BAB IV Ujubriya

1.9K 184 8
                                    

WARNING BANYAK TYPO!

Happy Reading...

****

*

*


"Bagun! Sudah pagi!"seru Mada melipat kedua tangan berdiri tegap di samping tempat tidur. "Waktunya untuk bangun!" Hanya terdengar lenguhan pelan.

"Lakukan tugas pertamamu, Cepat bangun dan masak!"

"Hegh.? Masak? Gue ngak bisa masak?" jawab matanya masih terpejam. Badannya enggan untuk bangun dari tempat tidur.

"Itu urusan Nyai jika masih ingin tinggal disini!" Anila berangjak dari tempat tidur dan berdiri dihadapannya membuatnya terkejut.

"Nyai mau kemana?" tanya Mada. Bingung.

"Mandi. Ngomong-ngomong kamar mandi dimana? Gue mau mandi dulu dari kemarin gue belum mandi nih." Mata Anila menengok kearah tempat yang ditunjukan Mada. Betapa terkejutnya Anila bukan kamar mandi seperti yang Anila harapkan. Melainkan tempat berbentuk bertutupkan anyaman bambu mengelilingi area dengan sumur tertutup tanaman hijau merambat disampingnya. Cahaya matahari tersenyum serta awan yang bergerak begitu ketara dari bawah sini.

Mada yang mendengar teriakan buru-buru menghampiri Anila. Takut terjadi sesuatu hal buruk. Terlihat Anila berdiri disana seperti menatap sesuatu didepannya. Baru saja Mada ingin mendekat terdengar suara Anila.

"Ini gue mandinya dimana?" teriak Anila tapi lebih merengek seperti anak kecil. Berbalik badan menatap Mata.

"Ya disitu," jawab Mada datar.

"Situ mana? Showernya mana?" telingga serasa sakit sekali mendengar rengekan Anila yang terus menerus seperti anak kecil kehilangan mainannya. Tanpa tau maksud perkataan Anila, Mada bergerak maju kearah sumur mengulurkan tali yang sudah dikaitkan dengan ember. Menunggu ember terisi penuh menariknya keatas dan menuangkan gendi besar. 

"Mandi saja disana, dan itu airnya." ucap Mada setelah gendi terisi penuh. 

"Ngak ada air hangat nih? gue ngak bisa mandi air dingin."

"Maksud Nyai?"

"Saya tidak bisa mandi air dingin." Mencoba menggunakan kosa kata yang dapat dimengerti lawan bicaranya. Anila masih belum terbiasa dengan bahasa formal yang digunakan sekarang ini. 

 Jangan banyak mengeluh!"

Mengerucutkan bibirnya "Serius? Gila lo ya! ini tempatnya terbuka gini!"

"Tidak akan ada yang melihat. Tenang saja."

"Kan ada lo!" Mada menghela nafas lelah.

"Saya tidak akan melihat. Dan itu sama saja membuang waktu untuk urusan yang tidak penting." jawab Mada singkat berlalu pergi. 

"Awas aja ya kalau lo ngintipin gue!" teriak Anila menatap punggung Mada mulai hilang di balik dinding. Hatinya masih tidak tenang. Bagaimana jika Gajah Mada mengintipnya selagi mandi. Semua pikiran negatif muncul. Tapi disisi lain dia juga butuh mandi tubuhnya sudah gatal. Air dalam gendi rasanya sudah tidak sabar untuk bersentuhan dengan kulit Anila.

"Apa boleh dari pada gue panuan gara-gara kagak mandi. Hancur sudah skin care gue buat ngerawat tubuh. Apa kata seorang Anila Aishwarya Jayakara panuan." Mengidik ngeri tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada dirinya.

"Ini apaan coba?" Mengangkat tempurung kepala kering dengan batang pohon sebagai pegangannya. Membolak balik benda itu berulang menatap aneh seperti baru pertama kali melihatnya. Maklum Anila terlahir kaya dari lahir. Hidupnya serba kecukupan.

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang