permohonan si rambut blonde

58 7 1
                                    

Berminggu-minggu setelahnya, mereka tak lagi saling menyapa, layaknya orang asing. Dion sudah tak kaku, dan Anya sudah berubah menjadi lebih baik. Urusan mereka telah selesai.

Dion merasa lebih baik, hidupnya kembali seperti sebelumnya. Meskipun dengan tambahan dua orang manusia bermulut cerewet seperti Abam dan Panto, tapi tidak apa-apa.

Sedangkan Anya semakin dekat dengan Reynand. Pemuda itu juga telah terbiasa mengantarkan gadisnya ke rumah setiap pulang sekolah.

Tidak, cowok berahang tegas itu tak pernah mengatakan apapun tentang hubungan kekasih atau semacamnya. Ia hanya nyaman, dan itu sudah lebih dari cukup.

Beberapa murid membicarakan kedekatan keduanya. Ada yang mencemooh, ada juga yang mendukung. Seperti Gita, ia benar-benar senang setiap kali sahabatnya menceritakan soal Reynand. Lalu setelahnya gadis itu akan berbicara, "Kenapa kisah cinta orang-orang mulus kayak jalan tol?" Hal itu terjadi selama beberapa malam terakhir.

"Pagi, Kak," sapa Anya riang.

Sudah tiga minggu mereka seperti ini, saling menunggu satu sama lain setiap pagi.

"Udah sarapan?"

"Udah."

"Aku belum," kata Reynand, "kamu harus temani aku sarapan." Ia menarik gadis itu menuju kantin.

Reynand adalah pemuda yang ramah, tapi berubah menjadi sangat manis saat bersama Anya.

Seseorang mendecih saat melewati keduanya. Tentu saja ia tidak iri! Orang itu hanya muak. Ia yakin, pasti ada beberapa murid yang juga merasakan hal demikian.

-o0o-

Saat ini, sekumpulan gadis sedang berjalan dengan wajah terangkat, menunjukkan kesombongan sekaligus memberitahu setinggi apa status sosial mereka.

Kantin yang biasanya ramai di jam istirahat mendadak sepi. Semua mata tertuju pada cewek berambut kekuningan, tubuhnya tinggi semampai bak model internasional. Di sampingnya ada dua gadis yang tak kalah cantik, yang satu bersurai pendek, dan yang satunya lagi memiliki poni.

Seolah belum puas mengalihkan atensi seluruh penghuni kantin, salah satu dari mereka berceletuk, "Anya sekarang udah berubah, ya."

"Iya, Dion aja ditinggalin."

"Kasian Dion, cuman dimanfaatin doang."

"Malah sekarang deketin Reynand, pasti ngincer uang, tuh," kata si gadis berambut blonde sarkas membuat teman-temannya terkekeh.

Setelahnya mereka tertawa puas lalu beranjak pergi dari sana.

Satu hal yang pasti, saat ini seorang cowok tengah mengepalkan tangannya kuat, mencoba menahan amarah yang hampir meledak.

Kantin kembali seperti semula, ramai dan penuh akan murid-murid yang lapar. Sebagian dari mereka pergi ke tempat itu hanya untuk mengobrol atau menghabiskan pasokan udara segar yang minim.

Tak lama berselang, sebuah teriakan terdengar dari arah lorong. Pekikan melengking dan kalimat-kalimat permohonan mengikuti setelahnya.

Di sana, Reynand terlihat menjambak surai indah berwarna kekuningan. Gadis yang tadi mengejek Anya kini menangis tersedu meminta pengampunan.

Wajahnya merah, di lehernya terdapat bekas cekikan yang sangat kontras di kulit seputih susu itu. Kedua temannya ikut memohon, tak sanggup melihat si rambut kekuningan disakiti seperti ini.

"Sekali lagi lo ngomong kasar tentang Anya, gue potong lidah lo!" Reynand mengancam dengan nada membunuh.

Semua yang menonton merinding mendengarnya, pemuda itu nampak lebih mengerikan daripada monster. Tak apa, setidaknya mereka tahu kalau ia benar-benar menyayangi Anya. Lebih dari apapun.

Jauh di sana, ada seseorang yang mengintai, hanya diam dan mengawasi. "Udah gue duga."

Dion [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang