#26 : "Menjauhi Vero"

7.4K 608 6
                                    

Aisha menoleh menatap jendela. Meski telah tiga hari menginap di rumah sakit, ini adalah pertama kalinya ia memiliki waktu untuk melihat-lihat segalanya. Dua hari terakhir, ia terlalu sakit bahkan untuk menyadari dimana dia berada. Jika tidak tergolek lemah di atas ranjang, maka ia akan merasa mual dan muntah sepanjang waktu. Baru hari ini ia akhirnya memiliki tenaga untuk melihat-lihat hal di sekitarnya, meski hanya melalui jendela kamar.

Kamar Aisha sendiri berada di lantai dasar dan terletak tepat di depan taman rumah sakit. Jadi ketika ia menoleh ke jendela, pemandangan pertama yang menyambutnya adalah kesibukan di taman itu. Ia bisa melihat sejumlah pekerja rumah sakit yang tampak sibuk membersihkan taman, beberapa anak berlarian dengan bahagia bersama teman sebaya mereka, beberapa orang yang sepantaran atau lebih muda dari Aisha tengah duduk di kursi roda bersama ibu atau ayahnya, juga sejumlah perawat yang berjalan ke sana kemari. Bukan pemandangan yang menarik memang, tapi daripada memandangi dinding putih monoton atau televisi yang hanya menayangkan gosip, Aisha lebih suka pemandangan ini. Setidaknya ia bisa melihat kehidupan orang lain dari kaca ini.

Sayang sekali Vero tidak ada di sini sekarang. Satu jam lalu, pria itu sudah berpamitan padanya untuk pergi ke kantor. Dia harus mewakili ayahnya untuk rapat bersama para investor baru, karena penerbangan ayahnya ditunda dan baru bisa kembali ke Indonesia sore nanti jadi ayahnya tak bisa menghadiri rapat itu. Sulit bagi mereka membuat jadwal ulang dengan para investor tersebut, jadilah Vero mau tidak mau harus menggantikan dalam rapat hari ini. Ia bahkan harus begadang malam tadi untuk menghafal materi yang dikirimkan ayahnya.

Sebelum pergi, Vero juga sempat memanggil Kiara untuk datang kemari. Tapi Aisha yakin, kakaknya itu pasti akan memerlukan waktu berjam-jam hingga tiba di sini. Macetnya Jakarta dan lamanya ia berdandan pasti akan menghabiskan waktu setidaknya tiga jam. Padahal, Aisha sudah mengatakan padanya bahwa ini rumah sakit kanker dan mungkin tidak akan ada yang meliriknya tidak peduli seberapa cantik ia berdandan. Bahkan jika kakaknya itu datang hanya dengan baju tidur pun, orang tak akan heran.

"Aku tahu kamu cuma akan bersama Vero selama sisa hidupmu, Aisha. Tapi aku tidak. Aku bebas melirik dokter tampan mana saja di rumah sakit ini," kata Kiara saat itu.

Aisha hanya bisa menghela napas mendengarnya. Sebenarnya Aisha tahu betul, kakaknya jatuh cinta setengah mati pada kekasihnya. Bahkan jika ada dokter tampan yang benar-benar tertarik padanya di sini, kakaknya itu pasti akan menolaknya juga. Alasan sebenarnya hanyalah kakaknya tidak pernah percaya diri keluar tanpa mengenakan make up, sama seperti dirinya dulu.

Tok ... tok ... tok ...

Aisha mengalihkan pandangannya dari jendela ketika mendengar ketukan di pintu. Ia mengernyitkan kening dan menatap jam masih menunjukkan pukul 09.00. Mungkinkah Kiara bisa datang dalam satu jam? Ini pasti rekor baru kakaknya.

"Masuk" kata Aisha ketika ketukan di pintu sekali lagi berbunyi.

Pintu itu berderit membuka dan perlahan seseorang muncul di baliknya. Aisha segera menahan napas begitu melihat siapa yang mengunjunginya kali ini. Dengan cepat, ia merubah posisinya menjadi duduk dan sebisa mungkin merapikan rambutnya. Dalam hati ia diam-diam bersyukur karena tadi telah mencuci muka dan sikat gigi dengan dibantu Vero sebelum suaminya itu pergi.

"Hai Aisha." Orang itu tersenyum cerah ketika melangkah mendekati ranjang Aisha.

"Halo ma," sapa balik Aisha pada mertuanya itu.

Benar, orang yang datang itu adalah Diana, ibunya Vero.

"Apa kabar kamu?" Diana bertanya dengan nada ramahnya yang biasa.

Aisha berusaha mengulas sebuah senyum santai meski ia tak bisa menahan perasaan gugupnya. "Udah lebih baik sih hari ini ma."

Diana mengangguk, ia tampak melirik seluruh alat yang berada di ruangan ini lalu menatap Aisha dengan tatapan campuran antara iba dan penuh kasih sayang. "Vero udah cerita soal penyakit kamu...."

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang