Happy Reading 🤍
Setelah makan malam selesai, Raka dan Clara duduk dibalkon rumah berlantai dua itu.
"Aku tadi melihat kakak tadi memeluk kak Ivy hihi.." ucap clara tersenyum.
"Bukan aku yang memeluk tapi dia yang mulai" ucap Raka sambil memainkan gadgetnya.
"Aish.. menyebalkan" Clara memutar bola mata malas.
"Aku tau mungkin itu permintaan kakak. Kakak kan suka maksa" tambahnya
"Jangan sok tau kamu, tanya saja padanya dia yang bergerak memeluk aku lebih dulu" Raka melirik sekilas kearah Clara.
"Tapi aku yakin itu tetap kemauan kakak juga"
"Terserah kamu mau mikir bagaimana"
"Tapi.. aku mau nanya serius, apa kakak menyukai kak Ivy?" Clara sedikit memperkecil volume suaranya dan mencondongkan Tubuhnya kearah Raka.
"Tidak tau" Raka mengeleng
"Apa ? Tidak tau? Masa perasaan sendiri tidak tau sih"
"Mana aku tau, aku masih bingung"
"Atau kakak masih menyukai kakak Elia?" Tanya Clara menyelidik, namun Raka enggak untuk menjawab.
"Kakak?" Panggil Clara lagi
"Kenapa harus dia sih, kakak sudah menikah masa hati kakak untuk orang lain bukan untuk istri sendiri ahhh" Clara kesal sendiri.
"Aku bisa gila kalau begini caranya. Jadi rencana kakak sekarang bagaimana ?"
"Huuu.." raka menghela nafas kasar.
"Pernikahan ini terjadi bukan karena keinginan kami berdua. Awalnya memang aku berniat untuk menceraikan dia, dan menikah dengan Elia." Ucap Raka.
Tanpa mereka sadari, Ivy sudah berdiri dibalik pintu sambil memegang nampan berisi minuman dan cemilan yang ingin dia berikan kepada Raka dan Clara.
"Itukan awalnya kalau sekarang bagaimana?"
"Tidak"
"Apanya yang tidak?"
"Aku tidak akan menceraikannya. Puas"
"Benarkah? Kakak tidak bohongkan?"
"Diakan sudah jadi istriku. Lagian aku sudah berjanji dihadapan keluarga terutama dihadapan Tuhan kalau aku akan menjaga pernikahan ini" ucap Raka pelan, Clara yang mendengarkannya sudah mulai berkaca-kaca, sedangkan Ivy mencondongkan tubuhnya karena dia kurang mendengar penuturan dari Raka.
"Tapi mungkin saja kakak masih mencintai kak Elia"
Raka menggeleng, lalu mengibaskan tangannya agar Clara mendekat
"Aku mungkin pernah menyukainya tapi sepertinya belum sampai ketahap mencintai. Tapi ketika dengan dengan istriku rasanya berbeda" bisik Raka di telinga Clara.
"Kakak" Clara sudah menangis.
"Kenapa kau menangis, he?"
"Tidak tau, aku senang sekali" Clara menghapus sisa air matanya dipipi.
Bruk..
Nampan yang di bawa Ivy menyentuh bagian pintu.
"Mampus aku" gumannya pelan
"Hai.." sapanya tersenyum kikuk setelah membuka pintu agar lebih lebar.
Raka dan Clara terkejut.
"Apa saja yang sudah didengarnya?" Raka membatin memandang lekat wajah ivy, dia sama terkejutnya dengan Clara namun tidak sampai menganga. Wajah tampannya masih saja dihiasi dengan wajah datar tidak berekpresi.
"Kenapa dia menatapku seperti itu. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Batin ivy
"Kak ivy sudah lama disitu?" Tanya Clara
"Tidak, aku baru datang hendak memberikan ini"
Ivy meletakkan nampan diatas meja, lalu hendak melangkah untuk pergi.
"Kakak sini saja dengan kami" ajak Clara
"Tidak usah, aku masuk aja " ivy menatap Clara dan Raka bergantian lalu berbalik dan pergi menuju kamarnya. Clara memberi perintah agar Raka mengikuti Ivy lewat sorat matanya.
Ivy hendak menutup pintu kamarnya namun segera ditahan oleh Raka.
"Apa tuan Raka memerlukan sesuatu?" Tanya Ivy datar.
Raka berdiri dan berjalan kearah ivy, dia menunduk untuk melihat wajah ivy dengan seksama.Tak...
Raka menjentik dahi Ivy.
"Au.. sakit" ivy meringis mengelus dahinya
"Dasar tukang nguping" bisik Raka ditelinga Ivy lalu kembali berdiri dengan tegak dan memasukkan tangannya kedalam kantong celana pendek yang dia kenakan.
"Aku tidak menguping, tadi aku baru sampai hendak memberikan cemilan, suerr..... aku tidak bohong" ucapnya menatap mata Raka, sepersekian detik kemudian dia menunduk lagi.
"Benarkah? Baguslah kalau begitu jadi aku tidak perlu menjelaskannya sesuatu padamu" Raka berbalik dan mengunci pintu.
"Tuan Raka mau kemana?" Tanya ivy yang melihat Raka berjalan kearah ranjang bukannya pergi keluar kamar.
"Aku mau tidur, capek"
"Tapikan kamar tuan disana"
Raka tidak menjawab, dia lebih memilih untuk membaringakan tubuhnya diatas kasur milik Ivy.
"Yah.. Tuan, dimana aku tidur kalau begini" ivy menghampiri Raka yang sudah memejamkan matanya.
"Dasar sialan" umpat ivy pelan karena Raka tidak menjawab pertanyaannya lagi.
"Apa katamu?" Tanya Raka sudah membuka matanya
"Bukan apa-apa. Tidur... tidur saja" Ivy langsung pergi mengambil selimut dan satu bantal yang ada dilemari dan memilih tidur disofa dari pada satu ranjang dengan Raka. Ivy mengatur posisi tidur lalu terlentang menatap langit-langit kamarnya.
"Apa yang mereka bicarakan tadi, aku tidak jelas mendengarkannya. Yang aku tau dia tidak akan menceraikan aku. Tapi apa benar dia masih mencintai kak elia? Apa yang bisa aku lakukan dengan laki-laki yang mencintai wanita lain?. Dia masih mencintainya atau tidak, aku harus tau pasti agar aku tidak sia-sia untuk belajar mencintainya" ivy sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Sekitar jam 12 malam, Raka terbangun, dia bangkit berdiri lalu menuju ke kamar mandi. Setelah aktivitas dikamar mandi, dia memperhatikan ivy yang tertidur memeluk guling diatas sofa, raka menarik guling tersebut lalu melemparkan sampai terjatuh diatas lantai.
"Beres" guman Raka setelah berhasil memindahkan ivy dari sofa keatas tempat tidur.
Setelah menyelimuti Ivy, Raka ikut berbaring menghadap ke arah Ivy.
"Selamat malam" ucapnya tersenyum setelah mengecup kening Ivy.
Bagi yang masih setia menunggu terima kasih banyak, dan maaf baru bisa up sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believing In Me
Fanfiction. pertemuan tak terduga yang berujung pernikahan. "kenapa semua orang selalu memaksa ku melakukan apa yang mereka mau. Apa aku tidak pantas melakukan apa yang aku inginkan? Aku tidak punya hal untuk dibanggakan kenapa aku juga tidak bisa menikmati h...