#34 : "Akhirnya, Keluarga itu Bersatu"

5.9K 519 7
                                    

Selepas kepergian Vero, Marissa terdiam di ruangannya selama beberapa waktu. Ia perlahan meraih salah satu foto yang terpajang di atas meja kerjanya, kemudian melepaskan bingkai foto itu.

Foto itu adalah foto satu-satunya kenangan bersama Aisha. Foto yang ia dapat ketika pernikahan Aisha. Namun, yang dipajang Marissa di atas mejanya hanya bagian dirinya dan Kiara, ia melipat bagian Aisha hingga tak terlihat dibingkai. Setelah nyaris satu tahun, barulah akhirnya Marissa meluruskan foto itu kembali, membiarkan foto Aisha masuk ke dalam foto keluarganya.

Sambil menatap foto itu, ia mengingat lagi tahun-tahun yang ia habiskan untuk membenci Aisha, dan juga alasan terbesar mengapa ia membenci gadis itu.

Aisha sangat mirip dengan William; matanya, caranya tersenyum dan beberapa hal di wajahnya sangat mengingatkannya akan William, bahkan Kiara saja tidak semirip itu dengan William. Masalahnya, di wajah gadis itu juga, Marissa bisa melihat wajah wanita yang telah menghancurkan rumah tangganya, wanita yang selalu memunculkan api kebencian yang membara setiap kali ia mengingatnya. Itulah sebabnya Marissa terus menghindari Aisha, gadis itu selalu mengingatkannya akan masa lalunya yang pahit.

".... bukan salahnya jika suamimu berselingkuh, bukan salahnya jika dia terlahir dari hasil hubungan gelap suamimu. Apakah dia pernah memiliki pilihan dalam hidupnya?"

Marissa mulai merenungkan hal itu. Sebenarnya, ia tahu hal itu lebih dari siapapun. Ia tahu, seharusnya ia tidak membenci Aisha atas kesalahan yang orang tua gadis itu lakukan. Hanya saja, ia tak memiliki orang lain untuk dilampiaskan kebenciannya. Maka dari itu, ia membenci Aisha, satu-satunya yang tersisa dari perselingkuhan suaminya. Dan perkataan Vero tadi telah membuatnya merasa dilema kembali.

Marissa menghela napas kemudian mengambil surat yang tadi diberikan Vero kemudian membukanya dan mulai membacanya. Itu adalah surat dari Aisha.

'Halo ma

Apa kabar mama sekarang? Apa mama sudah lebih baik semenjak aku pergi? Pasti mama hidup dengan bahagia 'kan?

Ketika mama membaca ini, mama pasti sudah menerima kabar kematianku, bukan?

Sejujurnya, ketika mama memintaku menikahi Alvero Keshav, hari itu adalah hari yang sama dimana aku di diagnosa terkena kanker. Tapi aku tidak mau merepotkan siapapun, karena perawatan ini sulit untuk dijalani tanpa bantuan keluarga, jadi aku hanya akan memilih jalan pintas. Aku telah mendaftarkan diriku ke klinik bunuh diri di Swiss.

Kini aku, ibu, dan ayah sudah pergi dari hidup mama, semua yang menyakiti mama sudah pergi. Sekarang mama bisa fokus dengan kebahagiaan mama dan Kak Kiara, tak ada lagi yang bisa mengganggu kebahagiaan kalian.

Aku sudah memastikan kematianku tidak akan membuat perusahaan mama dalam bahaya. Aku meminta Alvero Keshav berjanji bahwa dia akan selalu menjadi investor terbesar di perusahaan mama. Aku juga meminta pengacaraku menutupi alasan kematianku agar mama tidak akan dihujat semua orang. Itu adalah hadiah pertama dan terakhir yang bisa kuberikan untuk mama.

Ma, jujur saja bagiku mama adalah orang terbaik yang bisa ada dalam hidupku. Mama membenciku, tapi tetap merawatku. Aku selalu mengingatkan mama akan masa lalu mama yang menyakitkan, tapi mama tak pernah mengusirku dari rumah. Aku yakin tak ada yang bisa menjadi wanita sekuat mama. Jika aku ada di posisi mama pun, aku tidak yakin aku bisa sekuat mama.

Maaf ma, selama dua puluh tahun ini aku terus-terusan menyakiti mama dengan kehadiranku. Sekarang, aku akan memberi mama kebahagiaan. Mama gak perlu khawatir tentang keuangan karena Alvero Keshav akan selalu membantu mama, itu janjinya padaku. Kak Kiara, dia juga bisa menikahi pria yang dia cintai.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang