuh Ale abis makannya sampe nggak ada yang tersisa." ucap lelaki mungil itu sambil menunjuk piringnya yang sudah kosong. Hal itu berhasil membuat Bu Rara tertawa. Kerutan di bawah matanya dapat terlihat jelas, tapi Ale tetap merasa bahwa ibunya adalah perempuan tercantik walaupun usianya sudah hampir genap lima puluh tahun.
"Mas Ale."
"Ya?" Ale menoleh, melihat kedua mata mamanya yang sama persis dengan miliknya. "Mama selalu siap kapan pun asal mas siap." Setelahnya, wanita bersurai cokelat itu pergi lebih dulu dari ruang makan untuk mencuci piring di dapur, meninggalkan Ale yang masih terdiam di tempatnyaㅡbingung harus melakukan apa karena gelagatnya bisa ditangkap oleh sang ibu.
Seharusnya Ale tau. Bagaimanapun juga, ibunya adalah bagian dari Ale dan selalu hidup di dalam dirinya. Hal klasik seperti ini sudah pasti jelas akan ketauan oleh Ibu Rara dengan mudah.
Menit berikutnya, Ale terkejut begitu mendengar suara pintu yang terbuka menunjukkan Julian dengan pakaian lengkap sehabis pergi dari luar. Dia menaruh helm bogonya di kursi makan sebelah Ale duduk sebelum pergi ke dapur.
"Taro ke tempatnya dong, Jul." protes Ale saat adiknya itu malah berlalu mengambil sebotol air dingin untuk dia minum dari kulkas. "Bentar dulu mas, capek."
"Abis darimana?" Bukannya menjawab pertanyaan kakaknya, Julian malah menjulurkan lidah. "Kepo ya lu mas sekarang gue liat-liat." ucap lelaki yang masih memakai jaket denimnya itu. Dia duduk di kursi samping Ale untuk menghabiskan airnya. "Mandi sana, dari luar juga."
"Iya iya ini mau mandi."
"Helmnya jangan lupa." Peringat Ale begitu Julian beranjak dari tempatnya duduk. Ale bisa mendengar keluhan yang keluar dari mulut adiknya itu saat dia pergi dari ruang makan. Ale tertawa kecil, sudah biasa dengan kondisi itu.
Julian lebih muda dua tahun darinya, tapi tubuhnya besar dan tinggi. Sangat berbeda jauh dari Ale yang hanya stuck di tinggi 173cm dan sering kali membuat dia diledek oleh adiknya yang menyebalkan itu. Padahal menurut Ale, dia tidak terlalu pendek untuk ukuran laki-laki. Julian saja yang suka melebih-lebihkan.
"Abis ini mas mau ngobrol sama lo."
"Idih tumben amat lu." respon Julian begitu dia keluar dari kamar mandi dan sudah disambut oleh kakaknya di luar pintu. Ale tidak menanggapi ucapan adiknya, dan menilih untuk pergi lebih dulu ke kamar yang lebih muda di lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Rush ; kookmin
Fanfictionjungkook & jimin as a college student versi lokal top!jk bot!jm boyxboy | semi-baku, KOOKMIN LOKAL au❗️a bit mature © 2019,bellybees