#9 : "Rumah Baru"

6.5K 695 9
                                    

Setelah tiga puluh menit perjalanan yang cukup lancar, mobil BMW X6
milik Vero meluncur masuk ke sebuah perkomplekan mewah, tidak lama kemudian mobilnya berhenti di depan sebuah rumah minimalis yang seluruhnya di cat abu-abu dan hitam. Aisha segera tahu ini adalah rumah Vero bahkan tanpa pria itu mengatakannya.

Untuk beberapa alasan, Aisha harus mengakui bahwa ia agak terkejut oleh pemandangan rumah Vero. Ternyata rumah yang Vero tinggali saat ini hanya sebuah rumah berdesain minimalis dengan ukuran yang tidak begitu besar.

Bukannya Aisha mengharapkan pria ini harus memiliki rumah mewah atau apa, hanya saja, melirik dari betapa mewahnya rumah kedua orang tuanya dan mengingat bahwa perusahaannya bergerak di bidang properti, Aisha mengira Vero akan tinggal di sebuah rumah besar bercat emas dengan sejumlah tempat tidak terpakai untuk kesehariannya dan memiliki dua puluh pembantu hanya untuk membersihkan rumahnya. Tapi rumah ini ... meskipun cukup besar, ini mungkin hanya setengah dari rumah ibu tirinya. Meski tentu saja Aisha tahu, rumah minimalis seperti ini pun berharga miliaran rupiah juga. Ah, semakin dipikirkan Aisha merasa semakin tak mengenal suaminya ini.

Vero memarkirkan mobilnya di carport, lalu ia keluar tanpa mengatakan apa-apa. Aisha buru-buru membuka pintu dan menyeimbangkan langkahnya dengan Vero. Selagi melangkah, Aisha mengedarkan pandangannya pada keseluruhan rumah tersebut. Di bagian depan ada taman kecil yang tampak asri dengan air mancur kecil. Naik melintasi tangga, Vero membuka pintu dan akhirnya Aisha resmi memasuki rumah suaminya.

Hal pertama yang pertama yang ia lihat dari rumah itu adalah ruang tamunya. Tempat itu tidak terlalu besar, namun memiliki pemandangan yang menyejukkan mata karena seluruh ruangan itu di tutup oleh kaca transparan yang menampilkan pemandangan taman asri di luar. Hanya saja, Aisha tak melihat adanya benda lain selain tiga sofa panjang berwarna abu-abu yang mengelilingi sebuah meja kecil di ruang tamu itu. Sama sekali tak ada foto atau pajangan yang menghias dindingnya.

Mereka lalu melangkah lagi menuju ruangan lain. Di belakang ruang tamu, ada area tengah yang merupakan ruangan luas berisi satu sofa panjang, karpet tebal dan home theater besar. Di belakang sofa itu juga terdapat pintu kaca besar yang menampilkan pemandangan asri dari halaman belakang. Tak seperti halaman depan yang hanya berisi sepetak kecil rumput dan miniatur air mancur, taman belakang ini cukup besar untuk dipakai bersantai atau bermain dengan Rio nantinya. Seperti ruang tamu tadi, taman belakangnya tampak bersih dan terawat, tapi tempat itu terlihat kosong.

Vero membimbing Aisha naik ke atas dan Aisha segera menemukan ruangan luas lainnya di lantai dua. Tidak banyak hal yang ada di sana, hanya dua buah kamar yang bersebrangan dan sebuah lantai luas yang tidak diisi apa-apa, juga balkon.

"Boleh aku pilih kamar ini?" Aisha menunjuk ke salah satu kamar yang masih tampak gelap.

"Tentu, lagipula itu memang kamarmu. Nanti minta saja orang-orang di bawah membawakan barangmu," kata Vero.

"Okey...."

"Dan ini.... " Vero menarik tangan Aisha kemudian meletakkan sejumlah barang di tangan gadis itu, "kunci mobil, kunci rumah dan ATM untukmu, pinnya tanggal lahirmu. Jika kamu memerlukan uang tambahan, kamu bisa mengatakannya kapan saja padaku. Aku tidak akan membatasi uang belanjamu."

Aisha ingin membantah tapi kemudian ia hanya mengangguk sambil diam-diam tersenyum senang. Di masa lalu, meskipun Aisha bisa dikatakan berasal dari keluarga kaya, tapi aebenarnya ia tak punya uang selain dari warisan kedua orang tuanya. Ibu tirinya tentu saja tak mau membuang uang lebih banyak untuknya. Jadi, Aisha selalu berhemat untuk masa depannya. Ini pertama kalinya Aisha merasa cukup kaya karena bisa membeli segala hal yang ia inginkan.

"Hanya itu yang perlu kukatakan. Apa kamu ada pertanyaan lain?" tanya Vero.

"Apa kamar ini kosong?" Aisha menunjuk ke arah kamar satunya di seberangnya.

Just For One Year [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang