BAB XLVII "Sesundhing Kuwi?"

272 42 12
                                    

Selamat Sore!😊

Apa kabar pembaca setia Jamanika atau yg baru ikutin cerita ini yah?

Masih bau-bau lebaran saya mau minta maaf yah banyak kekurangan dalam tulisan dan suka telat update🙏😭

Kalian mau maafin kan?😭😭😭

Gimana kabar bapakku? Syukur Alhamdulillah baik, sekarang masa pemulihan. Maaf baru ada waktu nulis dan update karena  harus jagain bapak dulu🙏

Yaudah selamat membaca yahh...

JANGAN PELIT VOTE DAN KOMEN YAH!

DAN JADILAH PEMBACA BERAKHLAK ❤👍

********************

Satu hari yang lalu. Di Cemoro Kandang.

Blegur didalam tenda Drabha sengaja menunggu sang empunya. Duduk bersilang kaki bersandar batang pohon sebagai tumpuan tenda. Ia berpikir menatap kelima kitab yang telah dimilikinya. Membaca semua isi bagian yang terkandung didalamnya.

"Ini jelas seperti dijelaskan Batara Guru." Blegur tersenyum miring. "Siji-sijine kunci wedok kuwi (Satu-satunya kunci adalah perempuan itu). Sial, bila perlu mulut itu ku robek agar bicara." Monolog Blegur mengetuk pedangnya ke tanah geram dengan tingkah Anila. Kepalanya menoleh ke arah pintu.

Drabha mendengkus sorot maata bertemu Blegur. Memilih meneguk arak terbungkus botol bambu tergantung diatas cabang pohon itu. Semakin tinggi tempat berpijak menuju puncak semeru. Udara semakin dingin dan tidak menentu.

"Sudah ku duga kau mencintainya," buka Blegur beranjak bangun.

Drabha menoleh, tangannya berhenti memasukan kayu ke perapian untuk menghangatkan diri.

"Sainganmu telah mati kau dapat memiliki sepenuhnya," goda Blegur meraih, meneguk arak milik Drabha diakhiri desahan kepuasan.

"Cinta?" Drabha meringis. "Kita membutuhkannya hidup-hidup untuk menemukan gerbang masa depan bukan? Mendapat kekuatan dan kekuasaan."

"Haha... Otakmu berfungsi sekarang. Keputusan bagus."

Drabha mendengus. Satu sudut bibirnya terangkat. "Tidak mungkin orang berotak bodoh menjadi seorang Bhayangkara."

"Hahaha......" Blegur bertepuk tangan puas. "Kalimat yang bagus."

"Perempuan menyukai cara halus dibanding kasar. Ikuti saranku ini dan lihat hasilnya nanti."

"Baiklah. Akan ku tunggu kabar baik darimu."

"Kau pasti mendapatkannya."



*************

Masa sekarang.

Rombongan Pasukan Majapahit tiba di Ranu Kumbolo. Rama telah bergabung dengan rombongan dua hari lalu. Bau anyir dan bangkai menusuk penciuman mereka pertamakali. Semua terkejut bangkai manusia bergelimpangan dipatuk burung gagak. Sebagian terbang berkeliaran diatas langit mencari target mangsa baru untuk menuntaskan rasa laparnya. Suara memekaknya seakan menyambut kedatangan Pasukan Majapahit. Tanah hitam itu berubah berlumur darah.

"Telah terjadi pertarungan besar disini," ucap Rama turun dari kudanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang