HAPPY READING.....
Pagi menyapa dengan indah, sinar Surya yang masuk dari cela cela jendela kamar hotel itu berhasil mengusik tidur Ivy yang hanya berlangsung beberapa jam saja. Dia mulai menggeliat ingin bangun, namun saat hendak bangkit terasa tertahan karena tangan Raka masih melingkar diperutnya.
Mata terbuka sempurna memandang wajah Raka yang begitu tenang masih berada di alam mimpi.
"Bagaimana aku harus menghadapi nya sekarang?" Ivy membatin
"Akh..." Rintih nya kala merasakan sakit di bagian bawahnya. Setelah menutupi tubuh telanjangnya dengan kemeja Raka yang kebesaran ditubuh nya, Ivy bangkit pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Didalam kamar mandi, Ivy langsung menghidupkan shower. Setelah itu berjalan kearah cermin dan melihat sekujur tubuhnya.
"Apa semua perempuan merasakan hal ini setelah menikah?" Gumam nya memperhatikan beberapa tanda kemerahan di tubuhnya.
"Apa yang akan dia pikirkan tentang aku? Apa dia akan berpikir aku perempuan yang tidak baik karena menggodanya terlebih dahulu?" Gumamnya lagi tertunduk lesu.
Tok..tok..
"Apa kau selesai?" Tanya Raka karena menurut nya Ivy terlalu lama didalam kamar mandi. Sudah sejak 15 menit lalu dia bangun namun dia belum melihat Ivy keluar.
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Ivy yang sudah mengenakan baju dengan rambut dia lilitkan dengan handuk.
"Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Raka khawatir dibalas anggukan oleh Ivy
"Apa bagian.. itu.. sakit?" Pertanyaan itu berhasil membuat Ivy bertambah malu, pipinya jadi merona karena seketika kejadian semalam kembali berputar di otaknya.
"Sedikit" jawab Ivy membeo, dia tidak berani untuk menatap mata Raka lagi, yang dia lakukan hanya tertunduk Malu.
"Syukurlah kalau begitu"
******"Kau yakin kita pulang sekarang? Tidak ingin jalan-jalan dulu?" Tanya Raka kepada Ivy yang masih duduk di sofa sampai sekarang pun mata Ivy tak pernah tertuju padanya lagi.
"Tidak usah kak, kita pulang saja"
"Baiklah"
Mereka pulang menggunakan mobil, dia sudah menyuruh salah satu supirnya untuk mengemudi. Dia dan Ivy duduk dibangku penumpang, hanya kebisuan dan suara mobil lalu lalang yang menemani perjalanan mereka.
Sudah dua hari berlalu sejak kejadian itu, sikap Ivy masih tetap sama dia masih malu dan menghindar dari Raka. Dia hanya berbicara seperlunya ketika Raka berbicara padanya dan masih belum berani menatap mata Raka. Hal itu sangat membuat Raka Kepikiran apakah dia melakukan kesalahan kepada Ivy yang membuat istrinya itu menghindari dirinya.Saat hendak ke dapur, dia melihat Raka yang sudah pulang dari kantor. Dia masih berada di ujung tangga paling atas.
"Haruskah aku mundur atau tetap melangkah?" Tanyanya panik pada dirinya sendiri.
Raka semakin mendekat tetapi Ivy masih berdiri tak tau harus berbuat apa. Akhirnya Ivy berjalan saat Raka hampir melewati dirinya.
"Sebentar" ucap Raka menahan tangan Ivy.
"Iya" Ivy masih belum berani menatap mata Raka
"Apa aku melakukan kesalahan terhadap mu ?" Tanya Raka akhirnya
"Tidak.. tidak.. kakak tidak melakukan kesalahan apapun" Ivy mengangkat dagunya ingin melihat Raka sepersekian detik kemudian dia kembali menunduk.
"Lalu kenapa..."
"Kenapa kau menghindari ku?"
"Aku tidak menghindari kakak hanya saja.." Ivy berfikir sejenak memikirkan alasan yang pas untuk dia sampaikan.
"Huh.." Raka menghela nafas kasar
"Apa ini karena kejadian malam itu?" Tanya Raka menatap Ivy masih yang saja menunduk dan menghindari tatapannya.
Ivy terdiam, tidak tau harus menjawab pertanyaan yang Raka ajukan kepadanya.
Kembali lagi Raka menghela nafas kasar.
"Maafkan aku" ucap Raka
"Seharusnya aku tidak melakukan nya malam itu. Mungkin kau belum siap menerimanya. Aku mungkin terlalu memaksa mu. Maaf" setelah berkata demikian Raka melangkah hendak pergi namun Ivy langsung menahan tangannya.
"Aku.." ucap Ivy masih tak mampu mengatakan isi hatinya.
"Tidak perlu memaksakan diri. Jika itu sangat menggangu mu lebih baik lupakan saja kejadian waktu itu"
"Apa?" Tanya Ivy terkejut kini manik matanya sudah bertemu dengan mata Raka.
"Aku bilang lupakan saja" Raka mengatakan nya dengan ekspresi yang datar dan dengan suara yang seperti hal itu tidak penting baginya, begitu Ivy menggambarkan ekspresi wajah Raka saat ini.
"Kau meminta ku melupakannya?" Tanya Ivy tidak percaya.
"Iya" jawab Raka.
Ivy mengepalkan tangannya, dan menatap Raka tajam. Dia tidak menjawab apa-apa lagi dan memilih beranjak meninggalkan Raka.
Dengan rasa kekesalan dan marah melingkupi hatinya, Ivy pergi ke apotek dan membeli obat kontrasepsi.
"Mungkin dia hanya tidak ingin aku hamil kan?" Ucap Ivy membatin.
Setelah dari apotek, Ivy masuk ke kamar dan menyembunyikan obat itu didalam lemari pakaiannya. Dia berencana akan meminumnya ketika Raka tidak ada di rumah.
Di atas kasur Ivy masih memainkan ponselnya tetapi saat Raka masuk segera dia terbaring dan meletakkan ponselnya di atas meja. Raka turut naik keatas ke kasur hendak tidur. Mereka tidur saling membelakangi.
Raka gelisah lalu berbalik badan menghadap Ivy.
"Apa kau sudah tidur?" Tanya Raka namun tak ada jawaban
"Besok pagi kita akan pergi kerumah sakit. Flora sudah melahirkan" ucap Raka
"Benarkah?" Tanya Ivy berbalik dengan ekspresi yang girang. Selanjutnya ekspresi nya kembali datar menatap Raka yang masih memandangi nya.
"Berhentilah bersikap kekanakan" Raka mencubit pipi Ivy pelan.
"Aku tidak mau" ucap Ivy menolak
"Terserahlah. Kalau kau tidak mau kita tidak jadi pergi"
"Apa? Baiklah"
"Biar aku pergi sendiri. Nanti aku sendiri yang tanya kak flora masuk rumah sakit mana" jawab Ivy menantang.
"Sepertinya aku sungguh melakukan kesalahan terhadapmu sehingga kau mampu bersikap begini padaku" ada perasaan kecewa di hati Raka. Dia berbalik kembali membelakangi Ivy.
Ivy menatap punggung Raka, dia menyadari Ini semua bukan kesalahan dari Raka saja tetapi justru dia yang bersikap seenaknya dan merasa paling tersakiti. Ivy sendiri yang menghindari Raka lebih dahulu setelah kejadian itu. Rasa bersalah kini memenuhi hatinya . Tangannya hendak menyentuh tubuh Raka dia ingin meminta maaf namun dia urungkan karena ego dan gengsinya. Akhirnya dia memilih untuk memunggungi Raka juga.
.
.
.
.
.Maaf kalau masih banyak typo dimana-mana...
Bye...👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Believing In Me
Fanfiction. pertemuan tak terduga yang berujung pernikahan. "kenapa semua orang selalu memaksa ku melakukan apa yang mereka mau. Apa aku tidak pantas melakukan apa yang aku inginkan? Aku tidak punya hal untuk dibanggakan kenapa aku juga tidak bisa menikmati h...