Ketika Vero menatap tanggal di laptopnya, ia menyadari bahwa tujuh bulan telah berlalu begitu saja. Tahu-tahu, pernikahannya dengan Aisha telah melewati bulan ketujuh dan itu berarti hanya lima bulan tersisa sebelum kontrak mereka berakhir.
Selama beberapa bulan ini, Vero bisa menghitung dengan jari interaksi ia bersama Aisha. Terlalu sedikit hingga ia nyaris bisa mengingat setiap detailnya; pesta bersama para client, pernikahan kolega, rumah orang tuanya, acara pertunjukkan bakat yang diadakan oleh TK tempat Rio sekolah--anak itu menampilkan pertunjukkan yang sangat bagus dalam story telling, hingga membuat Aisha meneteskan air mata di sampingnya--dan kejadian beberapa hari lalu di kantor. Sepertinya hanya itu saja. Tidak banyak momen yang ia habiskan berdua dengan Aisha.
Di rumah pun, mereka nyaris tak pernah berbincang layaknya suami istri. Ia biasanya hanya akan berbicara dengan Aisha untuk menyerahkan pakaian kotornya atau menanyakan makanan apa yang ia masak hari itu. Terkadang, gadis itu juga berusaha memancingnya berbicara dengan membahas tentang Rio dan keseharian anak itu, tapi ia hanya menjawab sekenanya.
Mengenai masalah pembantu pun, ia dan Aisha tak banyak membahasnya. Gadis itu memang marah padanya selama dua minggu pertama, tapi kemudian entah marahnya yang menghilang atau ia hanya merasa itu tidak perlu, Aisha mulai kembali menjadi seperti dirinya dulu pada hari berikutnya. Dan setelah itu, dia melakukan seluruh pekerjaan rumah tangga dan mengurus Rio sendirian, tanpa pernah mengajukan keluhan. Sebenarnya, Vero juga tidak ingin menyengsarakan Aisha hingga seperti ini. Waktu itu, Aisha membuatnya sangat marah karena telah menyinggung egonya, dan ia bertindak impulsif dengan menjadikan Aisha pembantu di rumah. Vero agak menyesalinya beberapa waktu kemudian, tapi ia terlalu gengsi untuk meminta maaf dan Aisha pun, tampak tak berminat mengajukan keluhan. Jadi semua itu tetap berlangsung hingga hari ini.
Tapi meski ia jarang berinteraksi dengan Aisha, nyatanya beberapa bulan terakhir entah sadar atau tidak, Vero mulai memperhatikan istrinya itu. Terkadang, ia akan segera pulang ke rumah setelah pekerjaan di kantor selesai dan diam-diam memperhatikan apa saja yang dilakukan Aisha ketika di rumah, terkadang ia akan melewatkan ajakan kumpul-kumpul dengan temannya hanya untuk mengajak Rio dan Aisha makan diluar, dan lebih sering lagi, ia tidak masuk ke kantor jika tak ada hal penting di sana.
Jika ia di rumah, biasanya Aisha selalu memaksanya makan bersama dalam satu meja dengan Rio, kemudian gadis itu akan berceloteh sendiri membahas apapun yang terjadi hari itu, yang hanya Vero tanggapi seadanya tapi disimak dengan sangat penuh perhatian oleh Rio.
Setelah itu, Aisha akan duduk bersama Rio. Kadang mereka akan duduk bersama dengan satu selimut besar di balkon, atau membangun tenda di halaman, atau jika sedang hujan mereka akan memegang segelas cokelat panas lalu memandangi guyuran hujan yang membasahi halaman dari dalam rumah.
Sekali dua, Vero akan mendengarkan apa yang mereka bahas dari kejauhan. Ia akan berpura-pura membaca laporan di dekat mereka, meski fokusnya jauh lebih tajam ke pembicaraan dua orang itu daripada ke laporannya sendiri.
"Kamu tahu Rio? Bintang itu adalah benda dari masa lalu. Jarak antara bumi dan bintang itu jauuuuh banget, maka dari itu ketika bintang sampai ke langit seperti kali ini, sebenarnya itu bukan waktu yang sama dengan waktu bintang itu bersinar di tempat aslinya. Bahkan mungkin aja, bintang itu sudah mati ketika kita melihatnya.
"Seperti kita malam ini. Kita bersama, berbicara tentang bintang dan minum susu cokelat. Tapi di masa depan, kamu mungkin hanya mengingat hal ini sebagai masa lalu. Sesuatu yang bisa kamu lihat dengan jelas di pikiranmu, tapi sudah tidak ada lagi di dunia ini."
"Mama, Rio gak ngerti...." Rio mengeluh.
Aisha mengacak rambut Rio sambil tertawa gemas, "Saat kamu besar nanti, kamu pasti bisa ngerti, sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just For One Year [END]
RomanceAlvero Keshav tahu dia tidak mencintai Aisha, gadis yang dijodohkan ibunya padanya. Ia hanya menikahi gadis itu karena ayahnya menjajikan posisi CEO jika ia menikahinya. Namun, Alvero Keshav tak pernah tahu bahwa dalam satu tahun pernikahannya, ia a...