kira kira jam 9 malam, ivy terbangun karena merasa lapar. Dia sudah membuka matanya dan terkejut karena dia masih berada dalam pelukan hangat Raka. Dia memandangi wajah yang masih terlelap dengan damai, wajah itu begitu bersahabat ketika menutup mata sehingga membuat ivy betah memandanginya.
"Aku harus keluar dari sini" gumannya.
Ivy melepaskan tangan Raka yang memeluk tubuhnya 1dengan pelan setelahnya dia beranjak dari tempat tidur dengan berusaha tanpa menimpulkan suara agar pemilik ruangan itu tidak bangun dari istirahatnya.
"Aku lapar sekali" ucap ivy memegang perutnya yang merasa lapar, dia segera menuju dapur unthk menikmati makan malamnya.
"Nona dari mana saja?" Tanya bibi ina
"Aku baru bangun bi hihi"
"Pasti nona belum makan kan?"
"Hehe iya, makanya ivy turun karena lapar"
"Biar bibi siapkan" kata bibi ina segera menyiapkan makanan diatas meja.
"Aku bantu ya bi"
"Bi, aku tidur di kamar bibi bolehkan?" Tanya Ivy sambil menikmati makan malamnya.
"Tentu saja boleh" bibi ina mengizinkan karena tidak tau kalau Raka sednag dirumah sekarang.
"Makasih bibi" ivy mempercepat laju makannya supaya cepat selesai.
"Pelan pelan saja nak, nanti keselek loh" ucap bi ina memperingatkan.
"Enggak papa kok bi"
Setelah makan Ivy buru-buru membereskan meja makan dan mencuci piring.
"Kenapa non ivy buru-buru mengerjakannya?"tanya bi ina heran
"Ahh? Karena aku sudah mulai mengantuk lagi bi" jawab ivy sambil menyusun piring
"Benarkah? Bibi fikir non ivy sedang menghindar sesuatu."
"Tidak. Bibi bicara apa sih. Siapa yang ingin aku hindari disini?" Ucap Ivy sedikit menaikkan volume suaranya.
"Apa tuan Raka datang?" Tanya bi ina yang membuat ivy terdiam
"Apa benar?"
"Kalau begitu non ivy tidak boleh tidur di kamar bibi"
"Tapi bi, aku pengen tidur dikamar bibi aja. Tuan Raka tidak ada disini kok bi, lagian hujan ivy takut tidur dikamar sendirian. Please ya bi" mohon Ivy
"Tidak boleh. Dari mata kamu bibi tau kamu sedang berbohong"
"Bibi jahat sekali. Kalau begitu aku pergi dulu" ucap merajuk lalu pergi menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, ivy menutup pintu lalu membaringkan tubuhnya diatas kasur dan menutup seluruh badannya menggunakan selimut. Hujan malam ini sangat lebat di iringi dengan suara kilat mengelengar, ivy sudah mulai gemetar dia mulai terbayang dengan kejadian sewaktu dia masih berusia 6 tahun.
Flashback on
Ivy dan tasya sedang berada di berada diruang tamu mengerjakan pr masing-masing.
"Pinjamkan aku pensil mu satu" ucap tasya yang diangguk oleh ivy. Ivy memberi salah satu pensilnya yang berwarna hitam kulitnya.
"Aku tidak mau yang ini" tolak tasya lalu mengambil kotak pensil Ivy.
"Aku mau yang ini" ucap tasya ketika mendapat pensil berwarna pink kesukaannya.
Saat ingin meletakkan kotak pensil itu kembali, tasya melihat uang 100 rb didalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Believing In Me
Fiksi Penggemar. pertemuan tak terduga yang berujung pernikahan. "kenapa semua orang selalu memaksa ku melakukan apa yang mereka mau. Apa aku tidak pantas melakukan apa yang aku inginkan? Aku tidak punya hal untuk dibanggakan kenapa aku juga tidak bisa menikmati h...