BAB XIX "Rangkah Durgama"

543 72 9
                                    

Minggu ini up lagi nih?

Siapa yang udah ngak sabar nunggu kelanjutan JAMANIKA?

SATU KATA UNTUK ANILA?

SATU KATA UNTUK MADA?

SATU KATA UNTUK DRABHA?

SEMOGA KALIAN SUKA BAB INI YA

JANGAN PELIT VOTE DAN COMMENT YAH! OKE!

OKE CUSSS... LANGSUNG BACA

SELAMAT MEMBACAA SEMUAAAA...............................................


***************************************************

Tanyakan pada hatimu yang paling dalam. 

Dia tahu jawabannya mana yang benar dan terbaik.

-Giwono

***************************************************

"Kowe mboten nopo-nopo, An? Enten nopo kalih Mada?"  tanya Giwono khawatir meletakkan nampan berisi makanan. Tangis Anila mengering.

("Kamu baik-baik saja An? Ada apa kamu dengan Mada?")

"Mada blenjani janjine.  Mpun njupuk nyawane wong,"  jawab Anila mengangkat pandangannya. Sendu.

("Mada mengingkari janjinya. Dia telah menghilangkan nyawa seseorang.") 

"Mada seseorang yang taat. Kamu sudah mengenalnya lama tanyakan pada hatimu yang paling dalam. Dia tahu jawabannya mana yang benar dan terbaik." Giwono pergi membuat Anila berpikir dalam-dalam.

"Semua terjadi begitu cepat. Apa yang saya katakan waktu itu benar hanya mimpi. Waktu keberangkatan Mada ke Bubat memang berbeda. Agh, itu benar mimpi. Pada akhirnya kamu tidak bisa mengubah apapun An,"  monolog Anila mengusak rambutnya frustrasi. Dunia yang dia lihat di mimpi bercampur aduk dengan kejadian yang sebenarnya dia alami. Seringkali susah untuk membedakannya.

"Mada maafkan saya," lirih Anila menghapus air matanya yang kembali menetes.

Sorot cahaya matahari menyusup masuk dari celah kotak ventilasi mengarah pada kain hitam tergeletak disamping ranjang mengalihkan perhatian Anila. Sedikit terlihat gambar simbol yang tidak asing.

"Kenapa ini ada disini? Apa ini milik Mada tapi kenapa dia memiliki simbol yang sama seperti dimiliki Drabha dan juga pada kitab Dramasastra," batin Anila mengenggam kain hitam.

Anila bergegas turun mencari Mada, teriakan Ginowo yang memanggilkan namanya tidak dia hiraukan. Dia mencoba mencari di area latihan memanah tapi tidak nampak aktivitas apapun disana. Hanya satu tempat yang belum Anila cari. Tempat di belakang istana dekat dengan area gudang. Tidak sengaja Anila melihat seperti pelayanan istana anehnya menggunakan pakaian serba hitam berbicara dengan seseorang. Mencurigakan. Anila mencoba lebih dekat untuk mendengar pembicaraan mereka. Sayang tubuh seseorang itu terhalang pohon besar. Dia hanya mendengar mereka. Tiba-tiba seseorang memukul dari belakang. Gelap.

**********************

"Persembunyianmu terlalu terlihat." Seseorang tersenyum lebar mengangkat satu kakinya diatas kursi. "Sekarang kamu hanya perlu menunggu waktu kematianmu!" ucapnya tertawa penuh kemenangan.

Seseorang dihadapannya pun sama ikut tertawa tanpa rasa takut dengan tangan terikat di tanah bersama tumpukan padi disusun meninggi di sekitarnya.

"Kamu tidak takut sama sekali?" tanya Panggulu berjongkok didepan Anila.

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang