#12

6K 735 65
                                    

[ sugar rush - part 12 ]

Waktu, kata itu memiliki makna yang besar walaupun hanya terdiri dari lima huruf dalam ejaannya. Kalau boleh jujur, waktu adalah hal yang paling Ale tidak suka sejak dulu. Waktu yang tidak pas, perbedaan waktu, semuanya. Seperti sekarang contohnya, Ale kembali lagi dipertemukan dengan masalah waktu.

Dua puluh menit yang lalu, Ale baru saja selesai rapat divisi. Dia akhirnya bisa bernafas lega setelah berjam-jam membicarakan banyak program kerja untuk bem fakultas kedepannya.  Ale mendengus saat melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Pukul 5:30. Ale sudah terlambat hampir setengah jam untuk menonton turnamen basket Adrian di GOR dekat kampusnya itu.

Jadi begitu turun dari ojek onlinenya, Ale langsung bergegas masuk ke dalam GOR karena takut turnamen Adrian sudah berakhir. Beruntungnya, dewi fortuna sedang berpihak padanya hari ini.

"Ale!" panggil Sam dari tribun baris keempat. Yang dipanggil memicingkan matanya untuk mencari sumber suara. "Sini, Le!" Ale dengan cepat menaiki tangga untuk menghampiri tempat dimana para kakak tingkatnya itu duduk.

Masih dengan nafas tergesa, Ale mencoba mencari lelakinya itu di lapangan. Betapa senangnya Ale melihat Adrian dengan jersey nomor 19nya sedang serius bermain. Lelakinya luar biasa tampan, apalagi tubuhnya dipenuhi keringat seperti itu.

"Team mana kak yang scorenya unggul?" tanya Ale pada Sam disebelahnya. "Team pacar lo lah," Ada kelegaan yang muncul dalam hati Ale. Setidaknya Adrian tidak perlu merasa bersalah karena kakinya yang habis cidera itu jika teamnya kalah.

"Le, lo tau gak?"

Ale menggeleng. "Ya nggak tau lah, belum dikasih tau."

"Bener juga. Duh gimana ya, gua gak mau bilang sebenernya. Tapi gak tahan." balas yang lebih tua, masih fokus memperhatikan game di lapangan. "Ada apa sih emangnya?"

"Nih ya Le, gua kasih tau aja dari sekarang. Tapi jangan kesel lo nya sama Adrian."

Tiba-tiba Ale merasa tidak enak. "Iya kak."

"Jadi kan gua dari awal nih kesini, terus lo tau nggak tuh anak cheers disana? Itu yang tengah, yang pitanya warna biru." Sam menunjuk anggota cheerleader yang sedang bersorak disisi lapangan. Ale sebenarnya bisa menebak kemana arah pembicaraan ini tanpa harus dilanjut oleh Sam. Tapi dia tetap membiarkan kakak tingkatnya itu bicara. "Naksir berat deh kayanya dia sama Adrian."

Kan.

"Oh gitu."

Yang Ale dapat setelahnya adalah pukulan pelan ditangan. "Apaan nih? Tumben lo nggak terkejut."

"Males ah. Udah ketebak banget." jawab Ale acuh. Mendadak moodnya jadi buruk.

"Gua kasih tau atuh, biar gak kaget gitu kalo lo liat kelakuannya. Serius deh, kok bisa ya perempuan liar begitu? Baru pertama kali liat." ucap Sam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya secara refleks. "Emangnya ngapain, kak?" Nah, Ale itu memang sukanya menyiksa diri sendiri. Sudah tau menyebalkan, tapi masih saja dia tanya.

"Ya nggak ngapa-ngapain, tapi tadi kalo ada break dia pasti nyamperin Adrian terus ngasih minum. Pas belum mulai juga nyamperin Adrian."

"Oh." Untuk kedua kalinya, hanya respon seperti itu yang bisa Ale keluarkan.

Suara bel pun berbunyi, game akhirnya selesai dengan team Adrian sebagai pemenang. Banyak penonton yang ikut turun kebawah untuk memberi selamat ke para anggota team, termasuk Sam dan Ale. Dan sekarang, Ale bisa melihat realisasi ucapan Sam dengan mata kepalanya sendiri. Salah satu anggota cheers itu menghampiri Adrian, memberinya selamat dan satu botol minum sambil tersenyum. Bohong kalau Ale bilang adegan itu tidak mengganggunya.

Sugar Rush ; kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang