Keesokan harinya, Aisha kembali ke ruang guru tempatnya dipanggil kemarin. Dan seperti kemarin pula, ia duduk di tempat yang sama dengan lawan bicara yang sama.
"Kemarin saya sudah berbicara dengan Rio," Aisha memulai pembicaraan dengan guru itu, "dan Rio bilang dia memang agak kesulitan berteman lagi dengan yang lain."
Guru itu mengangguk mengerti.
"Karena itu, saya ingin membuat rencana agar Rio bisa berteman lagi dengan teman-temannya di sini, tapi rencana saya ini memerlukan bantuan Bu Guru," Aisha menambahkan sambil tersenyum meminta maaf.
"Ah saya senang sekali jika bisa membantu."
Mendengar itu, Aisha segera tersenyum cerah.
"Jadi saya ingin mempertemankan Rio dengan seseorang di kelasnya. Karena dia kesulitan sendiri, jadi harus ada orang yang bisa membantu dia berteman. Dan untuk permulaan, tentu gak perlu banyak orang. Satu orang aja cukup. Setelah terbiasa memulai pertemanan kembali dengan seseorang, saya yakin dia akan mulai bermain lagi dengan yang lainnya." Aisha menjelaskan rencananya dengan semangat. "Sebelumnya saya ingin bertanya dulu Bu, ada gak di kelasnya Rio yang suka berteman dengan semua orang? Yang cerewet dan mau membuka diri duluan, gitu?"
Guru itu tampak berpikir sejenak kemudian akhirnya tersenyum, "Ada! Namanya Kayla. Dia murid baru yang pindah bulan lalu. Dia berteman dengan semua orang di kelas dalam satu minggu pertama kepindahannya, karena dia memang cukup friendly. Menurut saya, dia akan sangat cocok menjadi temannya Rio."
Aisha bertambah semangat mendengarnya. "Kalau begitu, apa ibu bisa bikin project atau kerja kelompok berdua gitu, terus pasangin Rio sama Kayla? Nanti sisanya saya yang atur biar Rio gak malu lagi temenan sama temen barunya."
Guru itu tersenyum dan mengangguk senang. "Iya bu, bisa. Kebetulan hari ini saya mau ngasih tugas kelompok juga buat anak-anak."
"Maaf banget ya bu kalau ngerepotin."
"Ah enggak kok, sama sekali gak ngerepotin."
Aisha menoleh ke samping dan mengangkat parsel makanan ringan di sampingnya kemudian meletakkannya di atas meja. "Ini bu, sedikit rasa terima kasih saya buat ibu. Mohon diterima ya."
"Ya ampun, gak perlu repot-repot!" serunya dengan nada sungkan tapi dengan tatapan yang mendamba.
"Saya loh bu yang ngerepotin. Terima aja gak apa-apa!"
"Kalau gitu makasih banyak ya ibunya Rio."
Aisha mengangguk sopan kemudian segera berdiri dengan diiringi guru itu berjalan keluar dari ruang guru.
Langkah pertama dari misi pertamanya telah berhasil.
*
Pulang dari TK-nya Rio, Aisha memilih untuk berjalan-jalan ke kids station, sambil mencari mainan untuk temannya Rio nanti.
Pertemanan anak-anak selalu dimulai dengan mainan dan Aisha ingin membuat Rio menjadi sosok yang tidak bisa dilupakan gadis kecil itu, dengan cara memberinya mainan. Hal ini dilakukan agar Rio bisa berteman dengannya dalam jangka waktu yang panjang dan bukannya hanya sehari saja.
Sebagai seorang wanita, tentu saja mudah bagi Aisha untuk memilih hadiah yang akan disukai gadis kecil. Ia hanya tinggal memilih benda berwarna pink, berkilau dan menarik matanya maka itu pasti juga akan disukai oleh si gadis kecil. Setelah nyaris satu jam berkeliling dan Aisha merasakan kakinya mulai nyeri sedikit, akhirnya ia menghentikan pencariannya dan berjalan menuju kasir, sebelum ia meronta kesakitan di sini.
Aisha membeli mainan masak-masakan yang lengkap dengan troli seukuran anak lima tahun, boneka bayi yang sedang tren di kalangan anak-anak sekarang, juga beberapa benda seperti kalung, gelang dan anting dari mutiara mainan. Selesai membeli itu semua, Aisha kembali ke mobilnya dan meminta Pak Irwan mengantarnya kembali ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just For One Year [END]
RomanceAlvero Keshav tahu dia tidak mencintai Aisha, gadis yang dijodohkan ibunya padanya. Ia hanya menikahi gadis itu karena ayahnya menjajikan posisi CEO jika ia menikahinya. Namun, Alvero Keshav tak pernah tahu bahwa dalam satu tahun pernikahannya, ia a...