#Volume Extra : Chapter 2

122 22 4
                                    

Kubah batu yang mengisi ngarai itu mulai bergetar dan runtuh secara perlahan. Angin kencang yang berhembus tadi malam sudah berhenti dan disekitar ngarai itu terdapat debu halus yang menyelimuti dimana-mana.

Tempat itu pun tampak berwarna putih  seperti berselimutkan salju, namun itu bukanlah salju, melainkan abu. Sepertinya abu tersebut terbawa bersama angin kencang tadi malam dan sekarang abu itu menutupi hampir seluruh bagian dari tebing batu yang berada disisi kiri dan kanan mereka.

Sementara kelompok manusia itu mulai bergerak meninggalkan undakan batu tempat mereka beristirahat sebelumnya sambil berjalan diatas abu tersebut.

Jika terkena kulit secara langsung, abu itu terasa panas dan membakar yang dapat membuat kulit menjadi melepuh.

Tapi untungnya mereka memakai sepatu yang terbuat dari kulit tebal sehingga kaki mereka terlindungi dari abu itu. Mereka juga memakai masker serta kacamata pelindung agar abu yang berterbangan tidak terhirup masuk kedalam hidung atau terkena mata.

Karena abu yang mereka injak cukup tebal, jadi mereka menggunakan alat bantu berjalan berupa tongkat yang terbuat dari kayu dan masing-masing dari mereka memiliki sebuah tongkat untuk membantu mereka melewati dataran abu tersebut.

Dengan cuaca seperti itu, bisa menjelaskan kenapa benua Clamity hanya memiliki sedikit ras yang mampu hidup didalamnya. Karena ras yang ingin hidup dibenua ini diharuskan mampu bertahan dicuaca ekstrem yang selalu berubah-ubah setiap saat.

Jika ingin mengambil contoh ras yang dapat menempati benua ini, sebut saja Flamewitcher, makhluk sejenis burung yang memiliki resistensi terhadap api yang sangat tinggi.

Burung ini sesekali pergi ke benua Alcaight untuk berburu mangsa secara berkelompok. Namun apa yang didatangkan oleh kelompok burung ini memiliki beberapa efek negatif, salah satunya api yang berada didalam tubuh mereka dapat menyebabkan kebakaran hutan dibenua Alcaight.

Tapi untungnya Flamewitcher ini hanya bermigrasi ke Benua Alcaight disaat penghujung musim dingin saja, jadi mereka dapat membantu mencairkan salju yang masih tersisa dengan cepat.

Nah, kembali ke kelompok Eachtranai tadi, mereka telah berjalan melewati labirin ngarai yang sangat besar dan luas. Namun berkat bantuan dari Peri Magis yang mereka miliki, itu menjadi seperti bukan masalah besar bagi mereka.

Saat ini mereka sedang mendaki salah satu gunung yang sangat tinggi yang ada dibenua tersebut. Mereka bisa saja menggunakan Peri Magis untuk membantu mereka mendaki dalam waktu singkat, namun mengingat kemampuan Peri Magis yang terbatas dan tidak bisa digunakan setiap saat, jadi Peri Magis mereka harus mengisi ulang energi setelah digunakan.

Oh ya, sebelumnya mereka membagi kelompok menjadi dua, satu pergi memutari gunung kearah barat daya, dan satu lagi menuju kearah tenggara yang dipimpin oleh Delgo saat ini. Sementara kelompok satu lagi dipimpin oleh Calk, masing-masing dari mereka beranggotakan 10 orang dan akan bertemu lagi setelah memutari gunung tersebut.

Gunung itu memiliki ketinggian yang belum diketahui sebelumnya karena mereka tidak pernah mencoba untuk mengukur ketinggian sampai kepuncaknya. Itu dikarenakan puncak gunung tersebut diselimuti oleh badai abadi yang tidak dapat ditembus oleh apapun.

Kecepatan dari badai itu mampu menerbangkan dan menghempaskan seekor Caoirigh, sejenis domba raksasa berbulu lebat, hingga bermil-mil jauhnya. Lalu gunung itu sendiri memiliki ukuran sepertiga luas dari benua Clamity dan memanjang menuju tenggara dan berakhir dilautan.

Dan yang sedang didaki kelompok yang dipimpin oleh Delgo saat ini, ialah puncak-puncak kecil yang tidak terlalu tinggi dibandingkan puncak utamanya. Mereka memilih jalur aman yang dapat didaki karena mereka tidak mau mengambil resiko untuk melewati jalur lain yang lebih berbahaya.

When the Demon Lord Reincarnated and became a 13 Years Old GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang