#4 : "Kematian Yang Indah"

7.8K 825 20
                                    

⚠️ TW : Suicidal thought
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aisha melangkah santai menyusuri jalanan di Zurich pada sore hari. Ini adalah hari terakhirnya di kota terbesar di Swiss ini, tapi ia tahu, tidak lama lagi ia akan kembali kemari dan itu adalah untuk yang terakhir kalinya.

Aisha memejamkan mata ketika merasakan angin sejuk menerpa wajahnya. Ia tersenyum senang, seraya memainkan kakinya di atas kursi panjang di pinggir jalan. Sangat menikmati waktu ini.

Sungguh, apakah kematian memang seindah ini?

Aisha tertawa kecil, tentu kematian akan seindah ini jika hatimu tidak terikat pada jerat dunia. Seseorang akan takut mati jika ia menemukan seseorang yang menyayanginya. Seseorang akan takut mati jika ia memiliki sejumlah harta yang belum ia nikmati. Seseorang akan takut mati jika ia masih memiliki sejumlah mimpi yang belum ia capai. Seseorang akan takut mati jika ia masih memiliki orang yang disayangi. Tapi bagi seseorang yang tidak memiliki keterikatan dengan dunia, maka menyambut kematian akan sangat menyenangkan, seakan ia sedang menyambut teman lama.

Dan itulah yang dirasakan Aisha sekarang. Ia menggenggam erat kertas persetujuan untuk bunuh diri secara legal di tangannya. Wajahnya sama sekali tidak memiliki keraguan atau penyesalan. Ia malah tersenyum lega seakan telah dilepaskan dari segala macam belenggu.

Kehidupan ini telah sangat berat baginya dan ia sama sekali tidak punya penyesalan untuk melepaskannya. Bukan berarti ia tidak bersyukur, ia sangat bersyukur bisa merasakan bagaimana rasanya hidup dan terutama di lingkungan yang aman dan damai. Hanya saja, ia jauh lebih merindukan kematian daripada kehidupan, dan mungkin, Tuhan juga menyayanginya hingga langkahnya menuju kematian semakin dipermudah setiap harinya.

Aisha tidak benar-benar menyukai kehidupan, tapi tentu saja ia tidak bisa memikirkan untuk mengambil nyawanya sendiri dengan cara yang menyakitkan. Bagaimanapun, semua manusia takut dengan rasa sakit yang menyiksa. Jadi selama ini ia selalu bertahan sambil mencoba menikmati setiap hari yang datang padanya, terus menunggu kematian seperti seorang pekerja yang kelelahan menunggu jam pulangnya. Dan kemudian, seperti sebuah keajaiban, sebuah penyakit datang padanya.

Awal bulan lalu, Aisha di diagnosis memiliki kanker osteosarcoma, itu adalah kanker tulang yang kini bertahan di bagian tulang femur-nya, tepatnya di tulang bagian paha yang mungkin akan dengan cepat merambah ke lututnya. Dokter bilang kankernya masih stadium satu, sangat mudah untuk menyingkirkan kanker itu hanya dengan kemoterapi dan operasi. Kemungkinannya hidup pun akan sangat tinggi, bahkan mencapai tujuh puluh persen. Tapi Aisha hanya tersenyum dan berkata akan mendiskusikannya terlebih dahulu.

Padahal, Aisha tak pernah benar-benar mempertimbangkan hal tersebut. Ia malah sangat senang memiliki penyakit itu. Hanya dengan begitu ia memenuhi persyaratan untuk memasuki klinik bunuh diri secara legal, ia hanya perlu menambah "bumbu-bumbu" bahwa ia terkena kanker dan tak punya siapapun untuk merawatnya, ia juga hanya punya warisan sebesar dua ratus juta rupiah, tabungan yang tak akan cukup untuk biaya kemoterapi dan operasi--tapi cukup untuk bunuh diri.

Alasan konyol.

Tapi setidaknya klinik itu mengizinkannya. Setidaknya, ia memiliki satu hal yang memang mengizinkannya mati. Setidaknya kali ini saja, ia bisa memilih sendiri pilihan hidupnya.

Setelah proses panjang menjadi anggota, konsultasi, dan berbagai persiapan berkas, akhirnya Aisha berhasil menetapkan satu tanggal untuk mengakhiri hidupnya. Satu tahun lagi, tepat pada tanggal 21 Februari 2022. Angka yang cantik bukan? Kebetulan itu juga tanggal lahir Aisha. Mati di hari kelahirannya, Aisha tak bisa menemukan tanggal lebih cocok daripada itu lagi.

Ia sudah mempertimbangkan semua hal dengan matang, dan sejauh ini semuanya berjalan lancar. Ia sudah berhasil menyelamatkan perusahaan ibu tirinya dengan menikahi Alvero Keshav. Ia sudah berhasil membuat Alvero Keshav setuju dengan rencana pernikahan satu tahunnya. Ia juga sudah membuat berkas pengunduran diri dari teater baletnya, setelah pertunjukkan minggu depan, ia akan sepenuhnya mundur dari dunia balet.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang