#25 : "Kemoterapi Pertama"

7K 616 19
                                    

Dua minggu terakhir terasa seperti liburan yang menyenangkan atau seperti bulan madu yang tak terlupakan bagi Aisha. Ia menikmati setiap detik dimana ia bisa tersenyum lepas menatap orang-orang yang ia cintai bersamanya di semua saat itu. Tapi sayangnya, entah itu liburan atau bulan madu semua itu harus berakhir.

Hari ini seperti yang telah dijadwalkan, Aisha terbaring di atas ranjang rumah sakit. Tangannya dililit sejumlah alat dan beberapa dokter tengah berdiskusi di samping kanannya. Aisha tetap berusaha memfokuskan perhatian pada tangan kirinya yang tengah digenggam Vero. Jujur saja, ia agak takut mendengar diskusi para dokter di sampingnya itu, jadi ia lebih memilih untuk mengalihkan fokusnya pada hal lain.

Setelah selesai berdiskusi, salah satu dokter mulai menusukkan jarum suntik ke kulitnya. Tidak terlalu menyakitkan bagi Aisha. Mungkin, karena rasa sakit yang ia rasakan ketika kanker bereaksi ratusan kali lipat lebih menyengat dari ini. Jadi, ia tidak terlalu memedulikan rasa sakitnya.

Begitu jarum suntik itu ditarik dari kulitnya dan obat mulai menyebar ke peredaran darahnya, perlahan - lahan Aisha mulai merasa lemas. Ia merasa begitu lemas hingga bahkan menggenggam tangan Vero lagi pun ia tidak bisa. Semakin banyak obat itu bereaksi dengan tubuhnya, semakin Aisha merasa tidak berdaya. Seakan - akan, ia hanyalah jiwa tanpa raga. Ia memang sudah mengetahui inilah efek dari obat yang disuntikkan padanya, tapi ketika mengalaminya langsung, Aisha tetap saja merasa begitu kepayahan.

Samar - samar, Aisha bisa mendengar Vero berbicara dengan cermat pada para dokter di sampingnya, tapi ia tak bisa menangkap semua perkataan itu karena pikirannya kesulitan fokus.

"Jika nanti pasien merasa mual dan muntah, itu adalah hal yang wajar. Itu salah satu efek samping kemoterapi...."

".... suster nanti akan datang untuk memantau kondisinya...."

"Kita akan tahu hasilnya setelah menentukan apakah kemoterapi ini berhasil atau tidak...."

Hanya itu yang bisa Aisha tangkap, sisanya seperti obrolan basa-basi yang tak ia mengerti intinya. Tak lama setelah itu, para dokter dan suster keluar, hingga hanya menyisakan Vero dan dirinya yang ada di ruangan sunyi itu.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Vero lembut, tapi Aisha bisa menangkap kecemasan dalam nada suaranya.

"Aku merasa ... sangat lemas," jawab Aisha seadanya. Ia awalnya berniat menenangkan Vero, tapi kemudian ia sadar ia tidak bisa melakukan itu, pikirannya sangat kesulitan untuk fokus dan ia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menutupi rasa sakitnya.

"Tidurlah...." kata Vero lembut, tangannya tak berhenti mengusap lembut rambut Aisha. "Itu akan membantumu mengatasi rasa sakitnya."

Aisha mengangguk, lagipula ia sudah tidak sanggup lagi melawan kantuk yang entah mengapa mendadak menyerangnya itu. Sambil memfokuskan pikirannya pada belaian lembut tangan Vero di kepalanya, Aisha mulai memejamkan mata dan menikmati tidur yang damai.

*

Vero menatap jam dan menyadari bahwa sekarang sudah pukul empat sore. Itu berarti sudah tujuh jam Vero duduk menemani Aisha di sini. Beberapa suster telah bolak balik untuk mengecek keadaan Aisha, terutama untuk mengecek organ vital dan reaksi tubuhnya ketika menerima obat kemoterapi. Karena ini adalah obat keras, jadi ada banyak sekali kemungkinan tubuh Aisha menolak atau tidak sanggup dengan reaksinya. Untungnya, sepanjang hari ini tidak ada tanda-tanda penolakan dari tubuh Aisha. Ia menerima obat kemoterapi itu dengan baik yang berarti perawatan selanjutnya bisa dilakukan dengan lancar.

Meski begitu, Vero tetap merasa terluka melihat Aisha terbaring tak berdaya di atas ranjang. Selama tujuh jam itu, Aisha terus membuka dan menutup matanya tanpa benar-benar bereaksi terhadap segalanya. Suster berkata bahwa itu adalah efek samping dari doxorubicin, obat yang digunakan dalam kemoterapi Aisha. Obat itu memang membuatnya kelelahan luar biasa, bahkan bukan tidak mungkin, obat itu akan membuatnya muntah-muntah nanti. Suster itu juga mengatakan bahwa efek sampingnya mungkin akan bertahan selama dua sampai tiga hari, karena itulah Aisha harus dirawat di rumah sakit selama waktu itu.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang