EPILOG : "Aisha dan Vero"

13.2K 764 17
                                    

"Alvero Keshav!"

Aku berbalik dan tersenyum melihatnya. Wanita cantik itu berdiri di seberangku, terlihat jauh lebih cantik dari yang pernah kuingat, rambut panjangnya yang hitam legam dan baju putihnya berkibar tertiup angin terlihat begitu sempurna melengkapi tubuhnya. Dia tengah tersenyum lebar dan melambai padaku.

"Aisha, kamu sudah membuatku menunggu selama dua puluh tahun, dan masih membiarkanku menunggu kali ini?" tanyaku dengan kebahagiaan yang sangat membuncah.

Dia tertawa sebelum akhirnya berlari ke arahku. Kakinya yang telanjang tampak sehat tanpa ada cacat maupun jahitan sedikitpun. Ia melempar tubuhnya ke arahku dan aku menangkapnya. Aku memeluknya seerat yang aku bisa, menuntaskan kerinduan yang selama ini nyaris merenggut hidupku kemudian mengangkatnya beberapa senti dari tanah dan memutarnya dengan perasaan penuh bahagia.

"Aku merindukanmu ... Aku merindukanmu ... Aku sangat merindukanmu...." ucapku berkali - kali sambil memeluknya.

"Aku juga merindukanmu, Alvero Keshav," bisik Aisha.

Setelah itu aku menghujaninya dengan ciuman penuh cinta, seakan memeluk dan menciumnya saja tak akan cukup bagiku menuntaskan rasa rindu ini. Dia tertawa tapi tidak melepaskan pelukanku, dia malah semakin mempererat pelukannya di leherku.

*

Tak ada gelapnya malam di tempat ini. Hanya ada cahaya cerah yang begitu indah dan hawa yang sejuk. Hari-hari selalu berjalan dengan damai dan semuanya selalu membahagiakan. Dan di semua waktu itu, aku selalu bersama Aisha, tanpa pernah meninggalkannya sedikitpun.

Saat ini, Aisha tengah berbaring di pangkuanku, tangannya terangkat untuk menangkap bunga-bunga yang begitu indah dari pohon yang menjulang di atas kami. Aku membelai lembut rambutnya seraya menatap wajahnya yang cantik tanpa pernah merasa puas.

"Bagaimana keadaan Rio?" tanya Aisha tanpa mengalihkan tatapannya dari bunga-bunga yang berjatuhan ke arah kami.

"Baik, dia berumur dua puluh lima tahun saat aku tinggalkan," jawabku.

"Apa dia tidak kesepian?"

Aku tertawa, "Dia sudah menikah dengan gadis yang sangat ia cintai. Dia tentu akan sedih, tapi setidaknya dia memiliki seseorang yang akan memeluknya di saat dia menangis. Setidaknya, dia tidak akan kesepian."

"Benarkah? Memangnya siapa istrinya Rio?"

"Kayla."

Aisha mengernyit, "Kayla?"

"Gadis kecil yang selalu mengikuti Rio itu."

Aisha tertawa, tawa indah yang selalu ingin kudengar dulu. Tawa yang hingga kini pun masih tak pernah puas kudengar.

"Aku tidak pernah menyangka bahwa mereka akan menikah suatu hari nanti," katanya melanjutkan.

"Malah akan aneh jika mereka tidak menikah. Mereka benar-benar tidak terpisahkan sejak TK."

Aisha tersenyum sendiri mendengar itu.

"Lalu bagaimana denganmu, Vero?" tanyanya lagi.

"Apa?"

"Apakah kamu menikah lagi setelah aku pergi?"

"Tidak, rasanya benar-benar sulit bagiku untuk mencari cinta yang lain."

Aisha meraih satu tanganku yang lain kemudian menggenggamnya erat. "Pasti sangat sulit bagimu," bisiknya.

"Tentu, apalagi aku harus menolak ratusan gadis cantik." Aku berpura-pura mendesah sedih.

Aisha segera bangkit dari pangkuanku dan menatapku dengan tatapan marah, "Oh ya? Kenapa tidak terima saja salah satu? Atau nikahi mereka semua, toh aku juga gak pernah melarang kamu! Aku udah bilang, kan? Kalau kamu bahagia, yaudah nikah lagi aja."

"Kamu gak melarang, tapi kamu tetap marah."

"Enggak tuh!"

Aku tertawa kemudian meraih tubuhnya agar terkurung dalam pelukanku lagi. Bahkan kemarahannya ini juga sangat aku rindukan.

"Masalahnya aku tidak mampu menggantikanmu. Seluruh hidupmu di dunia sudah menjadi milikku dan seumur hidupku, aku juga ingin menjaganya agar hanya menjadi milikmu." Aku melanjutkan seraya memainkan helai rambutnya dan mengembalikannya ke belakang telinga.

Dia tersenyum malu kemudian aku mencium puncak kepalanya.

Begitulah yang kami lewati setiap hari; tertawa, bercanda, membicarakan semua yang aku lalui di dunia dan segala macam kebahagiaan lainnya. Aku tak pernah bosan ataupun lelah mengikutinya kemanapun.

Kali ini tak ada lagi kesedihan, penyakit, perpisahan dan segala macam yang mengganggu hubunganku dengannya. Aisha telah dikembalikan padaku, dan rasanya tak ada yang lebih indah daripada itu.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang