HAPPY READING....
Ivy terduduk dilantai dan bersandar di tepi tempat tidur. Dia menangis dalam pelukanya sendiri.
Tok..tok..
"Buka ini aku" ucap Raka
Namun Ivy kurang mendengar karena dia sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Karena tidak direspon Raka membuka pintu yang tidak di kunci lalu masuk kedalam. Setelah menutup pintu kembali raka berdiri dengan melihat kearah Ivy yang masih menangis dalam pelukannya sendiri.
"Ehem." Raka berdehem keras membuat Ivy menatap ke arahnya.
Setelah memastikan orang yang dilihatnya, Ivy memalingkan wajahnya ke samping dan menghapus air matanya lalu berdiri menghampiri Raka.
"Kapan tuan datang?" Tanya Ivy tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa.
"Bodoh" ucap raka lalu menarik Ivy dalam pelukannya.
"Apa tuan baik-baik saja" tanya Ivy dalam pelukan Raka
"Tanyakan itu pada dirimu sendiri" ucap raka memeluk erat gadis itu, dia mengelus punggung yang mulai gemetar itu.
"Menangislah jika itu yang kau perlukan sekarang. Aku akan disini untuk menenangkanmu setelahnya"
Ivy mulai menangis lagi, dia sudah mencoba tidak menangis di depan lelaki yang sedang memeluknya ini, dia takut dia menjadi wanita lemah dan rapuh bagi Raka.
"....." hanya sudah tangis ivy yang terdengar dalam ruangan yang kecil itu. Raka masih setia memeluk dan mengelus punggung dan rambut istri kecilnya itu. Setelah menyuruhnya menangis dia tidak berbicara lagi.
Sudah hampir 15 menit lebih ivy menangis, itu membuat kaki Raka yang sedari tadi berdiri kesemutan dan baju kemeja yang dia gunakan juga sudah basah karena terkena air mata Ivy namun dia masih dalam posisi yang sama karena takut ivy terganggu.
"Maaf" ucap ivy melepas pelukan Raka
"Ah... baju mu jadi basah" Ivy mencoba mengelap air mata yang ada di baju Raka dengan tangannya. Suaranya sudah sesenggukan karena lama menangis.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Raka
"Aku selalu baik. Tuan tenang saja" ucap Ivy tersenyum.
"Apa tuan lelah? Ingin istirahat? Atau mandi dulu?"
"Jangan mengkhawatirkan keadaan orang lain terlebih dahulu. Kau boleh egois untuk dirimu sendiri terlebih dahulu. Keadaanmu, kesehatanmu dan kebahagiaanmu sendiri juga perlu untuk kau perhatikan. Cobalah untuk mengkhawatirkan dirimu terlebih dahulu."
Ivy terdiam tidak mampu berkata-kata mendengar penuturan dari Raka.
"Dimana kotak obatnya?" Tanya Raka
"Eh?.. sepertinya didalam laci meja rias" jawab Ivy.
"Duduklah aku akan mengambilnya dan mengobati lukamu"
Raka membersihkan pipi Ivy terlebih dahulu sebelum mengoleskan salep di wajah bekas tamparan yang digoreskan oleh ayah dan ibunya.
" apa lukanya sakit?" Tanya Raka menyadari Ivy yang melamun.
"Tidak. Disini lebih sakit" Ivy memegang bagian dadanya.
"Apakah bisa diobati?" Tanya Ivy lagi
"Hmm.. bisa" ucap Raka yakin
"Bagaimana caranya?"
"Kau perlu membuka baju, agar aku tahu seberapa besar lukanya. Sehingga aku bisa memberikan obat yang cocok dan pas untuk mengobati luka hatimu" ucapnya dengan nada bercanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Believing In Me
Fanfiction. pertemuan tak terduga yang berujung pernikahan. "kenapa semua orang selalu memaksa ku melakukan apa yang mereka mau. Apa aku tidak pantas melakukan apa yang aku inginkan? Aku tidak punya hal untuk dibanggakan kenapa aku juga tidak bisa menikmati h...