BAB XLV "Kenyataane"

318 36 2
                                    

Selamat sore pembacaku!

JAMANIKA UP HARI INI YAH! Untuk kalian semua yang udah nggak sabar kelanjutannya.

Tadi malem niatnya mau up tapi capek banget terus kuota nggak ada ini aja tetring saudara wkwk...

JANGAN PELIT VOTE DAN KOMEN YAH!

UNTUK PEMBACAKU PINTAR YANG BERAKHLAK. SEMOGA SEHAT SEMUA YAH....

SELAMAT MEMBACA.......

******************

Desauan angin mengelitiknya membuka kelopak mata. Aroma lavender memenuhi indra penciuman Anila. Langit ambuwaha enggan menepi. Matanya dimanjakan Padang Sabana berselimut warna unggu menawan. Hamparan bunga-bunga lavender. 

(Foto ini adalah oro-oro ombo ketika bunga lavender sedang mekar yah kawan-kawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Foto ini adalah oro-oro ombo ketika bunga lavender sedang mekar yah kawan-kawan. Aku doain yang pengin kesana semoga cepat terkabul)

Apakah aku sudah mati?

Apa ini surga?

Tiba-tiba sengatan nyeri menjalar diseluruh tubuh. Suara kemarahan Blegur pada prajuritnya karena sayatan pedang dilayangkan pada Anila mungkin terlalu dalam sampai belum sadar. Ah, ternyata masih hidup, dalam batin Anila menutup kembali matanya. Aroma lavender menenangkan bertentangan dengan hati dan pikirannya teramat kacau. Entah, seberapa jauh Blegur dan pasukannya membawanya pergi jauh dari Mada.

"Tangi! (Bangun!)" Blegur menyiram keras wajah Anila dengan air. Anila gelagapan bangun. "Saya tahu Nyi Sanak sudah bangun. Kowe ora bisa mbodoni awakku! (Kau tak bisa menipuku!)" bengis Blegur.

"Apa maksude gawa awakku, hagh?! (Apa maksudmu membawaku hagh?! Apa yang kau cari sudah kau dapatkan jadi biarkan saya pergi!" kesal Anila ketika tubuh lemasnya dipaksa kasar untuk berdiri.

"Karena saya masih membutuhkanmu, Nyi sanak." Menyentuh dagu Anila dengan ujung pedangnya. "Tudukkena neng ndi, kapan gapura kuwi ke buka? (Tujukan dimana, kapan gerbang itu terbuka?)"

Panggilan yang sama sekali tidak Anila sukai. Anila menatap tajam Blegur. "Budayakan membaca goblok! Pikir dan temukan sendiri!"

"Hahahahaha..." Blegur tertawa keras sampai tergelak. Pintar juga wanita ini mengocek kesabarannya. Kening Anila mengerut heran. " Padha kerungu? (Kalian dengar?) Mbeke ana wong sing ngucap awakku iki goblok? (Baru kali ini ada orang mengatakanku bodoh?) Hahaha..," seru Blegur diiringi tawa menatap pasukan disekelilingnya. Semua terdiam tidak berani ikut tertawa.

"BAWA DIA! KITA BERANGKAT!" tegas Blegur seketika berhenti tertawa. Ekspresi wajah berubah tumpul menahan murka.

"Lepaskan saya! Mada pasti akan membunuh kalian semua!" teriak Anila.

Blegur mendengus, "Berharaplah napas masih tertahan dalam jiwanya." Ia melengos pergi.

" Ia melengos pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang