Bab V "ANCAK"

1.7K 199 13
                                    

WARNING BANYAK TYPO!

Happy Reading...

Masih ada yang nungguin Mada dan An ngak nih?

Sorry telat update pokoknya nulis langsung up

*****

"Ketika orang yang kita sayang jauh

Sebuah seruan rindu dalam hati akan muncul memanggilnya tanpa sadar"

_An..._

*

*

*

Cahaya menyilaukan membuatnya terbagun, kepala masih berdenyut. Bayang-bayang samar dalam ingatannya. Kejadian kemarin malam sungguh dadanya masih terasa sesak. Sudah sekian kalinya nyawanya ada diujung tanduk.  

"Pah.. Papah...Mamah.. An rindu." Menenggelamkan kepalanya memeluk kedua lututnya melampiskan semua yang dia rasakan. Air mata mulai mengalir dipipinya merasa tertekan. Anila ingin pulang kembali kehidupan normalnya. Cara untuk kembali pun dia tak tahu. Hanya tangis saja yang bisa ia luapkan kini. Cairan bening itu keluar semakin deras. Tanpa sadar ada seorang disana yang memperhatikannya disudut pintu. Merasa bersalah perlakuannya semalam pada Anila. Bagaimanapun dia adalah perempuan. 

Merasa ada yang mengawasi Anila mengangkat kepalanya segera menghapus air mata yang membasahi pipinya. Disana sudah ada Mada berjalan mendekat kearah Anila  mengambil tempat untuk duduk disamping Anila. Menyibak helaian rambut yang menutupi sebagian wajah Anila.

"Ojo nangis, ngapunten kedadean mbengi," ucap Mada bernada rendah namun penuh perhatian berbeda saat terakhir  berbicara dengan Anila yang bernada tinggi.

("Jangan menangis, maaf kejadian semalam")

"iki gara-gara kowe," jawab An datar masihada rasa kesal dihatinya. Anila dengan sikap Mada. Ia memang keturunan jawa jadi bisa berbahasa jawa walaupun sedikit kosa kata yang ia tahu.

("Ini kan karena kamu")

Mada hanya diam menatap mata Anila. Mencari kebohongan disana berharap tidak terjebak sandiwara yang An lakukan.

"Jangan lihatin saya begitu nanti kamu suka lagih." Mada menyadarkan dirinya, mengalihkan padangan kearah jendela di samping tempat tidur.

"Cepat bangun dan ikut denganku ke pangkalan militer!" tegas Mada berdiri meninggalkan Anila yang masih bingung.

"Hagh?! Maksudnya ?" Tidak ada jawaban dari empunya "Dasar aneh."

**********************

Berjejer berbagai persenjataan terlihat rapi. Anila berdiri memainkan senjata pedang mengusir rasa bosannya sekian lama duduk menunggu Mada selesai dengan urusannya. Mada memang menyuruh Anila untuk menunggu di pangkalan prajurit sendirian. Mencium  bau sedap dari ujung lorong membuat perutnya bersuara dirinya belum makan apapun. Pagi ini sudah diseret kepangkalan  saja oleh Mada. Melihat berbagai macam makanan tersaji diatas meja. Seorang juru masak terlihat bingung melihat perempuan masuk dapur khusus bhayangkara tanpa permisi mencicipi satu persatu makanan disana siapa lagi kalau bukan Anila. Perutnya sekarang memang tidak bisa diajak kompromi kali ini.

"Ehm ehem.. Neng gelis iki sopo? mrene mrene!" tanya Juru masak berkumis tebal seraya mengayungkan adukan sayur  didepan muka Anila. Empunya hanya menyengir  tak bersalah sambil tetap mengunyah makanan didalam mulutnya.

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang