31

763 61 1
                                    


Satu minggu berlalu, Distra masih saja mengacuhkan Ara walaupun terkadang dia sendiri yang kelepasan. Ara juga mengacuhkannya, seperti mengikuti skenario agar semua berlancar hingga hari H.

Hari ini sudah pengumuman SNMPTN. Ara sedikit takut jika saja tidak lulus dalam tes yang sebenarnya hoki-hokian saja, tergantung bagaimana kita mengatur strategi saat mendaftar. Ara tahu jika tidak lulus di SNMPTN berarti ia harus kembali berjuang di SBMPTN dan belum tentu lagi lulus kalau di pikir-pikir saja yang mendaftar se-Indoneasia.

Ara berada di dalam kamar, begitu juga dengan Distra yang berada di dalam kamarnya. Ia belum mendengar sorak bahagia dari sana, artinya ada kemungkinan dia belum cek hasilnya atau ... tidak lulus.

"Mending aku cek duluan saja."Gadis itu kemudian memasukan tanggal lahir berserta kode LTMPT miliknya.

"Kalau nggak lulus nggak apa-apa, masih ada jalan menuju roma." Gumamnya lalu memencet tombol enter dan ia memejamkan matanya.

Dann.. "ha? Serius?" Ara menatap layar laptopnya lekat-lekat kemudian membaca berulang kali kalimat yang bertuliskan. "Selamat! Anda dinyatakan lulus." Kemudian di scroll kebawah terdapat nama lengkap Ara serta universitas dan fakultas yang ia lulusi.

Universitas Institut Seni Indonesia Yogyakarta, jurusan DKV (Design Komunikasi dan Visual). Lulus di pilihan kedua, dan gagal di pilihan pertama yaitu Design Interior.

Setelah Ara pikir-pikir, walaupun dia gemar menulis dan ingin masuk sastra Indonesia sesuai saran Distra tetapi Ara lebih bahagia ketika sedang melukis, menggambar, dan hal-hal yang bisa memenangkan pikirannya. Ara juga tidak yakin bisa lulus di Universitas Negeri Yogyakarta setelah mengingat pesaing disana lebih ketat dari ISI (Institut Seni Indonesia).

Ara mengintip keluar, sepertinya Distra masih ada di kamarnya karena lampunya terlihat masih menyala. "Aku nggak perlu pikirin Distra lagi lah, yang kupikirin adalah gimana cara minta izin ke Mamam, Mbak Disya, dan Papap. Kalau mereka tahu aku akan tinggal di Jogja apa mereka akan kaget? Atau hanya merespon seperti biasa??" Ara berkeliling di kamarnya tak tenang.

Disisi lain Distra sudah mengecek hasilnya dan dia Lulus sesuai dugaan Ara tapi wajahnya tak begitu tenang, ia begitu gelisah ingin segera bertanya kepada Ara dimana gadis itu mendaftar kuliah dan apakah dia lulus seperti Distra sekarang.

Distra lulus di pilihan pertama. Cowok itu lulus di Universitas Indonesia jurusan teknik sipil.

"Ara mendaftar di UI juga kan? Bukan di tempat lain?" Tanyanya pada diri sendiri. "Tapi, tapi dia lulus juga kan kayak aku? Nggak apa-apa kalau kami harus beda jurusan tapi se-enggaknya kami tetap sekampus." Batinnya terus di hantui rasa penasan dan rasa bersalah.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan yang Distra tahu siapa yang sedang berada di depan kamarnya. Bukan Ara melainkan Disya.

"Dis, buka nggak?! Kalau nggak buka aku dobrak pintunya!" Disya berseru dati luar kamar Distra sembari mengancam cowok tersebut.

"Tunggu sebentar."

Distra menarik nafasnya lalu beranjak dari depan meja belajarnga.

Ceklek.

"Gimana hasilnya, Lulus nggak? Atau..."

"Lulus kok."

Disya memeluk adiknya dengan bangga, walaupun di balik pelukannya yang hangat tersirat maksud yang lain.

"Karena lulus, traktir aku, ya? Sekalian traktir Ara." Tuturnya sembari menatap adiknya penuh pengharapan.

"Ara lulus?" Tanya Distra

DISARA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang