BAB II Antah Berantah

2.6K 264 20
                                    

Warning banyak typo!
Happy Reading...
*
*
*

Kicauan burung dan deru angin bergoyang ranting, dedaunan silih berganti. Jalan masih bertanah basah bertutup dedaunan kering. Anila menengok kanan dan kiri semua terlihat menakutkan. Pohon bambu saling bertaut berbunyi nyaring ditelingga menambah kesan menyeramkan baginya.

"Gue dimana?"

"Kenapa bisa disini? Tadi kan gue di toko buku." Mengeluarkan hanphonenya mengangkatnya tinggi- tingi berharap garis-garis sinyal itu muncul. Tapi? nihil. Hanya ada huruf 'E' kapital. Anila mencoba berjalan berharap menemukan perumahan tapi baru empat langkah bulir cairan bening sudah mengenang dipelupuk matanya. Kakinya terasa lemas meluruhkan badannya di bawah pohon jati yang berdiri menjulang.

"Papaaah....Anila mau pulang, tapi gimana caranya? hiks..hikss.." Cairan bening itu sudah turun tidak berhenti bagai keran air bocor. Menelungkupkan wajahnya memeluk kedua kakinya.

"Cah ayu kenapa menangis sendirian? Apa perlu akang temani?" Mendengar seseorang berbicara atensi Anila beralih. Tangisnya seketika berhenti. Nampak tiga pemuda berjegot berkulit sawo matang. Hanya satu orang yang tidak memakai baju hanya celana kain panjang dan pinggang yang dibalut kain batik. Semua memakai ikat kepala khas dengan aksen batik pula.

"Kalian siapa? Dan ini dimana?" tanya Anila dan hanya dibalas tawa oleh ketiga pemuda.

"Rumah cah Ayu dimana? Agar akang-akang antar," timpal salah pemuda tidak berbaju, bertubuh kurus sambil tersenyum melirik satu persatu temannnya.

"Tidak, terima-kasih," jawab Anila dengan bibir bergetar. Ketakutan. Hawa dingin mulai menjalar keseluruh tubuhnya. 

"Cah Ayu, sepertinya bukan orang sini dilihat dari pakaiannya." Melihat dari atas sampai bawah apa yang dikenakan Anila yang membuat Anila risih. Tangan Anila reflek menyilangkan kedua tangannya sebagai bentuk perlindungan.

"HEH! JANGAN MESUM YA LO!!!"

"Ngalak sekali Cah Ayu. Akang jadi takut," ledek para pemuda sambil memegang bahunya berakting ketakutan.

Anila bisa membaca bagaimana senyuman mereka tunjukkan padanya. Senyum bahwa dia akan melakukan sesuatu buruk. Seperti fact cowo yang bakal ngelakuin hal jahat yang Anila baca di sosial media. Dan belum terbukti kebenarannya tapi Anila menganuti paham itu dan kini dia terapkan. Dari sepuluh fakta yang Anil abaca dan ingat ada dua hal yang masuk.

1. Senyuman buaya yang menandakan dia ingin mendekatimu lebih jauh

2. Mata vulgar yang menatapmu demikian

"Oke fiks bahaya An! lo dalam bahaya!" batin Anila

"Sudah tidak usah menolak ikut dengan akang, akan akang jaga sampai pulang kerumah." Menepis tangan pemuda tak berbaju saat mendekati Anila ingin memegang tangannya.

"Eem..ngak gue bisa pulang sendiri. Emak gue udah nyariin!" jawab Anila sebisa mungkin menyembunyikan ketakutaanya.

"Oke tenang. Hitung 1..2...3..dan laaariiiiiii," batin Anila

Ketiga pemuda itu tidak tinggal diam. Mengejar Anila sampai mendapatkannya, mereka akan kehilangan santap siang jika membiarkannya pergi. Anila berlari secepat kilat berusaha menghindar. Didepannya ada dua jalan bercabang. Bimbang memilih mana jalan yang terbaik.

"Caaap cii-ip cup pilih mana yang mau di.. cup," ucap Anila sambil terengah-engah. Menyanyi sambil mengoyangkan jari telunjuk kanan dan kiri.

"Okeh pilih kiri."Mengarahkan Jari telunjuknya saat nyanyiannya terhenti.  "Tapi kalau kita makan lebih baik tangan kanan. Mending gue pilih kanan aja kali yah."

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang