Aisha bangun pada jam enam tepat. Semenjak terbiasa mengantar Rio ke sekolah hampir setiap hari selama delapan bulan, jam bangunnya pun mulai terbiasa menjadi lebih pagi setiap harinya. Hari ini juga, meski ia tidak mengantar Rio ke sekolah, ia tetap bangun jam enam pagi, seolah matanya terbiasa untuk terbuka pada jam itu.
Aisha mengerjapkan mata yang masih belum terbuka sempurna lalu mengedarkan pandangannya menatap keseluruhan kamar yang asing baginya. Untuk sesaat ia terkejut menyadari ia tidak di kamarnya, sebelum akhirnya kenangan malam tadi menyadarkannya. Benar, semenjak malam tadi ia dan Vero telah tidur satu ranjang. Mengingat itu, Aisha segera membalik posisi tidurnya menjadi menyamping dan mendapati Vero tengah tertidur pulas.
Seakan terhipnotis, Aisha hanya diam menatap Vero. Ini adalah pertama kalinya ia menatap pria itu dari jarak sedekat ini, dan ia tak bisa menahan ledakan perasaan yang seperti kembang api dalam hatinya. Awalnya, Aisha ingin menjalankan tangannya untuk menyentuh wajah pria itu tapi ia segera mengurungkan niatnya karena takut pria itu terbangun dan mendapati ia sedang menatapnya seperti ini. Jadi, Aisha hanya mempelajari wajah pria itu dalam diam. Vero memiliki dua alis hitam yang lebat, mata yang agak sipit hingga membuat tatapannya jadi tajam, kulit putih, hidung mancung, bibir tipis yang sangat menawan jika sedang tersenyum, dan rahang yang tegas. Dia terlihat sangat tampan kapanpun Aisha melihatnya dan tidak peduli berapa lama pun ia melihatnya, ia tidak akan pernah puas.
"Bagaimana mungkin pria sepertimu bisa menyukai gadis sepertiku, Vero?" bisik Aisha sangat pelan.
Setelah melewatkan tiga puluh menit hanya dengan mengamati suaminya, Aisha akhirnya bangkit dengan agak tidak rela. Ia perlahan menggeser tubuhnya ke samping lalu duduk dan meregangkan tubuhnya hingga terasa nyaman lagi. Ia kemudian memakai sendal bulunya dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil baju santai dan pakaian dalam yang akan ia pakai hari ini. Aisha masih tidak terbiasa berganti baju dihadapan orang lain.
Setelah itu, ia berjalan menuju kamar mandi dan mandi dengan cepat karena ia sama sekali tidak menemukan kebingungan dalam memilih aroma sabun maupun body lotion yang akan ia pakai hari ini. Selesai membersihkan diri dan berpakaian, Aisha segera keluar kamar mandi. Ia tersenyum ketika melihat Vero masih tertidur dengan pulas di atas ranjang. Aisha berjalan ke arah jendela dan menarik gordennya agar sinar matahari bisa leluasa masuk ketika bersinar nanti. Setelah itu, ia berjalan keluar kamar dan pergi ke dapur untuk memasak.
Begitu membuka kulkas Aisha baru saja ingat kalau bahan-bahan makanannya sudah tidak layak makan semuanya. Ia segera beranjak pergi untuk mengambil plastik sampah lalu memasukkan semua bahan busuk dari kulkas ke plastik kemudian meletakkannya ke halaman belakang untuk dibuang nanti. Begitu kembali lagi ke kulkas, ia melihat satu-satunya yang bisa dimakan di sana hanyalah telur. Sepertinya ia harus berbelanja lagi hari ini.
Mengambil beberapa buah telur ke tangannya, Aisha berjalan untuk memeriksa persediaan bawang di dapur. Ia tersenyum ketika mendapati ia masih punya persediaan bawang yang cukup untuk membuat nasi goreng. Sejurus kemudian, seluruh fokusnya tertuju pada proses pembuatan nasi goreng.
Entah berapa lama waktu sudah berlalu ketika Aisha mendengar langkah Vero di dapur. Aisha mencoba sekuatnya agar tak kehilangan fokus ketika melihat pria itu. Tepat ketika Aisha berpikir Vero akan duduk di meja makan sambil membaca koran atau melihat ponsel, pria itu malah berjalan ke arahnya, lalu berdiri tepat di belakangnya.
"Jangan bergerak," kata Vero pelan.
Aisha menahan napas, jangankan bergerak, ia bahkan sudah merasa kesulitan bernapas seperti ini. Vero berada tepat di belakangnya, sangat dekat hingga jika Aisha melangkah sedikit saja ia sudah pasti akan menubruk dada pria itu. Seluruh tubuhnya segera menegang menyadari kedekatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just For One Year [END]
RomanceAlvero Keshav tahu dia tidak mencintai Aisha, gadis yang dijodohkan ibunya padanya. Ia hanya menikahi gadis itu karena ayahnya menjajikan posisi CEO jika ia menikahinya. Namun, Alvero Keshav tak pernah tahu bahwa dalam satu tahun pernikahannya, ia a...