#6 : "Impian Yang Hanya Menjadi Mimpi"

6.6K 715 6
                                    

Sorot lampu bersinar di atas panggung, suara riuh rendah segera terdiam secara serentak begitu lagu mulai bermain, tatapan semua orang terpaku pada panggung yang masih menunjukkan panggung kosong. Ketukan demi ketukan bermain, satu persatu balerina akhirnya masuk ke dalam panggung dan menari dengan indahnya. Ketika ketukan semakin memuncak, mendadak saja sorot lampu panggung mati, dan perlahan musik bermain kembali, kali ini dengan lembut lalu sorot lampu menyala hanya kepada orang yang berada di tengah panggung.

Aisha menarik napas, kemudian menggerakkan tubuhnya yang lentur sesuai irama musik. Senyum selalu terkembang di wajahnya selagi ia menari dan terus berputar mengikuti irama lagu. Sesekali ia akan memejamkan matanya mengikuti ritme yang seakan menyatu ke dalam darahnya. Tubuhnya terus bergerak mengikuti alunan musik seakan sedang terhipnotis. Langkahnya bergerak ringan dan seluruh tulang-tulangnya seakan berubah menjadi karet ketika ia melakukan lekukan-lekukan sempurna dalam tariannya.

Tak ada tekanan, tak ada pikiran lain, tak ada rasa takut, yang ada hanya dirinya dan musik. Gairah yang berpacu dalam darah dan musik seakan menggerakkan tubuhnya. Bagi Aisha, inilah momen dimana ia paling merasa hidup.

Lagu terus berputar dan gerakan Aisha terus mengikuti lagu itu. Jika lagunya semakin nyaring, maka gerakannya semakin intens dan jika lagunya melambat maka ia akan meliukkan tubuhnya dengan indah. Aisha sekarang terlihat layaknya peri yang tengah bermain-main di alam dunia.

Saat ini studio tari yang diikuti Aisha tengah menampilkan pertunjukkan Giselle di mana Aisha yang menjadi penari utama dan berperan sebagai Giselle. Di atas panggung, tampak Aisha tengah menari mengitari seorang pemuda yang terbaring. Raut wajahnya yang sedih dan tariannya yang penuh dengan gerakan menyayat hati menampilkan kesedihannya karena harus 'menyihir' kekasihnya agar bisa ikut ke dalam kematian bersamanya meski ia tidak mau.

Secara bertahap, musik mengalun lebih pelan dan tarian para balerina di sekitarnya juga mulai melambat. Gerakan Aisha perlahan melambat juga dan setelah itu, ia jatuh dengan indahnya ke pelukan pemuda yang menjadi lawan mainnya. Tubuhnya kemudian diangkat dengan mudahnya oleh pemuda itu kemudian diturunkan kembali olehnya.

Aisha sekali lagi menari dengan indahnya, membelai wajah si pemuda dengan gerakan yang menggoda juga menyedihkan. Itu adalah tarian perpisahannya. Setelah itu musik mulai menghilang dan ia melangkah pergi dari panggung.

Si pemuda tampak meratap di atas panggung lalu ia terbaring di atas makam buatan, dan setelah itu tirai berwarna merah yang tebal menutup dengan diiringi tepuk tangan meriah dari para penonton.[1]

*

"Hari ini kita sukses besar!!" Seru seorang wanita dengan suara keras begitu ia melangkah ke dalam ruang ganti.

Semua orang bertepuk tangan seru sambil menatap satu sama lain dengan tatapan bahagia.

Wanita itu juga tersenyum lebar menghadap para penarinya, kemudian tatapannya berhenti di salah satu penari dan untuk penari itu ia menatapnya cukup lama. "Aisha, kamu mau menyampaikan sesuatu sekarang?" tanyanya.

Aisha mengangguk.

Wanita itu tersenyum kemudian menyingkir dari tempatnya berdiri tadi dan membiarkan Aisha mengambil alih tempatnya.

"Okey pertama-tama, aku mau mengucapkan selamat dan terima kasih untuk hari ini. Berkat kerja keras dan usaha kita semua, pertunjukkan hari ini bisa sukses besar. Aku sangat bangga bisa satu panggung dengan kalian semua.

Kemudian, seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah penampilan terakhirku sebagai penari. Karena sebentar lagi aku akan menikah, jadi aku tidak mungkin bertahan menari lagi."

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang