Selamat malem semuaaa
Aku up lama yah? maaf semua pembaca jamanika baru selesai ujian nih.
Angkat tangan yang udah ngak sabar baca bab ini!
Semoga banyak ya hehehe....
JANGAN PELIT VOTE DAN COMMENT YAH
AKU SUKA KALAU KALIAN VOTE ATAU COMMENT WALAUPUN ITU CUMA EMOT NGERASA DIHARGAIN AJA GITU. MAAAF YA KALAU ADA SALAH KATA.
SEMOGA KALIAN DIBERI KESEHATAN SELALU AAMIIIN....
***************************************************************************
GATAKA-CINTAKA-ANTAKA
SENGSARA-CELAKA-MENINGGAL DUNIA
**********************************************************************************
Hari semakin dekat, kegelisahan hati seorang ayah melepas putrinya semakin besar. Tapi senyum Dyah Pitaloka ingin menguburkan kata yang terpajang dalam pikiran.
"Ada hal apa ayahanda memanggil?" tanya Dyah Pitaloka.
Prabu Linggabuana, Raja Padjajaran tengah berdiri di anjungan yang mengarah langsung perbukitan. Kecemasan pada mata tergambar.
"Kamu akan memiliki tugas baru sekarang putriku. Menjadi seorang ratu dan istri memiliki tanggung jawab besar. Ayahanda berharap kamu bisa melakukan keduanya sejalan, tidak tumpang tindih. Keluarga dan rakyat adalah utama. Dalam kehidupan barumu nanti akan ada penerimaan, pertentangan, setuju maupun tidak setuju. Kuatkan dirimu dan jangan terlalu percaya pada orang lain. Jika sesuatu hal terjadi kuatkan dirimu," tutur Raja Linggabuana kedua tangan bertaut dibelakang menoleh pada putrinya.
"Pitaloka akan mengingatnya. Terimakasih. Pitaloka pasti akan rindu dengan Ayahanda." Pitaloka tersenyum.
"Sebenarnya seorang laki-laki yang harus datang ke kerajaan menjemput calon istrinya bukan sebaliknya. Itu tidak baik menurut leluhur," ucapnya penuh cemas. Ini akhirnya terucap.
"Ayahanda terlalu khawatir semua akan baik-baik saja."
"Baiklah. Besok akan siap semua untuk berangkat kecuali adikmu tetap berada di istana." Pitaloka mengganguk tersenyum bahagia.
************
Dermaga Bubat semua rombongan Padjajaran berlabuh. Terletak tidak jauh dari sungai Jetis di utara Trowulan Ibukota Kerajaan Majapahit. Prabu Linggabuana, Dyah Pitaloka beserta beberapa prajurit pengawal sebagai pengaman turun dari kapal. Dyah Pitaloka nampak cantik dengan balutan kain berwarna merah dengan bawahan batik senada. Hiasan rambut ukiran bunga berwarna keemasan terpasang indah di sanggul Pitaloka. Bibir merah kecolatan semakin menambah aura kecantikannya turun dari kapal. Kicauan burung menyambut kedatangan mereka tapi sayang bukan burung cicit melainkan burung gagak.
"Semoga tidak terjadi hal buruk Jagadewabatara," batinnya menatap langit
Prajurit menyambut kedatangan mereka mengangkut barang padjajaran. Awalnya berjalan damai sampai pengikut Kerajaan Padjajaran menyadari jika barang mereka diangkut ke Daerah Paseban. Dia mengetahui jelas itu adalah tempat untuk menyimpan upeti dari daerah jajahan. Kata 'Seba' berarti pajak.
"Berhenti!" seru Kepala Pengawal Pajajaran.
Semua langkah terhenti Kepala Pengawal kerajaan menunduk hormat pada Raja Pakuan Pajajaran.
"Maaf Paduka, sikap Majapahit ini tidak benar. Tidak seharusnya barang Kerajaan Padjajaran di letakkan di Paseban," ucap Kepala Pengawal.
Dyah Pitaloka memperhatikan percakapan mereka. Para menteri dan pengikut melirik kearah sekitar membaca situasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
JAMANIKA
FantasíaPertemuan tidak sengaja dengan Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit mengubah seluruh hidup cewe manja bernama Anila. Bermula dari kejadian saat dirinya membaca buku kuno di toko buku misterius untuk mengalihkan perasaan sakit hatinya setelah...