Bagian 9

109 22 4
                                    

Seminggu berlalu sejak kejadian itu. Ivy sudah memulai aktifitasnya seperti biasa. Pagi dia akan pergi ke kampus dan sorenya dia akan bekerja di cafe.

Hari ini hari ulang tahun Elia, Raka berniat memberinya kejutan.

"Inikan bukan weekend kenapa tuan datang?" Tanya Ivy saat melihat Raka.

"Bukan urusanmu. " Ucap Raka dingin.Lalu beranjak pergi ke kamarnya. Ivy yang diperlakukan begitu hanya bisa bersabar saja.

Setelah membersihkan diri, Raka pergi ke apartement Elia menggunakan mobil.

" ahh..ahh." suara desahan dikamar Elia.

Raka tahu sandi apartment  Elia dia sudah biasa masuk ke apartment itu. Raka memberanikan diri mendekat ke arah kamar itu.

"Kau tahu Raka sudah menikah." ucap Elia perlahan dengan nafas yang kelelahan.

"Benarkah?" Kata lelaki yang berada diatasnya.

" mm, aku sangat kecewa padanya. Dia mengkhianati ku." 

"Tapi bukankah bagus kamu putus dengannya, kita lebih leluasa bermain sayang." kata lelaki itu.

"Hmm tentu saja, dia seperti perawan kau tahu, tidak mau melakukan hal yang kamu lakukan pada ku." ucap elia. Raka masih diam mendengar pembicaraan mereka dari balik pintu yang tidak dikunci itu.

"Tapi aku bersyukur gadis yang di nikahinya jauh dariku. Dia tidak cantik apalagi seksi seperti ku." ucap elia bangga akan dirinya sendiri.

" brakk" Raka menendang pintu kamar itu dan memperlihatkan sejoli yang lagi bercumbu di atas tempat tidur.

"Raka." panggil Elia sangat terkejut melihat tubuh itu.

"Akuu kesini untuk memberi kejutan ulang tahunmu, tapi ternyata malah aku yang terkejut." ucap Raka.

"Raka aku mohon dengarkan aku. " ucap Elia sambil mendorong lelaki yang berada diatasnya tetapi pria itu tidak mau melepaskan.

"karena kamu sudah melihat kami begini, bukankah lebih baik kau memutuskan hubungan mu dengan Elia?" Ucap pria itu.

"Tentu saja. Elia kita putus, aku harap kita tidak perlu saling bertemu kembali. Kedua bajingan seperti kalian pantas untuk bersatu." ucap Raka lalu meninggalkan mereka.

" Raka tunggu" teriak Elia.

"Lepaskan aku,Kris." ucapnya.

"Tidak akan, sekarang kau seutuhnya menjadi milik ku bahkan tubuhmu pun sudah menjadi milikku." ucap kris tersenyum miring.

"Tapi aku mencintai Raka."

"Kau bisa belajar mencintaiku juga karena aku sangat mencintai dirimu."

"Ahh.. sialan kau." Elia memukul tubuh Kris.

Begitulah Elia, disebenarnya gadis yang baik, karena keinginnya yang tinggi ingin menjadi model yang terkenal, tak jarang dia harus tidur dengan seorang pria yang menjanjikan kepopuleran padanya. Dia sudah lama mencintai Raka, dan dia juga ingin tidur dengan lelaki itu tapi Raka selalu menolak dengan mengatakan kalau dia ingin menjaga Elia. Tapi sekarang Elia telah merusak kepercayaan Raka.

*****

Setelah dari rumah Elia, Raka langsung pulang ke rumah.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya raka saat melihat Ivy yang lagi naik tangga memegang kemoceng.

"Aku ingin membersihkan rak buku di atas sana tuan." ucap Ivy lalu menaiki tangga itu kembali.

"Turun." Perintah Raka.

"Kenapa?"

"Aku bilang turun turun. Itu bukan tugas mu" ucap Raka datar.

"Tidak apa-apa kok, ini tidak akan lama." ucap Ivy.

Raka yang lagi kesal akibat melihat tingkah Elia ditambah lagi Ivy yang tidak mendengarkannya, membuat dia bertingkah.

"Turun aku bilang turun ya turun." ucap Raka sambil menggoyang tangga yang dinaiki oleh Ivy.

"Hentikan aku akan turun sekarang...." teriak Ivy dia hilang keseimbangan, untung saja Raka cepat menangkapnya dan jatuh ke pelukan raka. Wajah mereka sejajar sekarang, raka tidak berniat menurunkan Ivy.

"Kalau aku memerintah mu seharusnya kau dengar." ucap Raka tenang menatap mata ivy.

"Baik tuan." ucap Ivy sambil mengangguk-angguk.

"Apa tuan bisa menurunkan ku sekarang?" Tanya Ivy.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Tidak ingin."

"Aku sangat berat tuan, lebih baik turunkan aku sekarang."

"Tidak kau sangat ringan. " ucap Raka masih dengan wajah datarnya.

"Apa tuan baik-baik saja?" Tanya Ivy setelah beberapa saat Raka hanya sibuk memandangnya saja.

"Aku baik-baik saja."

"Non, makanan sudah siap." ucap bik ina, lalu melihat pasutri itu lalu tersenyum.

"Maaf telah mengganggu waktunya tuan." kata bik ina lalu pergi.

" kenapa kau sangat ringan, apa kau tidak pernah makan?" Tanya raka masih mengendong Ivy.

"Tentu saja aku makan kalau tidak udah lebih dulu aku mati tuan."

"Bisa turunkan aku sekarang?" Tanya Ivy lagi.

"Aku tidak akan menurunkan mu sebelum aku ingin menurunkan mu"

"Tapi aku ingin ke kamar mandi sekarang." ucap ivy dengan wajah memelas.

"Baiklah, kali ini ku lepaskan." kata Raka sambil menurunkan Ivy.

"Terima kasih tuan. " ucap Ivy lalu berlari sebenarnya dia tidak ingin ke kamar mandi.

"Aduh ada apa dengannya, jantung rasanya seperti ingin meloncat dari tempatnya." Gumam ivy di kamarnya.

"Panggil gadis itu bi." perintah raka

"Baik tuan." ucap bi ina lalu pergi memanggil Ivy di kamar.

"Non ivy." panggil bi ina sambil mengetok pintu kamar Ivy.

" Iya bi sebentar." ucap ivy yang baru selesai mandi.

"Tuan Raka menyuruh nona datang ke meja makan " ucap bi ina.

" Iya bi, saya akan turun."

"Gimana ini aku tidak ingin bertemu dengannya " guman Ivy.

"Kenapa kau lama sekali ?" Ucap Raka.

"Maaf tuan" ucap ivy menunduk.

"makan!" perintahnya, lalu Ivy mulai menikmati makanannya.6

"Apa bik ina tidak bisa bergabung disini?" Tanya ivy biasanya dia akan makan berdua dengan bi ina.

"Tidak, makan makanan mu saja. " ucap raka

" baik tuan" ucap ivy.

Sesekali raka melirik ke arah ivy.

"Kau tidak perlu menjaga sifat di depan ku, tunjukkan saja seperti apa dirimu yang biasanya." ucap Raka.

"Baik tuan."

" jangan hanya berucap baik- baik tapi tidak kau lakukan."

"Akan saya coba tuan."

"Hmm"

"Kenapa sifatnya berbeda hari ini." guman ivy dalam hati.

Believing In Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang