kind of Rafael

71 9 1
                                    

Dua buah susu kotak diletakan di atas meja secara tiba-tiba oleh cowok itu. Kedua gadis yang menempati bangku tersebut menolehkan pandangannya secara bersamaan pada si pelaku.

Gadis berkuncir satu menatap lebih sengit, wajahnya memerah, mulutnya terbuka bersiap memaki.

Namun, gerakannya kalah cepat dari sahabatnya. "Kak Rafael," sapa gadis berkawat gigi.

"Gue ke sini untuk ngambil makan siangnya Dion, sekalian aja gue beliin susu kotak buat kalian." Rafael mendudukkan dirinya di meja. "Baik 'kan gue?"

Anya tersenyum hangat sembari mengangguk, akhirnya Rafael menganggap keberadaannya. Semakin hari sikap pemuda itu semakin manis dan baik, pantas saja semua gadis menyukainya --kecuali Gita.

Gadis berkacamata kotak itu memberikan kotak makan siang milik Dion. Tangannya bergetar hebat, padahal tak sampai satu menit untuk menunggu Rafael menyambut tangannya.

"Anya, lo makin cantik. Kayaknya perawatan lo berhasil," puji Rafael saat di depan pintu kelas.

Anya tremor mendadak, telinganya panas dan memerah, malu. Ia sampai tak bisa membalas ataupun berterima kasih atas pujian Rafael barusan.

Pemuda itu benar, saat ini Anya sudah terlihat jauh lebih baik. Kulitnya cerah, dan surainya berkilau. Hanya dua benda yang tak ia ganti, kawat gigi dan kacamata kotak masih setia menemaninya.

Gita mendengus. "Gak usah sok baik sama sahabat gue!" bentaknya.

-o0o-

Pulang sekolah kali ini Dion gelisah. Pasalnya dia tak bisa mengantarkan Anya pulang, pemuda itu ada kegiatan ekstra sore ini. Dua orang yang kemarin bisa saja kembali berulah, iya 'kan?

Nyatanya, pemuda itu memang tak bisa menepati janjinya pada diri sendiri. Entah apa alasannya, yang jelas Dion tak bisa bersikap seperti awal pertemuan mereka --apatis.

Pada dasarnya, Anya sudah masuk terlalu jauh ke dalam hidup Dion. Merangsek dan menghancurkan semua tembok tinggi yang sudah delapan tahun dibangun oleh pemuda itu.

Namun, tidak ada hal yang mustahil, bukan? Dion pasti bisa mengusir Anya dari kehidupannya, untuk selamanya. Pasti.

Pemuda itu mengalihkan pandangan, bermain ponsel menjadi pilihan saat mendapati Anya berjalan menuju ke arahnya.

"Gue gak bisa antar lo pulang," kata Dion singkat.

Anya mengibaskan tangannya di udara. "Aku bisa pulang sendiri, kok."

"Enggak." pemuda itu menolak dengan tegas, pandangannya beralih pada seseorang bermata hazel. "Ael!"

Setelah mencari sumber suara, cowok itu mendekati Dion. "Kenapa? Lo kangen sama gue, ya?"

Dion mendengus. "Anterin pulang."

"Lo 'kan bawa motor, Yon."

Cowok bermata coklat itu mendecak, ia mendorong tubuh Anya perlahan hingga menjadi lebih dekat pada Rafael. Hampir saja gadis itu terjatuh karena dorongan kecil dari Dion.

Rafael diam sebentar, terdengar gumaman kecil dari bibirnya. Kemudian ia mulai membuka mulut. "Duh, gue ada--"

Lagi-lagi pemuda itu menghentikan ucapannya karena sesuatu. Kali ini penyebabnya adalah Gita. Gadis itu datang entah dari mana dan berdiri tepat di samping Anya.

"Gue bisa, kasian juga cewek cantik gini harus cape-cape nungguin lo," kata Rafael cepat

Dion sedikit terkejut, labil sekali temannya ini, tetapi ia lega. Rafael adalah sahabatnya, cowok itu tak akan menyakiti Anya.

Cewek berkacamata kotak itu juga terkejut, ia tak lagi bisa menahan senyumannya. Gadis itu sampai meremat tangan Gita untuk menyalurkan euforia.

"Kuy." Rafael menarik tangan Anya lembut.

Setelahnya Dion pergi dari sana, tujuannya adalah lab kimia. Ia tak berniat melihat bagaimana Rafael dan Anya menjauh dari kawasan sekolah, lagipula, gadis itu pasti akan bercerita dengan sendirinya.

"Wah! Dion Revalino Adhitama."

Seseorang menyebut nama lengkapnya. Pemuda itu berbalik dan mendapati seorang cowok berahang kotak sedang tersenyum miring. Dion tak menyahut, ia tak suka basa-basi.

Cowok berkulit coklat itu maju selangkah demi selangkah mendekati Dion. Tatapan keduanya terkunci, ada aura peperangan dari setiap kilau yang terpancar.

"Gue bakal rebut dia." ujarnya rancu. Pemuda itu berlalu pergi meninggalkan Dion yang naik pitam.

Dion [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang