BAB XLIX "Dimensi Panca Wektu"

278 30 14
                                    

Siang sobat Dei!🖐😊

Selamat hari libur!

Apa kabar kalian semua? 

Maaf lama karna ada riset tambahan. Jadi spoiler nih nanti kalian bakal ketemu tuh ama petir-petir shining shimmering splendid  yang unyu-unyu.  Semua saya berdasarkan fakta.

JANGAN PELIT VOTE DAN KOMEN YAH! Saya tungguin hehe...

Dan makasih banget yang follow saya. Jadi tambah semangat nulisnya.

Oke. Siapkan Imajinasi Kalian huh bab ini lumayan saya mikir dari sabang sampai merauke 😂🤣

HAPPY READING SOBAT DEI💕




**************

Cemoro Tunggal.

(Source:  infoPendaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Source:  infoPendaki.com)

( Jadi ini penampakan Pohon Cemoro Tunggal)

Guntur menderum semesta. Petir merambat bagai akar menghujam atmosfer dan tanah. Mencari mansa siapa saja yang akan jadi targetnya. Blegur tersenyum sumringah menatap kilat itu bagai keindahan dunia tiada tara. Blegur wis Gemblung (Blegur sudah tidak Waras)!

"Cepat kalian maju!" titah Blegur pada prajuritnya tengah termangu dibelakang sana. Mata Blegur berbinar kegirangan dibutakan ambisi. Kini akan mudah menguasai seluruh Kerajaan Jawadhipa untuk tunduk ke padanya. Semua akan jadi miliknya.

"Mangke (Tunggu)!" seru Anila merasakan ada hal tidak beres.

"Persetan ucapanmu! Kalian tunggu apa lagi!" sentak Blegur. Ekspresi wajahnya menajam.

Lima Prajurit berlari mendekati pohon itu dengan perasaan takut—takut pada Blegur sekaligus kilat petir. Pandangan Anila turun mengamati serpihan berserakan disekitar pohon itu. Cahaya temaram berkabut mengaburkan penglihatannya.

Satu.

Dua.

Cahaya temaram kian terang. Serpihan itu perlahan terlihat netranya. Tulang! Pandangan Anila naik, bola matanya melebar mulutnya menyentak terbuka. Aliran petir besar merambat turun. Dimana mengandung aliran listrik besar seperti ia ketahui. Petir mengincar objek tinggi terutama pohon tunggal diantara materil vulkanik. Sialnya bertambah lagi sasarannya—para manusia berdiri diatas tanah lampang.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang