#24 : "Kelemahan Aisha"

7.5K 657 7
                                    

Satu minggu sebelum Aisha memulai pengobatan kemoterapinya, ia, Vero dan Rio melakukan sejumlah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka. Berjalan-jalan di ancol, mengunjungi sea world, melihat Jakarta dari monas, menikmati dessert di sejumlah cafe, bermain di cat cafe atau jika cuaca sedang buruk, mereka hanya bermain segala macam permainan menyenangkan di rumah mereka. Tempat-tempat dan kegiatan menyenangkan yang tak pernah Aisha rasakan sejak dulu.

Ketika ia kecil, ibu tirinya hanya membawa Kiara ke semua tempat rekreasi. Aisha tidak pernah diajak. Ia hanya mendengar dari Kiara maupun dari teman-temannya tentang seberapa menyenangkannya semua tempat itu, tapi tak pernah melihatnya secara langsung.

Aisha sangat ingin pergi ke sana dan selalu memiliki keinginan dalam hati untuk mengunjungi semua tempat itu ketika ia besar nanti. Tapi setelah cukup besar untuk pergi sendiri, nyatanya tetap saja ia tidak pergi ke sana, Aisha merasa risih ketika melihat orang-orang pergi bersama keluarga atau kekasihnya sementara ia sendirian. Teman-temannya juga lebih suka menghabiskan waktu di mall, cafe, pantai, gunung atau bahkan villa luar kota daripada tempat rekreasi itu, tidak peduli berapa kali pun Aisha mengajak mereka ke salah satu tempat rekreasi tersebut, pasti idenya selalu ditolak. Baru sekarang Aisha memiliki kesempatan untuk pergi kesini.

Aisha cukup senang mendatangi tempat-tempat yang hanya pernah ia lihat dari jalan itu. Meski ia tak melakukan apapun selain duduk melihat Rio bermain di sejumlah wahana bermain, atau memaksa Vero menaiki wahana berbahaya, atau mengabadikan momen mereka bertiga dengan kamera yang baru Aisha beli secara online, tapi ia sama sekali tidak keberatan dengan semua itu. Setidaknya, impian masa kecilnya untuk pergi ke tempat-tempat rekreasi itu sudah terwujud. Ia juga memiliki berbagai memori indah di sini.

Dua hari sebelum kemoterapi, Aisha, Vero dan Rio memutuskan untuk menginap di Bandung. Vero telah memesan villa untuk mereka bertiga menginap sehari-semalam agar bisa menghabiskan waktu bersantai lepas dari segalanya di sini.

Pagi itu, setelah check in dan meletakkan barang-barang, mereka bermain di kolam renang. Aisha duduk di pinggir kolam mengamati Vero yang mengajari Rio berenang, sambil tersenyum lebar. Ayah-anak itu sekarang semakin dekat saja semenjak selalu berangkat bersama setiap pagi. Rio bahkan sama sekali tak takut lagi dengan Vero, ia selalu tersenyum bahagia setiap mendengar mobil Vero memasuki pekarangan rumah.

Setelah puas bermain air hingga berjam-jam, mereka makan siang lalu tidur untuk melepas lelah. Ketika bangun kembali, mereka pergi ke dapur untuk membuat cupcake, meski Aisha harus menahan amarahnya karena melihat Vero yang terus menerus menyenggol sejumlah barang hingga tepung, margarin, dan gula berhamburan di lantai atau Rio yang selalu bertanya mengenai semua bahan hingga mengacaukan konsentrasinya. Untungnya, suasananya menyenangkan hingga Aisha tak bisa marah lagi pada dua laki-lakinya.

"Mana pewarna tadi?" Sambil berkacak pinggang, Aisha menoleh ke arah dua laki-laki di sampingnya.

Rio melirik ke arah Vero sedang Vero menatap balik ke arah Rio. Mereka terlihat siap untuk saling menyalahkan sebelum akhirnya Vero berseru, "Ah! Papa ninggalin di meja! Rio tangan papa kotor, kamu bisa ambilin gak pewarnanya gak?" kata Vero segera.

"Di meja mana, pa?" tanya Rio.

"Di meja tamu diluar itu."

Rio bergegas turun dari kursi tingginya lalu berlari menuju ruang tamu. Sepeninggal bocah itu, Vero segera mendekati Aisha yang sibuk memisahkan krim ke beberapa mangkuk yang berbeda, tangannya mencolek salah satu krim yang baru saja dipindahkan Aisha lalu memakannya. Melihat itu, Aisha hanya bisa mendesah kesal.

"Gimana rasanya?" tanya Aisha datar.

Aisha tak mendapat jawaban, karena detik berikutnya Vero telah mencium bibirnya sekilas. "Manis kan?" tanya Vero dengan nada menggoda.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang