BAB LI "Mlayu!"

284 28 4
                                    


Sungeng enjang Sobat Dei!

Selamat pagi Sobat Dei!

Gimana nasib Drabha setelah ini?

JANGAN LUPA TEKAN BINTANGNYA DONG DAN KOMEN KALAU BOLEH NIH. SAYA SUKA KALAU ADA KOMEN BIARPUN CUMA EMOT LOPE HEHE....

JADILAH PEMBACA BERAKHLAK karena ILMU TANPA AKHLAK AMBYAR DUNIA INI.


JADI TOLONG KASIH TAU AKU KALAU ADA YANG COPY CERITA INI. KARENA CERITA YANG BUAT SAYA  PALING MIKIR DARI OTAK KANAN KIRI BOLAK-BALIK KE OTAK TENGAH SAMPAI KANAN LAGI. INI TAHUN KE -3 yang berencana akan tamat tahun ini. Doain ya!

KOMEN DONG! sEMANAGTIN DONG!😭😭

*******************


Sebuah awal mula pembenaran.

Waktu ditarik mundur jauh kebelakang. Dua pemuda dulunya sahabat karib berubah musuh seketika. Drabha dan Langgar.

"DOBRAK PINTUNYA!" seru Kepala Prajurit.

Langgar terbatuk mengeluarkan darah dari mulut berusaha menyangga tubuhnya berdiri tegak dengan pedang. "Mari kita selesaikan sekarang juga!"

Drabha mengangkat pedangnya maju bersiap mengakhiri pertarungannya. "Matilah kau!"

Pintu terbuka lebar. Mata Drabha tersentak. Kepala prajurit bergerak masuk mengangkat pedang ikut menyerang Drabha. Drabha menangkis dua pedang dihadapannya. Pedang Langgar terpetal, dan tubuhnya menyentak dinding. Tenaga sudah terkuras habis kehilangan banyak darah. Drabha melawan Kepala Prajurit itu semakin sengit. Kepala Prajurit berhasil berikan pukulan keras dan sayatan pedang pada bahu kiri. Drabha menyentuh bahu yang terasa nyeri, lukanya belum sembuh sepenuhnya.

Kepala Prajurit Majapahit mengayunkan pedangnya. Langgar menyadarinya lekas berbalik meraih pedang menjadikan tubuhnya sebagai tameng bagi Drabha. Darah segar memercik saat besi tajam itu menyayat dada Langgar. Tetesan darah mengalir turun dari dinding bata. Tumpukan kitab lontar ikut ternoda.

"Pe-pergilah!" ucap Langgar bertumpu dengan pedangnya menatap Drabha. Berusaha berdiri menyeimbangkan tubuhnya kian gemetar mati rasa agar tetap berdiri tegap. "Mm-Mla-yu! (Lari)!" tekan Langgar terbatuk mengeluarkan darah.

Tubuh Drabha tersentak, mata dan tangannya bergetar tak menyangka hal itu terjadi. Sejenak ia kehilangan pikirannya untuk memproses ucapan Langgar. Kenapa Langgar menyelamatkannya? Walaupun ada rasa enggan Drabha memutuskan berlari ke arah pintu rahasia dibelakang Rak berisi tumpukan lontar setelah kesadaran pikirannya itu kembali. Ia mengikuti arahan sorot mata ditunjukan Langgar tadi. Namun, tetap saja hati kecil tidak bisa mengelak untuk lensanya tidak melirik Langgar. Dunianya hening, matanya bergetar kalut. Dua pedang menembus tubuh mantan sahabatnya itu dan tumbang tergeletak di lantai.

"Saya te-lah membayar janjiku pada-mu," lirih Langgar terbata bersama mulut terus mengeluarkan darah. Sejak tadi memang kewalahan bertarung menghalau prajurit dengan sisa tenaga agar tak mengejar Drabha. Perlahan mata berselaput bening terpejam, cairan bening mengalir disudut mata.

Tangan Drabha mencengkeram kuat kusen pintu menegaskan dirinya untuk segera pergi. Berlari melewati lorong bawah tanah. Perjuangan mereka dulu tiba-tiba terbayang.

"Jika keadaan sama terulang, saya akan berganti menyelamatmu," ucap Langgar dulu.

"Kau menepati janjimu," ucap Drabha cairan bening entah kenapa menerobos keluar pertahanannya.

JAMANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang