BAB XXXVIII Ranu Kumbolo; Sang Dewi

300 41 11
                                    


Hari ini JAMANIKA UPDATE LAGIH!

Siapa yang seneng angkat tangan lewat komen yah!😁🖐😂

Ini untuk kalian pembaca semua yang rindu sama Mada dan Anila karena aku up nya lama. 

Hati-hati bab ini panjang, menegang dan menguras jiwa raga! 

SIAPKAN HATI, PIKIRAN Serta IMAJINASI KALIAN!

Menuju dunia khayal hehe...

JANGAN PELIT VOTE AND COMMENT YAH

AKU SUKA KALAU DI KOMEN DI SEMANGATIN GITUH🤭

Selamat membaca semuaaa....

****************

Pakaian hitam telah basah melintasi Sungai Brantas. Tiba-tiba serbuan desing anak panah menangcap ke pinggir sungai mengejutkan kuda milik barisan pasukan Blegur. Sial! Kita dikepung!

Seseorang dibalik pohon besar diatas bukit kecil mengangkat busur siap melesat anak panah. Targetnya satu manusia barisan depan. Pastilah, pemimpin mereka. Busur menggerak kanan kiri, ada dua sasaran nun jauh disana. Siapa diantara mereka? Dalam batin Rama.

"Jalankan rencana kedua!" ucap Blegur menoleh pada Drabha.

"Kita bertemu disana." Drabha mengangguk. Menarik cadar hitamnya yang turun kemudian tali kekangan menjauh dari pinggir sungai kearah Barat. Jika berkumpul sama saja menunggu dimangsa kematian.

 Jika berkumpul sama saja menunggu dimangsa kematian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Chandrabha memakai topi caping memakai cadar)

Semua pasukan segera menyebar dengan pembagian beberapa kelompok. Barisan pemanah dibelakang dan depan barisan pedang. Melajukan kudanya pergi begitu juga Drabha. Drabha melirik kebelakang. Pasukan Majapahit terlihat satu persatu dibelakang mengejar.

"Ini tidak aman lagi," decak Drabha membelok ke wilayah Malang. Melihat banyaknya Pasukan Majapahit mengejar beberapa pasukan Sadeng ikut menyebar menjadi beberapa kelompok kecil sengaja memecah pasukan Majapahit supaya mudah membunuh mereka.

Aksi saling kejar dan mencari jejak membuat Drabha melajukan terus kudanya. Ia kira semua pasukan pengejarnya telah tumbang terpanah ternyata masih ada satu. Seseorang laki-laki muda menarik busurnya mantap. Kudanya tetap melaju sesuai arahan.

"Baiklah, ini terakhir. Tamat riwayatmu!" Drabha berbalik memposisikan tubuhnya condong ke belakang menarik busurnya. Menutup satu matanya targetnya adalah leher. Suasana gelap hutan tiba-tiba masuk kearah pedesaan. Cahaya obor didepan perkarangan rumah memperlihatkan siapa target yang akan ia panah. Rama?

 Rama?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang