#12 : "Luna"

6.8K 712 4
                                    

Aisha duduk di ruang tunggu sambil terus membolak-balik majalah fashion di tangannya, beberapa kali ia harus meregangkan tubuh karena lelah. Di sampingnya, Rio tampak asyik bermain dengan ponselnya hingga tidak bisa diganggu. Sudah satu jam mereka duduk di sini, dan orang yang dicari Aisha masih belum memiliki tanda-tanda akan datang juga.

"Mama, kapan kita pulang?" tanya Rio yang akhirnya bosan juga dengan ponsel di tangannya.

"Bentar lagi ya sayang," hibur Aisha seraya mengusap rambut Rio.

Untungnya, tepat pada saat itu orang yang ditunggu Aisha akhirnya datang. Dari kejauhan, ia melihat wanita itu berjalan melewati counter resepsionis menuju ke arahnya dengan langkah yang anggun dan penuh percaya diri. Pemandangan itu membuat Aisha terperangah. Sebelumnya, ia hanya pernah melihat wanita ini di majalah yang ia pegang dan di beberapa iklan televisi. Baru kali ini ia melihatnya secara langsung. Seketika ia terpesona pada penampilannya.

Wanita itu tidak memiliki kecantikan yang akan membuat siapapun segera menoleh, tapi meski begitu, aura yang ia pancarkan luar biasa kuat hingga orang yang tidak setara dengannya akan menunduk begitu melihatnya. Caranya berjalan sangat luwes dan penuh percaya diri. Kakinya yang jenjang berjalan dengan langkah teratur, dan high heels sepuluh sentimeter di kakinya terlihat begitu nyaman digunakkan olehnya, sama sekali tidak ada kecanggungan baginya memakai heels setinggi itu. Dia terlihat menawan, terhormat dan anggun pada saat yang bersamaan. Berada di sekitar orang seperti itu, akan membuat wanita manapun--termasuk Aisha--akan merasa berbeda derajat.

"Apa anda yang mencari saya?" tanyanya begitu ia berdiri di depan Aisha. Bahkan suaranya saja terdengar jernih dan menyenangkan.

Aisha mengerjap, berusaha mendapatkan kembali kewarasannya agar tak terlalu kentara bahwa ia sepenuhnya terpesona, kemudian berdeham. Ia segera berdiri sambil merapikan cardigannya dan menatap lagi ke arah wanita itu. Namun, tatapan itu seketika membuat Aisha tidak percaya diri lagi untuk berhadapan dengannya. Padahal saat ini Aisha mengenakan pakaian dengan brand mahal dari ujung rambut hingga ujung kaki, tapi saat berdiri di sampingnya, semua brand mahal itu seketika tak terlihat mewah lagi. Ia malah terlihat seperti sales berpakaian rapi yang akan menawarkan produk perusahaannya, alih-alih istri dari seorang pengusaha.

"Iya" jawab Aisha akhirnya.

"Ada apa ya? Apa ada urusan penting?" tanyanya lagi.

Aisha mengulas senyum kemudian mengulurkan tangan ke hadapan wanita itu, "Perkenalkan nama saya Aisha, saya istrinya Alvero Keshav."

Ketika Aisha memperkenalkan diri seperti itu, seketika aura ramah yang wanita itu coba pancarkan mendadak lenyap. Matanya segera dipenuhi sinar dingin dan ia membiarkan saja Aisha dengan konyolnya menyodorkan tangan sendirian, tanpa berniat menjabatnya.

"Setelah lima tahun mengabaikanku, apa lagi yang ia inginkan dengan mengirim istri barunya kemari?" tanyanya dingin. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan berjalan mundur.

Aisha segera menurunkan tangannya dari hadapan wanita itu, senyum ramahnya tidak luntur sedikitpun.

"... atau dia mau pamer? Bahwa dia sudah memiliki hidup 'menyenangkan' sekarang dan mengejekku yang masih belum menikah ini? Kalau benar begitu, sebaiknya kamu pulang sekarang. Waktuku terlalu berharga untuk dibuang oleh hal tidak penting seperti ini." Wanita itu mencemooh.

"Kamu salah paham!" Aisha segera menyanggah, "Vero gak tahu aku kemari," ia menambahkan.

Wanita itu tampak terkejut, alisnya yang berukir terangkat naik. Ia masih membatasi dirinya dari Aisha, tapi tatapannya tidak lagi sedingin tadi.

"Kalau begitu ada apa?" tanyanya tidak sabar.

"Aku membawa Rio untuk menemuimu. Mario Putra Keshav. Putra kandungmu." Aisha tersenyum seraya melingkarkan tangannya di bahu Rio.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang