#13 : "Awal Dari Sesuatu yang Buruk"

7.6K 778 9
                                    

Hari minggu adalah jadwal mingguan Aisha untuk mempertemukan Rio dan Luna. Setiap sabtu dan minggu di mana Rio tidak sekolah dan tidak ada jadwal les, Aisha akan selalu mengajaknya ke rumah Luna, dan Luna sendiri juga selalu mengosongkan jadwalnya agar bisa bersama Rio. Mereka saat ini telah menjadi dekat dan tak terpisahkan semenjak pertemuan pertama itu.

Untuk beberapa kesempatan, Aisha biasanya akan meninggalkan mereka berdua dan pergi jalan-jalan dengan Kiara, atau dengan teman-teman lamanya. Tapi lebih seringnya, ia akan tinggal juga bersama Luna di rumah wanita itu. Meski ia tak melakukan apapun selain duduk diam dan mengamati Rio bermain dengan Luna.

Sudah dua bulan berlalu, Vero maupun orang-orang di keluarga suaminya itu masih tidak mengetahui bahwa Aisha sering membawa Rio ke rumah Luna. Bagaimana mungkin juga mereka akan tahu? Vero saja sama sekali tidak peduli padanya. Dia tidak akan bertanya kemana ia pergi, kapan ia kembali dan hari apa saja ia tidak di rumah, jadi bagaimana pria itu bisa curiga? Hidup pria itu sudah terlalu sibuk untuk menyadari hal-hal kecil di sekitarnya. Tak akan ada waktu untuknya.

Hari ini pun, Aisha menyandarkan tubuhnya di sofa di rumah Luna. Matanya mengamati Luna yang bermain dengan Rio sambil berbincang tentang hari-hari yang telah Rio lalui selama seminggu terakhir. Sekarang, Aisha sudah lebih terbiasa melihat interaksi akrab antara Rio dan Luna, ia tidak lagi merasa sakit hati ... baiklah, hanya sedikit merasa sakit hati. Ia telah menerima kenyataan bahwa di hidup Rio, ia hanyalah seorang yang singgah saja, bukan ibu kandungnya ataupun ibu yang akan bersamanya selamanya.

Setelah Rio tampak bosan bercerita dan mulai ingin bermain sendiri, barulah Luna mundur lalu duduk di samping Aisha. Dia tidak mau mengganggunya.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Aisha pada Luna, begitu wanita itu mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Mm ya, tanya saja."

"Kenapa ... kamu bisa pisah sama Vero?" tanya Aisha pelan, kemudian ia dengan cepat menambahkan, "kalau pertanyaan itu kurang nyaman buat kamu, gak usah dijawab gak apa-apa."

Luna menghela napas kemudian tersenyum, matanya menatap langit-langit dengan tatapan sendu. "Ketika aku jatuh cinta sama Vero, aku gak tahu kalau resiko mencintainya akan sangat besar. Kami hanyalah dua orang yang sedang tergila-gila satu sama lain dan berpikir bahwa pernikahan adalah dermaga terakhir kami menuju kebahagiaan. Siapa yang bisa menyangka, ternyata aku dan Vero salah, pernikahan justru adalah sesuatu yang menghancurkan kami.

Sebelum aku menikah dengan Vero, kami sudah berkomitmen untuk menunda memiliki anak. Aku masih ingin menjadi model dan banyak produk yang masih menggunakanku sebagai model mereka dan Vero setuju dengan hal itu. Tapi tidak dengan keluarganya. Vero adalah satu-satunya putra di keluarga Keshav, itu berarti istrinya akan melahirkan penerus keluarga Keshav. Mereka tidak mau aku terlalu menunda punya anak karena mereka perlu keturunan dari Vero.

Pada awalnya, Vero masih bisa menenangkan keluarganya dengan berkata bahwa aku masih perlu waktu, tapi setelah dua tahun, akhirnya mereka mulai dingin terhadapku. Ibunya bahkan selalu menyinggungku karena aku lebih mementingkan karir daripada suami. Bahkan pada beberapa kesempatan, ibunya menyarankan agar Vero menikah lagi, tepat di hadapanku.

Melihat keadaannya tidak akan membaik, aku akhirnya mengalah dan berhenti jadi model untuk sementara waktu. Aku berkata pada Vero bahwa aku siap untuk hamil. Kupikir itu adalah akhir masalahku, ketika aku hamil, aku mulai diperlakukan dengan sangat baik lagi di keluarga Keshav. Tapi aku salah, bahkan setelah aku menuruti keinginan mereka dengan memberikan keluarga Keshav seorang penerus, ibunya malah memintaku berhenti jadi model dan hanya membesarkan anak saja sepanjang hidupku.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang