#37 : "Dunianya Telah Runtuh"

11.2K 783 47
                                    

Hari ini adalah peresmian pergantian posisi CEO Keshav Group. Sejak satu bulan lalu, Vero telah menyiapkan sebuah pesta besar untuk merayakannya secara resmi. Akan ada banyak sekali pengusaha, wartawan dan calon investor di sana. Kedua orang tua Vero juga sudah di sana sejak pagi tadi untuk mengawasi agar seluruh halnya berjalan lancar.

Sedang Vero, sang bintang utama hari itu, masih tetap bersama Aisha di rumah sakit. Ia hanya akan berangkat ketika waktunya tiba. Entah mengapa, hari ini perasaannya terasa tidak enak jika harus berada jauh dari istrinya itu lama-lama. Jadi ia terus mengulur waktu sebanyak yang ia bisa.

Sepanjang waktu hari ini, mereka hanya berbincang tentang segala hal, tentang masa lalu, tentang teman-teman mereka dan banyak lainnya. Vero bahkan ikut berbaring di ranjang rumah sakit Aisha, ia ingin sedekat mungkin dengan istrinya itu sebelum pergi.

".... Rio berkata padaku waktu itu, dia hanya ingin masuk SD dimana ada Kayla," kata Vero mengingat kembali pembicaraannya dengan Rio di mall hari itu. Hari dimana Aisha nyaris salah paham karena mereka bertemu di mall saat Vero bersama Luna.

Aisha terkekeh, "Aku hanya menyuruhnya berteman dengan Kayla agar dia punya teman, siapa yang bisa menyangka ia akan selengket lem dengan gadis kecil itu."

"Yah ... jadi kurasa aku akan membiarkannya memilih ingin sekolah di mana."

Aisha tampak merenung sesaat kemudian menatap Vero dengan lembut. "Bicara tentang Rio, aku jadi ingat saat pertama kali aku membawa Rio bertamu ke rumah Kayla, aku melihat anak itu begitu perhatian pada Kayla. Untuk sesaat, aku bertanya-tanya darimana dia mendapatkan sifat itu? Lalu aku berpikir pasti dia mendapatkannya dari ibunya...." Aisha menatap Vero dengan tatapan malu, "Maksudku ... kamu dulu 'kan sangat dingin."

"Lalu?"

"Lalu aku melihat sendiri bagaimana kamu memperlakukanku. Dan akhirnya aku tahu dari mana sifat perhatian Rio. Ternyata dia mewarisinya darimu." Aisha tersenyum menatap Vero. "Kalian berdua sebenarnya memiliki sifat yang sangat lembut dan penuh perhatian pada wanita yang kalian sayangi."

"Tentu saja dariku! Memangnya Luna bisa perhatian pada orang lain." Vero memutar mata dengan kesal.

Aisha tertawa kecil, kemudian pandangannya beralih ke dinding putih di seberangnya, lalu menghela napas dengan sedih. "Aku jadi penasaran bagaimana Rio ketika besar nanti ... Dia mirip denganmu, pasti dia juga akan setampan dirimu."

Vero mengangguk, tangannya semakin erat memeluk Aisha, tapi dadanya terasa sangat sesak karena harus menahan dorongan air mata.

"Siapa kira-kira yang akan menjadi istrinya? Siapa yang akan menjadi kekasih pertamanya? Dan bagaimana dia ketika jatuh cinta? Aku penasaran dengan semua itu. Aku sangat berharap aku bisa melihatnya, terlebih aku ingin dia menceritakan semua hal itu padaku."

"Kamu pasti bisa," sahut Vero tercekat. "Kita akan menyaksikannya dewasa bersama."

"Vero...." Aisha menoleh ke arah Vero.

"Hm?"

"Jangan abaikan Rio lagi," Aisha berkata lembut. "Tidak peduli seberapa kuat dia kelihatannya, dia masih anak kecil. Dia masih perlu banyak diperhatikan, dia masih perlu banyak kasih sayang. Jangan abaikan dia dan berikan dia banyak kasih sayang seperti yang anak umur enam tahun harusnya dapatkan.

Kita seharusnya menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya, tapi aku malah merebut semua kesempatan itu karena penyakitku. Tolong jaga dia, atau aku akan merasa bersalah selamanya."

"Aku akan menjaganya dengan baik."

Aisha tersenyum mendengarnya, "Lalu untukmu Vero ... aku melarangmu menyusulku dengan cepat. Kamu harus hidup, untuk Rio, untuk kedua orang tuamu, dan semua yang peduli terhadapmu."

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang