BAB XXVI PANCAWARA

471 65 2
                                    

Selamat malam semuaaa..pembaca setia JAMANIKA!😊😊😊

Udah lama pasti kalian nunggu bab selanjutnya, maaf  butuh waktu lama aku menulis, dan mengedit menghubungkan literatur dan imajinasi seperti yg ku mau.

Semoga kalian menikmati masuk dalam dunia Anila dan Mada bersama teka-teki.

JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT

SELAMAT MEMBACA...

*****************

Rengga membisik sesuatu pada telingga Blegur memberitahukan jika Mada dan Anila pergi dari pusat wilayah Majapahit. Sudut bibir kiri Blegur terangkat memunculkan giginya.

"Siapkan seseorang untuk mengikuti dan kabarkan secepat mungkin pemberhentian mereka!" titah Blegur memetik anggur pada cawan lalu memasukkannya dalam mulut.

"Baik, tuan. Laksanakan!" jawab Rengga menunduk hormat sebelum pergi. Wajah tegas, datar dengan tangan kanan menggenggam erat pedang bersarung ukiran ular.

Rambut setengah terikat kain hitam sebagian lain dibiarkan tergerai, helaian pendek teruntai acak bagai coretan kuas hitam melengkung di dahi. Pakaian hijau tua bercorak buah maja dengan sentuhan garis lengkung beraturan. Pedang Drabha meliuk, garis tajam membelah udara, tak ada kain hitam bersimbol akar terikat pada pedangnya. Pelataran berjajar kayu berpalang seperti orang sawah menjadi bahan target. Tanah hitam tidak lagi rata tergores jejak gerakan kaki Drabha.

Blegur bertepuk tangan menuruni tangga, menghampiri Drabha sedang berlatih. Tersenyum. "Kau sudah tumbuh besar dan luar biasa dari apa yang kukira!" ucap Blegur.

Pedang Drabha turun menatap Belgur. Dadanya naik turun, mengatur nafas memasukkan pedang pada sarung pedang. "Kamu baru menyadarinya?" ejek Drabha.

Blegur tertawa renyah lalu berkacak pinggang membuang nafas. "Seberapa jauh kemampuanmu, mari kita uji!" tantang Blegur mengangkat kipas yang terselip di pinggang bukan pedang ataupun belati hebatnya. Bunyi hentakkan terdengar saat kipas terutai. Blegur mengipaskan depan belakang menganggap remeh Drabha.

"Jika itu maumu. Saya menerimanya dengan senang hati" Drabha tersenyum tipis menerima tantangan Blegur. Tarikan pedang dari sarung pedang di depan mata. Dentingan cepat, goresan tempaan besi dalam sarung pedang. Tatapan Drabha berubah tajam siap menyerang.

Blegur dan Drabha maju bersamaan, serangan pedang Drabha dengan cepat ditahan kipas Blegur. Tangan kiri tersembunyi dibelakang. Putaran berlawanan arah berhasil memukul mundur Drabha. Senyuman yang tentu untuk mengejek Drabha sambil mengipasi lehernya.

"Tidak ada percaya jika ramalan nenek moyangku dulu nyata. Kamu mengetahui simbol akar itu berhubungan dengan masa depan. Apakah saya benar?" ucap Blegur berlari kecil kembali menyerang Drabha. Drabha bersiap mengalahkannya.

"Apa urusannya denganku?" tanya balik Drabha menahan kipas Blegur dengan pedang. Kipas itu tidak patah atau tergores pedang Drabha. Sorot mata tajam saling terhubung seakan ada kabel penyatu. Jarak 10 sentimeter untuk pedang Drabha menyayat leher Blegur. Posisi bertahan, menunggu waktu tepat untuk membalik keadaan.

"Mada dan Anila keluar dari pusat kota, mereka sudah tahu arti simbol dan letak gerbang menuju masa depan. Kamu pasti tahu benar apa yang ku katakan, hmm?" ucap Blegur menaikkan satu alisnya.

Drabha menekan kuat kipas Blegur ke bawah dengan gerakan memutar. Kipas terlempar jauh karena pedang Drabha. Dia tidak berhenti disana, kakinya berselancar di tanah mengayun pedangnya. Potongan baju Blegur terbang, jatuh ke tanah. Blegur tersentak dengan kemampuan Drabha sebentar. Tangan Blegur bagai magnet menarik kipas mengarahkannya ke dada Drabha sebelum kembali ke tangannya. Drabha memegang perutnya merasakan sakit.

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang