#21 : "Perlahan, Semuanya Berubah"

8.5K 730 21
                                    

Ketika Vero bangun pagi itu, ia terkejut melihat Aisha sudah tidak ada di sisinya. Vero berbalik dan melihat jam di atas nakas, jam digital itu masih menunjukkan angka enam tiga puluh. Bahkan matahari saja masih belum bersinar terik dan gadis itu sudah bangun dari ranjangnya. Pada saat itulah Vero tersadar, ia tidak tahu kebiasaan Aisha.

Ia tidak tahu jam berapa gadis itu bangun, apa yang dilakukannya ketika bangun, berapa banyak pekerjaan yang ia lakukan sepanjang pagi. Vero tak tahu. Yang ia ketahui, ketika jam delapan pagi ia keluar dari kamar semuanya sudah beres. Makanan sudah tersaji di atas meja, Rio sudah di antar ke sekolah dan rumah telah bersih dari debu. Dulu, Vero biasanya mengabaikan hal itu dan menganggap Aisha pantas mendapatkannya. Tapi sekarang? Bagaimana mungkin Vero bisa membiarkannya begitu saja.

Vero bergegas turun dari ranjang dan kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia berjalan keluar dan untuk sesaat terkejut melihat kemeja, jas dan bahkan celananya telah tersusun rapi di atas sofa. Vero memegang salah satu lengan kemejanya dan segera merasakan bahwa kemeja itu terasa hangat di tangannya. Aisha telah menyetrikanya sebelum keluar dari sini.

Kemudian Vero teringat lagi bahwa Aisha pasti bergelut dengan tugas rumah tangga sepagi ini, seperti kemarin. Dengan cepat Vero memakai setelannya lalu bergegas turun ke bawah. Setelah mengetahui penyakit dan bagaimana menderitanya Aisha menanggungnya, Vero tak akan pernah membiarkan gadis itu melakukan pekerjaan melelahkan seperti dulu lagi.

"Rio! Mama gak suka lari-larian gini!"

"Mama kejar aku kalau aku mau makan."

"Rio, mama lagi gak bisa lari. Ayo sini sayang, ntar kamu telat."

"Gak mau!"

Dari atas, Vero menatap keributan yang ada di lantai bawah. Rio tampak berlari-lari mengelilingi ruang tengah sambil tertawa senang. Sedang Aisha berdiri tepat di bawah tangga sambil menghela napas lelah dengan sepiring makanan di tangannya. Ketika Aisha mencoba mendekati Rio, bocah itu akan berlari lagi.

Vero menghela napas kemudian segera turun untuk menghampiri Aisha. Ia menahan tangan Aisha begitu gadis itu mencoba untuk berlari mengejar Rio.

"Ah? Kamu udah bangun?" tanya Aisha dengan senyum lebarnya.

"Kamu ngapain?"

Aisha menghela napas, "Rio ... hari ini dia susah banget di suruh makan."

"Apa dia setiap hari kaya gini?" tanya Vero dengan kening berkerut.

Aisha menggeleng cepat, "Dia biasanya nurut kok. Tapi ya biasalah anak kecil, kadang kalau lagi aktif dia suka lari - lari kaya gini." Ia kemudian tersenyum lembut melihat Rio. "Dan itu bagus, dulu dia sangat pendiam sampai setiap kali berbicara dia harus kupancing dulu. Sekarang, dia akhirnya bisa aktif seperti anak-anak lain."

Tepat pada saat itu, Rio kembali berlari ke ruang tamu. Ia tertegun ketika melihat Vero di depannya, dan bocah kecil itu segera bersembunyi dibalik kaki Aisha. Tidak peduli seberapa pemberani dan aktif bocah kecil itu, ia masih merasa sungkan setiap kali berhadapan dengan ayah kandungnya sendiri. Itu mungkin efek dari betapa jarangnya Rio melihat sisi baik ayahnya, malah ia sangat jarang melihat ayah kandungnya itu.

"Rio, ke meja makan. Jangan nyusahin mama kamu," perintah Vero dengan nada dingin.

Aisha tahu bahwa itu adalah kata-kata biasa yang digunakan Vero untuk berbicara. Tapi tentu saja, tidak semua orang bisa menerjemahkan kata-kata itu seperti Aisha. Terutama Rio, bocah kecil itu tampak ketakutan akan nada dingin yang dilontarkan ayahnya. Ia semakin menempelkan tubuhnya ke arah Aisha. Menyelamatkan situasi, Aisha segera mengambil tangan Rio kemudian menggandengnya ke meja makan. Sedang Vero mengikuti di belakang mereka.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang