BAB XLVIII Arju lan Torana Masa Depan

273 30 6
                                    

Selamat malam pembaca setiaku!😊

Udah pada tidur belum yah? Anila update nih😔

Oiya saya baru buat akun tiktok. Isi konten ceritaku termasuk "JAMANIKA"  Follow yah @mazahdei  Hehe...

 Isi konten ceritaku termasuk "JAMANIKA"  Follow yah @mazahdei  Hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN PELIT VOTE DAN KOMEN YAH!

Satu pesanku untuk kalian jadilah manusia berakhlak. Karena ilmu tanpa akhlak buyar dunia ini.

Tentunya pembacaku berilmu dan berakhlak dong yah😊

Maaf klu banyak typo krna nggak sabar buat di up. Tandain aja yah sahabat dei. Saya panggil kalian gitu aja yah, ndak papa kan?😄🙏

SELAMAT MEMBACA...

*******

*******************

Matahari telah menanggalkan diri berganti langit hitam pekat tak berbulan. Api unggun memedarkan kegelapan. Aroma harum hasil buruan dibakar menyapa penciuman Anila. Prajurit Sadeng tengah bergurau berhenti melihat kedatangan Anila.

"Neng ndi Monkey kuwi (Dimana monyet itu)?" tanya Anila bernada tegas.

Prajurit itu saling bertukar pandang mengerut kening kemudian menatap Anila. Ada bahasa asing terselip disana. Tak mengerti dan tak tahu siapa yang perempuan itu maksud.

"Monkey lekong senang kipas-kipas!" geram Anila memberi ciri.

"Tuan Blegur?" tebak salah satu prajurit ragu.

"Lah, Iyo. Sapa meneh! (Ya. Siapa lagi!)"

"Ada di tendanya, Nyi Sanak," sambut prajurit lain.

Anila mendengkus tidak senang panggilan itu. Tanpa basa-basi ia bergegas ke arah tenda yang ditunjuk prajurit itu. Pembicaraan penghuni disana seketika diam menoleh saat kain pintu tenda tersibak.

"Saya akan memberitahu lokasi gerbang itu," tegas Anila mencengkeram jari-jemarinya. Sekilas tatapannya bertemu dengan Drabha lekas beralih pada Blegur.

Satu alis Blegur naik mengerutkan kening bertukar pandang pada Drabha. Drabha hanya melempar tatapan datar seperti biasanya. Blegur menegakkan posisi duduknya kembali menatap Anila—belum habis keterkejutannya.

"Itu yang kalian inginkan, bukan?" lanjut Anila meneguhkan hati.

Blegur mengosok dagu kemudian tertawa hampir terbahak. Beranjak melipat kedua tangan mendekati Anila. "Apa yang membuatmu berubah pikiran Neng Ayu?" panggilan yang sengaja untuk mengoda Anila. Berjalan mengelilingi Anila.

Anila mendengkus, ingin sekali wajah Blegur itu ia tampar kotoran Kebo. Tapi itu bukan tujuannya saat ini dan memilih mengabaikan. "Asalkan dengan satu syarat," ucapnya tetap tenang melirik Blegur yang berdiri disampingnya.

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang