#8 : "Malam Pertama Yang Dingin"

7.6K 685 12
                                    

Vero menyesap wiski di gelasnya dengan pikiran mengembara. Saat ini, di depannya ada berbagai macam hiburan mulai dari musik keras, cahaya warna warni yang bersinar ke segala tempat hingga wanita yang menari dengan erotis di lantai dansa. Sesuatu yang biasanya ia sukai. Namun malam ini, entah mengapa semua itu seakan berada jauh darinya. Malam ini benaknya dipenuhi dengan Aisha, gadis yang baru saja ia nikahi. Ah ya, ia masih menyebutnya 'gadis' karena memang begitulah kenyataannya. Ia memang menikahinya, tapi tak akan pernah mengambil 'kegadisannya', bahkan hingga hari perceraian mereka nanti.

Selagi rasa panas menjalari kerongkongannya, Vero mulai tak bisa mengontrol pikiran tentang gadis itu.

Aisha sebenarnya memenuhi ekspektasinya dari segala aspek. Dia cantik, sangat, jadi dia jelas tak akan memalukan jika dibawa untuk menghadiri pesta atau pernikahan koleganya. Dia juga tampaknya pintar, itu terlihat dari ide-ide cerdasnya mengenai pernikahan kontrak ini maupun caranya memanfaatkan dirinya untuk mengambil uangnya secara terang-terangan. Dia juga merupakan orang yang cukup mudah untuk berbaur, dalam beberapa hari terakhir ia tampak sudah menjadi kesayangan keluarga besarnya dengan perilakunya yang ramah dan terbuka. Lalu yang terpenting, dia bisa mengambil hati Rio.

Vero tahu bahwa ia adalah ayah yang buruk untuk Rio selama lima tahun terakhir, tapi itu bukan berarti ia tidak ingin yang terbaik untuk putranya. Ia selalu ingin yang terbaik untuk Rio dan saat ini, Aisha adalah wanita terbaik yang bisa menjadi pengganti sosok ibu untuk Rio. Sosok yang diperlukan Rio dalam hidupnya.

Kenapa ia menyetujui pernikahan kontrak dengan gadis itu hanya satu tahun? Vero mendadak saja menyesali hal tersebut. Padahal gadis itu memenuhi segala aspek untuk menjadi istri pura-puranya. Jika ia melepaskan gadis itu begitu saja, di mana ia mencari pengganti yang bisa menyamainya?

Vero mengisi kembali gelasnya dengan wiski lainnya.

Tapi bahkan jika ia tidak mau melepaskan Aisha, apakah Aisha mau melanjutkan pernikahan ini tanpa adanya cinta? Gadis itu adalah tipe gadis muda yang penuh mimpi. Dia pasti sedang mempertahankan dongeng cinta sejati dalam pikirannya hingga tak akan mau menikah tanpa cinta seperti ini. Vero sangat yakin, pasti dalam pikiran Aisha ia ingin menemukan pemuda-pemuda klise yang akan merayunya setiap hari dan rela mati untuknya.

Vero menghela napas, seandainya saja Aisha sedikit lebih serakah dan hanya menginginkan uangnya, maka dengan senang hati Vero akan mendiskusikan hal ini. Gadis itu bisa menghamburkan uangnya dengan sepenuh hati dan ia akan mempertahankannya sebagai istri dalam nama. Itu merupakan simbiosis mutualisme terbaik untuk mereka berdua. Tapi Aisha pasti tidak akan mau. Jika ada sedikit saja kemungkinan ia mau, mengapa ia mengusulkan pernikahan kontrak yang hanya berlaku satu tahun ini?

"Sayang, kok dari tadi bengong aja sih?"

Vero melirik ke samping dan segera tersenyum ketika menemukan seorang wanita cantik dengan pakaian seksi bersandar ke bahunya.

"Kamu kesini 'kan mau lupain masalah. Kok malah dipikirin terus?" Wanita itu menjalankan tangannya dengan aktif di sekitar dada Vero.

Mendapat 'serangan' seperti itu, Vero hanya bisa menghembuskan napas berat. Ia segera meletakkan wiski di tangannya ke meja kemudian mengangkat wanita itu dengan kedua tangannya menjauh dari keramaian klub malam tersebut menuju ke kamar hotel yang telah ia pesan sejak kemarin. Persetan dengan Aisha atau segalanya, ia hanya ingin menghabiskan waktu seperti ini selamanya. Mengapa ia harus mengkhawatirkan masa depan yang masih tiga ratus hari lagi?

Menikmati waktunya, Vero menutup pintu kamarnya untuk 'mengurung' wanita yang ia bawa kemudian melakukan hal yang menyenangkan dengannya.

***

Berbeda dengan Vero yang menghabiskan malam pertama pernikahannya dengan kesenangan bersama seorang wanita, Aisha menghabiskannya dengan rasa sakit.

Bergelung di ranjang, Aisha meremas kuat sprei hotel hingga pada tahap ia khawatir akan menyobeknya. Ia menggigit bagian ujung sarung bantal kuat selagi matanya meneteskan air mata karena rasa sakitnya. Rasa sakit kanker di kakinya kambuh lagi malam ini. Dan seperti biasa, Aisha tak punya cara untuk menghentikannya selain dengan menghadapinya sendiri.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang