bagian 18

110 19 6
                                    

HAPPY READING GUYS.... 🤍

"Jaga dirimu baik-baik" ucap flora kepada Ivy.

"Kakak juga jaga diri terutama adik kecil"

"Pasti dong"

"Dadah sayang"

"Dadah kak flora" Ivy kembali menuju kearah mobil dan ingin memilih duduk dibelakang dikursi penumpang.

"Apa kau pikir aku ini supirmu? Duduk di depan" perintah Raka.

"Apa aku tidak bisa duduk disini saja? Aku ingin istirahat"

"Aku bilang duduk didepan"

Ivy kembali menutup pintu mobil bagian belakang dengan lesu.

"Ada apa denganmu? Kenapa wajah mu jadi begitu?" Tanya Raka sudah mengemudikan mobilnya.

"Aku baik baik saja" jawab Ivy menunduk lesu.

"Cepat katakan apa yang menggangu di dalam otak mu itu atau kau ku turunkan disini dan pulang jalan kaki sampai rumah?"

"Apa tidak ada pilihan lain?" Ivy mencoba menawar

"Kau tidak dengar aku hanya memberi dua pilihan ?"

"Baiklah"

"Seandainya aku adalah kak elia, apakah tuan Raka akan menikahiku dan bahagia menikah dengan ku?" Tanya Ivy dengan perasaan waswas.

"Tidak" singkat padat dan jelas.

"Bahkan sebagai kak elia saja, dia tidak bahagia menikah dengan ku" ivy membatin.

"Kenapa kau diam saja?" Tanya Raka membuyarkan lamunan Ivy.

"Hahaha tidak. Betul sekali kenapa juga tuan Raka menikah dengan ku. Andai saja kejadian itu tidak terjadi pasti tuan Raka akan bahagia kan?" ivy sudah merasa sesak dalam dadanya seakan pasukan udara yang ada didalam mobil masih kurang untuknya.

"Kenapa kau tidak bertanya alasannya dan mengucapkan hal bodoh saja?" Raka menghentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Aku tidak butuh alasan karena aku rasa semuanya sudah jelas haha"

Jawaban yang diberikan Ivy tidak membuat puas hati Raka yang membuat dia menatap dingin kearah Ivy.

"Aku benarkan? Kenapa dia menatap ku dengan begitu sih?" Ivy membalas tatapan Raka sebentar sepersekian detik matanya turun menatap bibir.

"Bibir itu yang tadi menciumku" batin Ivy dan tanpa sadar kembali menggigit bibirnya.

"Aku sudah bilangkan jangan gigit bibirmu?"

"Ah.. kenapa ?"

"Karena kau membangkitkan hasratku"

Cup..

Kembali bibir itu mendarat kebibir Ivy. Raka menikmati ciumannya dengan menutup matanya sedangkan ivy yang masih terkejut matanya masih membelalak tak percaya kalau Raka akan menciumnya dalam keadaan ini.

"Apa yang tuan lakukan?" Tanya Ivy setelah mendorong tubuh Raka.

"Mencium?" Ucap Raka dengan senyum tipis dibibirnya.

"Aku tau, tapi... Kenapa?.. kenapa menciumku?" Tanya ivy dengan suara gugup.

"Hanya ingin"

"Hanya ingin? Kalau hanya ingin kenapa tidak cium kaca mobil saja?" Ivy sudah mulai kesal.

"Keras"

"Terus bibirku bagaimana lembek?"

"Hmm. Lebih enak dari pada kaca ini" Raka mengetuk kaca.

Believing In Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang