-Jangan menunggu bahagia untuk tersenyum tetapi tersenyumlah untuk bahagia. Ketika keadaan mengharuskan untuk menangis, tak usah berpura pura tegar, karena tak semua air mata berarti lemah. Kalau merasa sedih, sedihlah, jangan berpura-pura tidak sedih-
.
.
.Happy reading 💮🤍
Jam satu siang, Ivy telah membereskan semua barang-barang yang ingin dia bawa pulang dan mempersiapkan dirinya sendiri.
"Saya pamit dulu om tante," pamit ivy menghampiri kedua mertuanya yang sedang bersantai diruang keluarga.
"Iya. Hati-hati dijalan dan kamu akan diantar oleh mang Iwan karena Raka harus kembali bekerja besok. Tidak apa-apa kan?" Tanya ibu Luna mendekati ivy.
"Tidak apa-apa Tante. Lagian saya bisa pulang sendiri." Ibu Luna menggeleng kepala tidak setuju dengan ucapan Ivy.
"Apa kamu sudah berpamitan kepada Raka suamimu?" Tanya pak Ahmad ikut bergabung.
"Belum pak. Sebentar saya keatas dulu untuk pamit." Ucap Ivy beranjak menaiki tangga menuju lantai dua.
Di depan pintu kamar Raka, Ivy berhenti dan berpikir haruskan dia masuk dan mengganggu Raka? Apakah pria itu akan marah jika dia melakukannya ?
Ivy mengetuk pintu terlebih dahulu saat sudah membuat keputusan kalau dia harus pamit kepada raka yang telah menjadi suami sahnya, walau bagaimanapun mereka menyatu pasti karena takdir mereka yang demikian. Dia hanya perlu percaya dan menjalankan dengan baik karena dia yakin jalan hidupnya adalah rencana terindah dari sang pencipta.
"Saya pamit pulang dulu tuan. " ucap ivy namun tidak direspon oleh raka yang masih saja berfokus pada sebuah laptop yang dia pangku di atas pahanya. Walaupun tidak respon, Ivy mengangguk mengerti kalau Raka tidak ingin diganggu. Jadilah dia keluar dari kamar dan kembali menuju lantai dasar rumah atau lebih tepatnya mansion milik pak Ahmad.
.
."Hallo mang Iwan." Sapa Ivy saat sudah masuk kedalam mobil.
"Hallo non." Balas mang Iwan menyapa Ivy dengan wajah tersenyum ramah.
"Kita berangkat sekarang non?" Tanya mang Iwan untuk memastikan Ivy sudah siap atau tidak.
"Sudah mang, ayo jalan!!" Ucap Ivy semangat.
D
iperjalanan mobil tersebut berhenti di SPBU untuk berhenti sebentar. Mang Iwan pergi ke kamar mandi, Ivy lalu keluar dari mobil membawa semua barangnya tidak lupa dia meninggalkan pesan.
"Mang iwan langsung pulang aja ya, saya akan naik bus. Bilang saja bapak mengantar saya sampai kerumah." isi pesan tersebut.
Perjalan 2 jam penuh telah ditempuh oleh ivy sekarang dia telah berada di daerah tempat dia menempuh pendidikannya.
"Aku harus kemana ?" Gumamnya saat sudah berada di terminal.
Ivy berjalan tak tentu arah, tanpa diduga dia tiba di sebuah danau yang indah namun sepi pengunjung. Dia duduk disebuah kursi kayu yang ada dipinggir danau.
"Aku sangat lelah, aku ingin menyerah saja." Kepalanya dia sandarkan pada sandaran kursi dan menengadah kepala memandang langit masih saja cerah walau hari sudah sore. Tanpa sadar air matanya mulai menetes saat semua kisah balik hidupnya memutar dan bermain dalam benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believing In Me
Fanfiction. pertemuan tak terduga yang berujung pernikahan. "kenapa semua orang selalu memaksa ku melakukan apa yang mereka mau. Apa aku tidak pantas melakukan apa yang aku inginkan? Aku tidak punya hal untuk dibanggakan kenapa aku juga tidak bisa menikmati h...