#33 : "Kebahagiaan Aisha adalah Prioritasnya"

5.9K 566 13
                                    

Memasuki bulan Juni, kondisi Aisha semakin memburuk. Ia terus-terusan keluar masuk rumah sakit karena pingsan dan nyaris tak bisa bernapas. Bahkan dokter masih belum berani melakukan kemoterapi pada Aisha karena kondisi jantungnya melemah dan HB-nya terlalu rendah, mereka tak berani mengambil resiko memperburuk keadaannya dengan penggunaan obat keras. Untuk sementara, satu-satunya hal yang bisa menjadi pegangan Aisha hanyalah obat-obatan dan perawatan rumah sakit.

Aisha masih tidak memberitahu Vero seberapa parah penyakitnya sekarang dan seberapa lama lagi waktu hidupnya menurut vonis dokter. Ia merasa tidak akan sanggup mengatakannya dan di sisi lain, ia juga merasa ia tidak ingin mengatakannya. Aisha terlalu mengenal Vero, ia tahu suaminya itu akan membujuknya untuk melakukan operasi jika hanya itu satu-satunya cara yang tersisa. Maka dari itu, ia menyembunyikan hal ini dari Vero.

Namun, hanya itu juga satu-satunya hal yang bisa Aisha sembunyikan. Mengenai kondisinya, bahkan jika Vero sama sekali tak tahu seberapa parah penyakitnya sekarang, pria itu pasti bisa melihat bahwa Aisha telah benar-benar berada di titik kritis. Ia terus-terusan batuk darah, pingsan dan pada beberapa kesempatan hanya bisa bernapas dengan bantuan mesin. Tapi seperti semua orang lain, Vero juga tak berdaya pada penyakit Aisha. Ia hanya bisa menemani wanita itu setiap harinya.

Hari ini pun, Aisha membuka matanya di kamar rawat rumah sakit lagi. Perasaannya terasa buruk, seperti yang setiap kali ia rasakan ketika membuka mata dengan alat bantu pernapasan menempel di hidungnya. Hari ini seperti biasa lagi, Aisha harus menginap di rumah sakit karena kemarin ia batuk darah dan kemudian pingsan.

Aisha menoleh ke seluruh ruangan untuk menemukan Vero, tapi pria itu tak terlihat di manapun, hanya ada jasnya yang tersampir di kursi yang menandakan ia belum pergi. Samar-samar, Aisha mendengar bunyi air memercik di kamar mandi dan segera menyimpulkan Vero ada di sana sekarang. Merasa bosan menunggu, Aisha akhirnya menjulurkan tangannya ke nakas untuk mengambil ponsel dan menyalakannya.

Seperti biasa, ponselnya itu tidak memiliki notifikasi atau pesan penting. Sudah sekian lama ponselnya selalu sepi. Ia jadi teringat kembali, ketika ia masih belum menikah dulu, ponsel sepi merupakan hal yang jarang baginya. Semua sosial medianya terisi penuh dengan pesan dari laki-laki yang terang-terangan mendekatinya ataupun dari laki-laki yang tidak ia kenal, memujinya sepanjang waktu. Postingan instagramnya pun tak pernah sepi komentar setiap kali ia meng-upload foto dan kehidupannya tampak menjadi konsumsi kesukaan banyak orang.

Setelah menikah, Aisha menemukan sejumlah laki-laki yang dulu rutin mengiriminya chat kini memblokirnya, beberapa lainnya Aisha blokir sendiri karena mereka tetap mengiriminya pesan, tak peduli ia sudah menikah. Mengenai sosial media seperti instagram, tiktok, twitter dan yang lainnya juga telah ia hapus karena ia dulu merasa akan segera pergi dari dunia. Sekarang, ponselnya hanya menerima chat dari Vero, Kiara, Luna, teman-temannya, ibunya Vero atau beberapa chat penting seperti dokter. Tak banyak lagi yang lain. Jadi, jika mereka tak mengirimi pesan maka ponselnya juga akan sesunyi itu.

Tepat ketika Aisha akan mengembalikan ponselnya, seketika sebuah notifikasi muncul di layar. Jantungnya seakan berhenti begitu ia melihat notifikasi tersebut. Itu dari ibu tirinya. Tanpa mempertimbangkan apapun, Aisha segera membuka chat-nya.

"Aku dengar penyakitmu memburuk lagi? Kenapa masih keras kepala mempertahankan dirimu menjadi menantu keluarga Keshav? Kamu ingin membuatku malu keluarga? Sudah jelas, bukan? Kamu sama sekali tidak pantas menjadi istrinya Vero."

Kontak Pengacara

"Itu nomor pengacara, segera hubungi dia untuk perceraianmu. Mama akan menanggung semua biayanya."

Aisha tertegun menatap chat itu. Seperti biasa, ia tak pernah bisa menahan air mata jika sudah mendapat chat seperti ini dari ibu tirinya. Aisha tahu, ia tak akan mungkin bercerai dari Vero tak peduli apapun keadaannya. Karena pertama, ia tidak mau dan kedua, Vero jelas akan berjuang mati-matian untuk mempertahankannya terutama di waktu seperti ini. Hanya saja, ketika ada seseorang menyuruhnya menceraikan Vero, itu selalu menyakiti hati Aisha. Karena hal itu selalu membuatnya teringat pada kekurangannya. Terutama, jika yang mengatakan itu adalah orang yang membesarkannya.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang