Just For One Year [END]

#7 : "Pernikahan"

Setelah hampir dua minggu Aisha menyibukkan diri dengan segala pemberkasan yang diperlukan untuk menikah, foto bersama dengan latar biru, mencari gaun pengantin, MUA, nail art, hairdo dan bucket bunga, akhirnya semua persiapan selesai sebelum hari H.

Semua kesibukan luar biasa itu terbayar dengan pesta mewah yang sesuai keinginan Aisha dan keluarga besar Vero. Pesta dengan dekorasi elegant dan mewah dengan seluruh acara teroganisir oleh WO ternama akhirnya siap pada hari ini.

Seperti semua pengantin pada umumnya, pagi hari Aisha sudah disibukkan dengan make up, nail art, hairdo dan pemasangan baju untuk acara hari ini. Ia dikelilingi banyak orang, entah untuk menyapukan riasan ke wajahnya, untuk menata rambutnya atau untuk memakaikan kuku palsu dan berbagai hiasan di tangannya. Mereka mulai jam empat pagi dan sekarang sudah jam enam, tapi masih saja semua aktivitas ini belum selesai.

Baru dua jam kemudian lah, semua keributan itu akhirnya selesai. Dengan di bantu dua orang, Aisha berdiri dari kursinya dan kemudian dibantu untuk memakai kebaya dengan ekor panjang untuk akad nikahnya hari ini. Baru setelah itulah, Aisha bisa berjalan untuk menghampiri kaca besar di kamarnya dan melihat bagaimana penampilannya seluruhnya setelah dipermak habis-habisan selama empat jam.

Aisha tersenyum puas ketika melirik refleksi dirinya di depan kaca. Seperti para pengantin pada umumnya, ia juga terlihat memiliki kecantikan yang berbeda di hari pernikahannya. Wajahnya yang memang sudah cantik sejak dulu terlihat semakin mempesona dengan riasan dari perias profesional. Aisha mungkin akan membuat para tamu laki-laki merasa iri pada keberuntungan Vero yang menjadikan dirinya sebagai istri sedang para perempuan akan segera berpikir bahwa Aisha pantas bersanding dengan seorang Alvero Keshav karena memiliki kecantikan seperti itu. Tapi daripada memikirkan kecantikannya sendiri, Aisha lebih memikirkan bahwa dia sangat beruntung bisa punya kesempatan memakai gaun pernikahan dan melangsungkan sebuah pernikahan dalam kehidupan ini.

Berapa banyak penderita kanker dan penunggu antrian klinik dignitas bisa melangsungkan pernikahan seperti dirinya? Aisha yakin, pasti hanya ia yang melakukannya di dunia ini. Siapa lagi memangnya orang yang cukup gila untuk mendaftarkan dirinya agar di beri suntik mati tapi masih tetap melangsungkan pernikahan?

Memikirkan itu, Aisha segera merasa bahwa terkadang Tuhan bisa sangat baik padanya. Sebelum ia mengakhiri hidupnya tahun depan, ia masih diberi kesempatan melihat dirinya sendiri dalam balutan gaun pengantin, diambil secara sah oleh seorang pria, berdiri di atas pelaminan dan merasakan serangkaian prosesi pernikahan yang dulu hanya bisa ia impikan.

Aisha tidak peduli, bahkan jika ini hanya seperti salah satu bagian pekerjaan bagi Vero atau seperti mimpi bagi pikiran terdalamnya, ia tetap saja ingin bahagia dengan semua keindahan acara ini. Terlepas dari ini hanyalah sebuah pernikahan kontrak.

"Udah oke belum, mbak?" tanya sang perias sambil melirik ke arah kaca juga.

"Udah best banget pokoknya ini." Aisha menjawab dengan senyuman puas.

Sebuah ketukan terdengar di depan pintu, semua orang segera menoleh ke sana dan di depan pintu tampak seorang gadis dengan balutan jas rapi dan sebuah pin yang tertulis logo 'YourBest WO' di dadanya, tersenyum ramah ke arah Aisha.

"Kak Aisha, waktunya foto," katanya ramah.

Aisha tersenyum lalu mengangguk.

"Sesi satu di kamar ini dulu ya. Nanti photographernya bakal ngarahin gimana-gimananya. Jam setengah sembilan foto bareng keluarga, jam sembilan siap-siap buat akad," jelasnya merinci kembali apa saja yang harus dilakukan dalam waktu beberapa jam ke depan.

Setelah itu sejumlah photographer masuk ke dalam ruang rias Aisha, mereka mengarahkan apa saja yang harus dilakukan Aisha bersama beberapa perias yang ada di sana. Kemudian, sesi foto Aisha sendirian yang membuatnya menghabiskan waktu nyaris satu jam penuh berputar-putar di kamar hotel tersebut.