#40 : "Pernikahan Rio"

9.3K 741 21
                                    

20 tahun kemudian.....

"Gimana kalau dia nolak aku?"

Aku memutar mata ketika melihat Rio sejak tadi bolak-balik di depanku sambil menggumamkan kalimat yang sama.

"Dia pasti nerima," sahutku bosan. Lelah mendengarnya mengucapkan kata itu ratusan kali dan sudah ratusan kali juga aku menanggapi hal yang sama.

"Tapi...."

"Rio!" seruku kesal. "Kayla udah sama kamu dari TK! Apa ada kemungkinan dia nolak kamu?"

"Karena itu, pa! Kayla udah sama aku dari TK, aku takut dia bosan."

"Dia gak bakal mau jadi pacar kamu sejak awal kalau dia bosan."

"Tapi gimana kalau sebenernya dia udah bosan cuma gak mau bilang aja?"

"Ya udah gak usah lamar hari ini."

"Tapi mamanya udah nyuruh cepet nikah."

"Apa sih mau kamu?" tanyaku tanpa bisa menahan amarah. Sejak tadi anak ini tidak jelas keinginannya apa. Tidak peduli saran apapun yang kuberikan, ia selalu membantahku dengan alasan yang hanya berdasarkan overthinking belaka.

Rio menghela napas seraya duduk di sampingku, "Seandainya mama ada di sini. Mama pasti tahu gimana cara ngebujuk Kayla."

"Kalau Aisha di sini ... dia pasti bakal ngasih tahu Kayla duluan biar kamu gak gugup," sahutku seraya menatap foto keluarga yang berada tepat di depan mata kami.

Aku dan Rio tertawa. Setelah itu, Rio kembali memandangi kotak cincin yang telah ia pandangi jutaan kali minggu ini.

"Dia akan menerimamu," kataku menguatkan Rio. Kali ini dengan nada yang sungguh-sungguh.

"Apa papa juga gugup saat melamar mama?" tanya Rio tanpa berbalik dari cincinnya.

"Mama kamu yang lamar papa kamu," seru suara di belakang.

Aku menoleh dan melihat Kiara muncul entah dari mana. Wanita itu dengan santainya melangkah ke arah kami. Aku tidak mendengar dia datang.

Aku tak pernah memutuskan hubungan keluarga dari keluarga Aisha, meskipun secara tidak langsung kematian telah membuatku bercerai secara hukum darinya. Namun, kehilangan kontak dari keluarga Aisha setelah aku kehilangan dirinya agak tidak tertahankan bagiku. Maka dari itu, aku masih menjaga hubungan dengan Kiara ataupun ibu tiri Aisha.

"Eh? Tante Kiara? Kapan tante datang?" tanya Rio antusias seraya ikut membalik tubuhnya juga.

"Tadi! Pintu depan kebuka jadinya tante masuk deh," sahutnya seraya duduk di kursi samping.

Itu adalah kebiasaan Kiara sejak dulu, dia akan masuk ke rumahku jika pintunya tidak dikunci dan mengecek keadaanku juga Rio. Aku sangat yakin, pasti Aisha yang memintanya untuk memastikan aku tidak akan mengakhiri hidupku sebelum waktunya. Sekarang, ia malah menyalahartikan perkataanku dulu yang berkata "Anggap rumah ini seperti rumah sendiri", ia benar-benar datang kemari semaunya.

"Apa maksud tante dengan mama yang melamar papa?" tanya Rio mengulang perkataan Kiara tadi.

Kiara tertawa, "Iya! Mama kamu yang ngusulin pernikahan sama papa kamu."

Aku tersenyum, mengingat kembali pertemuanku dengan gadis berumur sembilan belas tahun yang dengan tidak tahu malunya berkata dia ingin menikah denganku karena uangku.

"Itu bener pa?" tanya Rio menatapku dengan tatapan meledek.

"Bener kok," jawabku ringan. "Mama kamu emang se-pemberani itu!"

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang