BAB XIII "Dhelik"

944 99 3
                                    

JUMPA LAGI SEMUAAAA....😊😊

SIAPKAN HATI DAN PIKIRAN KALIAN YAH BACA BAB INI, SEMOGA KALIAN MENIKMATI YAH

JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT YAH 

Cuss langsung baca aja

Selamat Membacaa.....

*********************************************

**********************

***********

Mata melirik kiri dan kanan helaan nafas lega keluar dari mulut Anila. Dia berhati-hati dengan seseorang saat ini harus dihindari. Wajahnya takkan kuat berhadapan denganya. Mada. Seseorang yang membuatnya harus berjalan merayap di tembok bagai cicak penuh waspada. Hatinya sungguh berkecambuk tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Setiap derap langkah kaki dilorong Anila akan meransek masuk dibalik tembok menutupi wajah dan tubuhnya.

Bayangan waktu itu terputar seperti kaset rusak tidak berhenti. Bibir Mada bertemu dengan bibirnya. Hentakkan kaki disertai usakan rambut yang tergulung dengan ikatan tali itu menjadi berantakan.

"Sudah, buka matanya," ucap Mada membuat kedua mata Anila bertemu dengan miliknya.

Ciutan dari mulut-mulut pasukan menyeruak melihat dengan gagah Mada membopong Anila melewati area latihan.

"Ada yang tidak sendiri lagi sekarang!" seruan dari salah satu prajurit.

"Waaaah luar biasa!"

"Akhirnya tidak merindu lagi!" goda Rama menghentikan tarikan anak panahnya pada busur.

Mada terus berjalan tanpa peduli. Matanya lurus kedepan. Anila menyembunyikan wajahnya didada bidang Mada. Malu. Tidak ada penolakan untuk Mada, Anila sudah berniat turun berjalan sendiri namun tangan Mada begitu erat.

"Agh kamu ini kenapa An!" monolog Anila mengusak kembali rambutnya.

"An, saweg nopo?"

("An, sedang apa?")

Suaranya terdengar familiar ditelingga Anila. Perlahan dia memiringkan wajahnya melirik presensi disampingnya.

"Mada!" Matanya membulat seketika kemudian kembali menyembunyikan wajahnya ditembok. Mada mengangkat salah satu alis memiring kepalanya. Ketika tangannya hendak memegang bahu Anila langsung berjalan mundur menyusuri tembok kemudian berlari secepat mungkin dia bisa.

."An!" teriak Mada. "Ada apa dengannya?" Mengerutkan kedua keningnya kemudian mengejar Anila yang semakin jauh.

Anila terus berlari sesekali melihat belakang tanpa sadar dia menabrak seseorang. Matanya menatap alas kaki yang sangat dia kenal. Langkah mundur perlahan tanpa menatap presensi orang itu kemudian berlari kearah sebaliknya malah ada Mada yang berjalan dengan gagah. Firasatnya salah orang yang menabraknya bukan Mada melainkan Drabha. Anila lupa jika alas kaki semua pasukan militer sama.

"An! Aaaan..," panggil Mada mengetuk pintu. Ya, Anila melesat masuk pada salah satu ruangan di barak dan menguncinya. Detak jantung Anila sungguh tak beraturan terasa jelas ditangannya. Wajahnya masih merah menahan malu.

"Ada apa?" tanya Drabha menepuk bahu Mada.

"Entah, saya pun tak tahu."

"Buka pintunya!"

"Sudah sana pergi!" teriak Anila dibalik pintu sana.

Drabha melirik Mada tajam "Kesalahan apa yang kamu perbuat sampai Anila bersikap seperti itu."

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang