Pesta pernikahan tasya sudah selesai digelar dengan meriah. Keluarga pak Darmawan dan pak Ahmad sedang berkumpul diruang tamu.
"Kami akan pulang sekarang" ucap pak ahmad
"Kenapa buru-buru sekali? Menginaplah malam ini disini" ucap bu Nora
"Maaf kami masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan" tolak ibu Luna halus
"Iya berada disini tidak nyaman" tambah Clara
"Clara enggak boleh gitu. Maaf yang bu Nora anak saya memang gitu suka ceplas ceplos apa yang tidak dia suka langsung dia katakan. Sekali lagi maaf ya bu" ucap bu luna
"Saya maklum kok Clara, mungkin rumah kami tidak sebagus rumah kalian"
"Bukan masalah rumahnya bu, tapi isinya yang membuat saya tidak nyaman." Ucap Clara
"Clara.." ibu Luna menatap Clara seakan memberi instruksi kalau Clara harus diam.
"Maaf ya Bu" kini tatapan Bu Luna berganti kearah ibu Nora.
"Kalau begitu kami pulang dulu pak darmawan" pamit pak ahmad hendak bangkit berdiri.
"Tunggu dulu pah, Ivy belum turun" ucap ibu Luna.
"Kak raka pergi panggil kak ivy" perintah Clara menyiku lengan Raka yang tepat berada disampingnya. Raka pun pergi menuju kamar Ivy.
"Ivy akan tinggal sampai besok disini untuk membantu membereskan rumah" kata ibu Nora
"Tidak bisa gitu dong. Kak Ivy kan sudah menjadi keluarga kami harusnya dia ikut pulang. Lagian kan ada pembantu ngapain pake acara kakak Ivy membantu segala seharusnya tuh yang nikah aja yang beresin" ucap clara kesal.
Sebenarnya Ibu Nora sudah menahan kesal dari tadi mendengar segala ucapan Clara yang tidak pernah disaring.
Saat Raka menaiki tangga, dia berpapasan dengan Tasya saudari Ivy.
"Hai" sapa Tasya. Walaupun dia baru menikah dan memiliki suami pesona Raka masih mampu mencuri perhatiannya.
Raka hanya menunduk dengan ekspresi datar lalu pergi berjalan kembali.
"Tunggu" Tasya menahan tangan Raka, tetapi langsung di tepis oleh raka
"Ah maaf. Apa kau mencari Ivy?" Tanya tasya namun Raka hanya diam memandang tidak suka padanya.
"Dia sedang dikamar" hanya Tasya yang berbicara. Raka memutar mata malas lalu pergi meninggalkan tasya.
"Dasar laki-laki kurang ajar. Sok banget sih" guman Tasya kembali menuruni tangga.
Pintu kamar ivy terbuka lebar, Raka pun masuk tanda permisi.
Ivy sedang berada diatas kasur menjaga seorang bayi dan anak kecil kira kira usianya 5 tahun.
"Cilub bah.." ivy menutup wajahnya dengan telapak tangan lalu membukanya lagi membuat bayi dan balita itu tersenyum.
"Tante ivy main bersama ku juga jangan hanya dengan adik bayi saja" ucap anak laki laki itu.
"Brayen kan sudah bisa main sendiri. Main mobilan gih" suruh Ivy
"Aku tidak mau. Aku mau sama tante" brayen merajuk
"Heh? Bagaimana aku bisa bermain mobilan denganmu lebih baik aku menggelitik mu saja." Ivy menggelitik brayen, mereka tertawa bersama.
"Hehe bermain bersama ku menyenangkan kan?" Tanya ivy masih menggelitik tubuh brayen
"Iya tapi tante tolong hentikan hahaha"
"Baiklah"
Raka tersenyum sekilas melihat pemandangan itu dari tempat ia berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believing In Me
Fanfic. pertemuan tak terduga yang berujung pernikahan. "kenapa semua orang selalu memaksa ku melakukan apa yang mereka mau. Apa aku tidak pantas melakukan apa yang aku inginkan? Aku tidak punya hal untuk dibanggakan kenapa aku juga tidak bisa menikmati h...